Warga Lebanon PIlih Dua Zona Waktu: Zona Muslim atau Zona Kristen?

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Minggu, 26 Maret 2023 14:44 WIB

Sebuah mobil melaju di dekat menara jam di Jdeideh, Lebanon 25 Maret 2023. REUTERS/Mohamed Azakir

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Lebanon terbangun dalam dua zona waktu, Minggu, 26 Maret 2023, di tengah-tengah ketegangan antara otoritas politik dan agama atas keputusan untuk memperpanjang waktu musim dingin selama sebulan.

Penjabat Perdana Menteri Najib Mikati mengeluarkan keputusan, Kamis, 23 Maret 2023, untuk memajukan waktu satu jam pada 20 April, alih-alih memasuki daylight saving time (DST) di akhir pekan terakhir Maret seperti yang biasanya terjadi di Lebanon, Eropa, dan wilayah lain.

Meskipun tidak ada alasan yang diberikan untuk keputusan tersebut, hal itu dilihat sebagai upaya memberi kemenangan di kalangan umat Islam dengan mengizinkan mereka berbuka puasa satu jam lebih awal, sekitar pukul 6 sore dan bukan jam 7 malam di bulan Ramadan.

Tetapi gereja Maronite yang berpengaruh di Lebanon, Sabtu, mengumumkan mereka tidak akan mematuhi keputusan tersebut, dan menyebutnya “mengejutkan” dan mengatakan tidak pernah ada konsultasi dengan pelaku-pelaku lain atau pertimbangan standar-standar internasional.

Mereka mengatakan akan memajukan jam pada Sabtu malam. Organisasi, partai, dan sekolah Kristen lainnya mengumumkan rencana serupa.

Advertising
Advertising

Sementara itu, lembaga-lembaga Muslim dan pihak-pihak tampaknya tetap pada waktu musim dingin, yang memperparah perpecahan di sebuah negara yang menyaksikan perang saudara 1975-90 antara faksi-faksi Kristen dan Muslim dan di mana kursi-kursi parlemen dialokasikan oleh sekte religius.

Bisnis-bisnis dan organisasi-organisasi media, termasuk dua saluran berita utama Lebanon, LBCI dan MTV, mengumumkan mereka juga akan memasuki daylight savings time pada Sabtu malam ketika seruan untuk pembangkangan kian memanas.

LBCI mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak akan mematuhi keputusan Mikati karena ini akan membahayakan pekerjaannya, dengan menambahkan: "Lebanon bukan sebuah pulau".

Yang lain berusaha untuk beradaptasi.

Maskapai penerbangan nasional Lebanon Middle East Airlines mengatakan jam-jam mereka dan perangkat lain akan tetap berada di waktu musim dingin, sesuai dengan keputusan Mikati, tetapi waktu penerbangan tetap mengikuti jadwal internasional.

Duopoli telekomunikasi yang dikelola negara mengirim pesan kepada pelanggan yang menyarankan mereka untuk mengatur waktu pada perangkat mereka secara manual pada Minggu, seandainya jam secara otomatis maju.

Banyak yang mengatakan ketidakpastian dan potensi kekacauan adalah simbol dari berdekade-dekade pemerintahan yang gagal oleh para pemimpin yang membawa Lebanon ke dalam krisis keuangan 2019 yang menurut Bank Dunia "diatur" oleh para elite.

<!--more-->Jam Muslim atau Kristen?

Mikati, seorang Muslim Sunni, mengumumkan keputusan ini setelah sebuah pertemuan dengan ketua parlemen Nabih Berri, seorang Syiah, yang berulang-ulang mendesak perubahan tersebut, menurut sebuah video rapat yang diterbitkan oleh media Lebanon Megaphone.

“Alih-alih jam 7, mari tetap pada jam 6 dari sekarang hingga akhir Ramadan,” kata Berri, menurut potongan rekaman itu.

Mikati tampak menjawab bahwa perubahan itu tidak mungkin karena akan menyebabkan “masalah” termasuk jadwal penerbangan.

“Kita tidak dapat melakukannya. Kita tidak dapat melakukannya lagi, ini sulit,” katanya.

Tetapi, pada hari itu juga, Mikati menerbitkan keputusan untuk tetap di waktu musim dingin. Seorang juru bicara kantor perdana menteri mengatakan tidak memiliki komentar langsung tentang alasan keputusan atau reaksi yang diakibatkan.

Pada sebuah kafe di Beirut, Sabtu malam, seorang wartawan Reuters mendengar seorang bertanya:

“Apakah Anda mengikuti jam Kristen atau Muslim besok?"

Anggota parlemen independen Waddah Sadek mengatakan di Twitter keputusan diambil tanpa "mempertimbangkan konsekuensi atau kebingungan yang ditimbulkannya".

Beberapa pengguna Twitter membagikan rekaman lama seorang komposer dan musisi Lebanon terkenal Ziad Rahbani berbicara tentang daylight savings.

"Tiap tahun, Anda memajukan waktu satu jam dan Anda membuat kami mundur 10 tahun,” katanya, mengacu pada politisi-politisi Lebanon. “Anda harus memberi perhatian pada tahun-tahun juga, bukan hanya pada jam.”

REUTERS

Pilihan Editor: Israel Makin Pecah, Menhan Lawan Netanyahu soal RUU Peradilan

Berita terkait

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

1 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

BFI Finance mencatat laba bersih terkumpul pada kuartal I sebesar Rp 361,4 miliar.

Baca Selengkapnya

Gopay Salurkan Zakat dan Donasi Ramadan Rp 31 Miliar

4 hari lalu

Gopay Salurkan Zakat dan Donasi Ramadan Rp 31 Miliar

Gopay menyalurkan zakat dan donasi dengan total Rp 31 miliar yang terkumpul selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

6 hari lalu

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

Konflik antara Israel - Lebanon kian rumit. Selasa pagi, Hizbullah menembakkan 35 roket ke markas militer Israel.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

7 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

8 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Serangan Iran ke Israel oleh Islamic Revolutionary Guard Corps Iran atau IRGC, Ini Pasukan Garda Revolusi Iran

11 hari lalu

Serangan Iran ke Israel oleh Islamic Revolutionary Guard Corps Iran atau IRGC, Ini Pasukan Garda Revolusi Iran

Konsulat Iran di Damaskus diserang Israel. Garda Revolusi Iran beri serangan balasan dengan tembakkan ratusan rudal ke Israel akhir pakan lalu.

Baca Selengkapnya

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

12 hari lalu

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Aryaduta Menteng: Membagikan Kebahagiaan dan Kebersamaan dalam Momentum Ramadan

13 hari lalu

Aryaduta Menteng: Membagikan Kebahagiaan dan Kebersamaan dalam Momentum Ramadan

Aryaduta Menteng tidak hanya menjadi sebuah hotel, tetapi juga sebuah tempat yang mampu menyatukan beragam kalangan untuk berbagi kebahagiaan.

Baca Selengkapnya

Iran Lakukan Serangan Balasan ke Israel, Begini Tanggapan Negara-negara di Kawasan Timur Tengah

14 hari lalu

Iran Lakukan Serangan Balasan ke Israel, Begini Tanggapan Negara-negara di Kawasan Timur Tengah

Serangan balasan Iran ke Israel menuai beragam respons dari negara-negara di dunia, terutama yang berada di kawasan Timur Tengah.

Baca Selengkapnya