Thailand Bubarkan Parlemen untuk Pemilihan Umum Mei

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 21 Maret 2023 14:00 WIB

Paetongtarn Shinawatra dan Prayuth Chan-ocha (Foto REUTERS)

TEMPO.CO, Jakarta - Thailand membubarkan parlemennya pada Senin, 20 Maret 2023, untuk membuka jalan bagi pemilu pada Mei mendatang. Pemilu di Thailand akan kembali menyalakan perebutan kekuasaan antara militer dan gerakan politik sipil yang telah mendominasi pemilihan untuk dua dekade.

Istana Kerajaan Thailand mengumumkan bahwa Raja Maha Vajiralongkorn telah mengesahkan keputusan pembubaran parlemen, menjelang pemilihan yang harus diadakan 45 hingga 60 hari setelahnya.

Belum ada tanggal pemilihan yang diumumkan. Dua sumber yang mengetahui masalah tersebut seperti dikutip Reuters pada Senin mengatakan bahwa pemungutan suara akan diadakan pada 14 Mei 2023.

"Ini adalah pengembalian kekuasaan pengambilan keputusan politik kepada rakyat dengan cepat untuk melanjutkan pemerintahan yang demokratis dengan Raja sebagai kepala negara," demikian bunyi dekrit yang dipublikasikan pada Senin.

Pemilu secara luas mengadu keluarga miliarder Shinawatra dan sekutu bisnisnya, dengan partai serta politisi kubu militer dan pemain lama dari kubu konservatif.

Advertising
Advertising

Dengan kebijakan populis yang ditujukan untuk kelas pekerja Thailand, partai-partai yang dikendalikan oleh keluarga Shinawatra memenangkan setiap pemilihan sejak 2001, termasuk dua kali telak, tetapi tiga pemerintahannya disingkirkan dalam kudeta militer atau oleh keputusan pengadilan.

Pemilihan Mei akan memilih anggota parlemen, yang bersama dengan Senat akan memilih perdana menteri pada akhir Juli. Kabinet ditunjuk pada awal Agustus, menurut garis waktu yang diberikan oleh pemerintah.

Oposisi utama Paetongtarn Shinawatra dari partai Pheu Thai adalah kandidat terdepan untuk menjadi perdana menteri dalam survei opini. Dukungannya melonjak 10 poin menjadi 38,2 persen dalam jajak pendapat yang dirilis pada akhir pekan, lebih dari dua kali dukungan dari pesaing terdekatnya.

Petahana Prayuth Chan-ocha, yang telah berkuasa sejak kudeta 2014 berada di urutan ketiga dalam jajak pendapat dan survei terbaru oleh National Institute of Development Administration (NIDA). Hampir sepuluh tahun lalu dia menggulingkan bibi Paetongtarn, Yingluck Shinawatra.

Prayuth akan terus memimpin sebagai kepala pemerintahan sementara sampai pemilihan.

"Saya senang telah membangun sesuatu yang baik, menghasilkan pendapatan bagi negara, membangun industri. Ada banyak investasi," kata Prayuth, 68 tahun, dalam konferensi pers setelah pembubaran parlemen.

"Anda harus bertanya kepada orang-orang apakah mereka puas atau tidak ... Saya telah melakukan banyak hal selama bertahun-tahun."

Jajak pendapat NIDA terhadap 2.000 orang juga menunjukkan bahwa 50 persen responden akan memilih kandidat dari Pheu Thai.

Paetongtarn pada Jumat mengatakan dia yakin akan menang telak. Dia ingin mencegah manuver politik apapun terhadap partainya. Sebelumnya dia telah dicopot dari jabatannya oleh keputusan pengadilan dan kudeta militer.

REUTERS

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

3 jam lalu

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

Cuaca yang terik membuat warga Thailand, terutama warga lanjut usia, enggan bepergian.

Baca Selengkapnya

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

4 jam lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

7 jam lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

2 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

3 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

5 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

5 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya