6 Fakta Pertemuan Israel-Palestina di Mesir Jelang Ramadhan, Ada AS dan Yordania
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Rabu, 22 Maret 2023 12:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mesir menjadi tuan rumah pertemuan pejabat Israel dan Palestina di Kota Sharm el-Sheikh, Minggu, 19 Maret 2023. Dilansir Reuters, pertemuan itu sebagai bagian dari upaya untuk meredakan ketegangan di Tepi Barat menjelang bulan suci Ramadan.
Tempo merangkum fakta-fakta pertemuan tersebut.
Bertujuan Menghentikan Tindakan dan Eskalasi Sepihak
Pertemuan di Sharm el-Sheikh bertujuan untuk mendukung dialog antara pihak Palestina dan Israel agar berupaya menghentikan tindakan dan eskalasi sepihak.
“Juga untuk memutus siklus kekerasan yang ada dan mencapai ketenangan,” ungkap Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan. “(Langkah ini dapat) memfasilitasi terciptanya iklim yang cocok untuk dimulainya kembali proses perdamaian,” kata kementerian itu lagi.
Para petinggi Israel dan Palestina, Minggu, 19 Maret 2023, sepakat membuat sebuah mekanisme untuk mengekang kekerasan dan hasutan, dalam pembicaraan yang menekankan perlunya mencegah tindakan-tindakan yang mengganggu tempat-tempat suci di Yerusalem ketika Ramadan yang dimulai pekan ini.
Bentrokan antara Polisi Israel dan Warga Palestina di Ramadan Sebelumnya
Pada Ramadan tahun-tahun sebelumnya, bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina kerap terjadi, terutama di sekitar kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem, tempat paling suci ketiga bagi umat Islam, yang disebut sebagai Temple Mount atau Bukit Bait Suci oleh orang Yahudi. Ramadan tahun ini bertepatan dengan Paskah Yahudi dan Paskah Kristiani.
Selama tahun lalu, pasukan-pasukan Israel telah membuat ribuan penahanan di Tepi Barat dan membunuh lebih dari 200 warga Palestina, termasuk para pejuang dan sipil, sementara lebih dari 40 orang Israel dan tiga warga Ukraina tewas dalam serangan-serangan Palestina.
Didukung AS setelah Pertemuan di Yordania Dinilai Gagal
Upaya Mesir ini juga didukung oleh Amerika Serikat dan Yordania. Pertemuan lima arah hari ini menyusul pertemuan puncak yang ditengahi AS pada 26 Februari lalu di Yordania.
"Kami berharap untuk melanjutkan diskusi ini saat kita memasuki bulan suci Ramadhan, Paskah Yahudi, dan Paskah Kristen, dan selama bulan-bulan berikutnya," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.
Pertemuan di Yordania pada Februari lalu memastikan janji Israel dan Palestina untuk mengurangi eskalasi. Akan tetapi, hasil perundingan itu ditentang oleh faksi-faksi di kedua belah pihak, sehingga gagal menghentikan kekerasan di wilayah tersebut.
Dihadiri AS dan Yordania, Israel Berjanji Lagi Menghentikan Permukiman Yahudi Baru selama Empat Bulan<!--more-->
Palestina terus berjuang untuk mendirikan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, wilayah yang direbut Israel dalam Perang 1967. Namun, pembicaraan damai telah terhenti sejak 2014 dan Palestina mengatakan perluasan permukiman Yahudi telah merusak peluang pembentukan negara yang layak.
Dalam sebuah pernyataan bersama, setelah pembicaraan di Mesir yang dihadiri oleh para pejabat AS, Mesir dan Yordania, para pihak juga menegaskan ulang komitmen-komitmen yang dibuat pada sebuah pertemuan di Aqaba bulan lalu, termasuk janji Israel untuk menghentikan permukiman Yahudi baru selama empat bulan.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan para pihak telah memperbarui komitmen-komitmen mereka terhadap kesepahaman-kesepahaman yang dicapai di Aqaba.
Pertemuan Aqaba pada 26 Februari, yang pertama setelah bertahun-tahun, gagal untuk menghentikan kekerasan di lapangan terlepas dari janji-janji Israel dan Palestina untuk menurunkan eskalasi yang diucapkan kembali pada pertemuan-pertemuan pada Minggu di resor Sharm el-Sheikh, Mesir.
Sebelum pembicaraan Aqaba bulan lalu, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengizinkan sembilan pos permukiman Yahudi di Tepi Barat dan mengumumkan pembangunan massal dari rumah-rumah baru di permukiman-permukiman yang telah ditetapkan. Langkah ini memancing kekecewaan Amerika Serikat.
Israel berjanji di Aqaba untuk menghentikan pembicaraan tentang unit-unit permukiman baru di Tepi Barat selama empat bulan dan menghentikan perizinan pos-pos baru untuk enam bulan.
Tetapi, Netanyahu tampaknya menganggap remeh komitmen apa pun, dengan mengatakan tidak akan ada penghentian, dalam sebuah persetujuan terhadap anggota-anggota sayap kanan koalisinya.
Tepi Barat yang diduduki Israel telah menyaksikan gelombang konfrontasi dalam bulan-bulan terakhir, dengan serangan militer Israel hampir setiap hari dan kekerasan yang meningkat oleh para pemukim Yahudi, di tengah-tengah rentetan serangan oleh Palestina.
Pada pembicaraan Minggu, pejabat-pejabat Israel dan Palestina “sepakat untuk membuat sebuah mekanisme mengekang dan mencegah kekerasan, hasutan serta pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan yang provokatif,” yang akan melapor pada sebuah pertemuan baru di Sharm el-Sheikh, April.
Menekankan Pentingnya Menjaga Keamanan Tempat Suci
Para pihak dalam pembicaraan itu juga “menekankan pentingnya baik Israel maupun Palestina untuk secara aktif mencegah tindakan apa pun yang akan mengganggu kesucian” tempat-tempat ibadah di Yerusalem selama bulan suci Ramadan, menurut pernyataan bersama itu.
Pertemuan Dikritik Hamas
Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, mengutuk Otoritas Palestina di Tepi Barat karena mengambil bagian dalam pertemuan Minggu yang dihadiri oleh pemerintah Israel “yang meningkatkan agresinya terhadap rakyat kami.”
Hussein Al-Sheikh dari payung Organisasi Pembebasan Palestina mengatakan delegasi Palestina sedang membela “hak-hak rakyat Palestina untuk bebas dan merdeka, dan menuntut diakhirinya agresi Israel berkelanjutan terhadap kami.”
REUTERS
Pilihan Editor: Alasan Rusia Sebut Surat Perintah Penangkapan Putin dari ICC Tidak Ada Artinya, Bahkan Seperti Tisu Toilet