Pakar: Masyarakat Indonesia Kurang Paham Konteks Perang Rusia Ukraina

Kamis, 9 Februari 2023 11:47 WIB

Pendiri sekaligus Direktur Pusat Komunikasi Strategis (CSC) Ukraina Liubov Tsybulska berpose di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, Senin, 6 Februari 2023. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Hubungan Internasional yang mengajar di Universitas Airlangga, Radityo Dharma Putra melihat kecenderungan masyarakat Indonesia kurang memahami betul konteks perang Rusia Ukraina.

Di tengah ketidakpastian informasi mengenai masalah ini, timbul kesan luas keberpihakan terhadap Rusia, yang merupakan pihak agresor.

Radityo menilai kondisi itu didorong karena berbagai faktor. Merujuk pada penelitian Lowy Institute, dia mengatakan warga Indonesia lebih mempercayai pemerintah atau pengamat dibanding media.

Dalam diskusi bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) soal disinformasi perang Ukraina di Jakarta pada Rabu, 8 Februari 2023, Radityo berpendapat opini yang dipublikasikan dari pakar dan praktisi hubungan internasional Indonesia adalah salah satu alasan yang mendorong sentimen pro-Rusia di Indonesia.

“Sebagian besar pandangan akademisi dan mantan diplomat Indonesia berfokus pada aspek perang yang berkaitan dengan politik negara-negara adidaya,” kata Radityo.

Advertising
Advertising

Dia menjelaskan ada anggapan perang di Ukraina merupakan pertempuran NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Rusia. Wacana yang berkembang ini menutup sudut pandang Ukraina.

Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. NATO atau aliansi militer Barat menjadi pendukung utama Kyiv dalam melawan agresi Moskow. Walau tidak mengirim pasukan langsung ke medan perang, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, membantu Ukraina dengan senjata.

Menurut Radityo, yang pernah tinggal di Estonia, pengertian umum yang berkembang di pemaknaan masyarakat kerap muncul Uni Soviet adalah Rusia. Estonia adalah pecahan dari Uni Soviet. Dia menyebut banyak orang Indonesia tidak terlalu memahami fakta bahwa negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Ukraina ingin menjauh dari Rusia.

Pakar Komunikasi Strategis dan Ancaman Hibrida di Ukraina Liubov Tsybulska, yang bergabung dalam seminar di Jakarta itu memahami perbedaan pandangan yang terjadi di Indonesia.

Namun, ia tetap mengapresiasi dukungan suara kepada Kyiv. Dia sendiri menyoroti ada pemahaman sejarah yang terdistorsi mengenai hubungan Rusia dan Ukraina.

“Rusia punya sumber daya yang meluas untuk propaganda, mereka berinvestasi pada disinformasi,” kata dia.

Dalam kesempatan terpisah saat berkunjung ke gedung Tempo pada Senin, 6 Februari 2023, Tsybulska mengaku pernah melakukan penelitian terhadap 3 media yang didanai Kremlin. Mereka punya pengaruh kuat pada masyarakat Rusia.

Tsybulska menyigi kondisi sebaliknya soal respons mengenai konten media itu pada negara seperti Uni Eropa dan negara mitra timurnya. “Rasio rata-rata di antara negatif dan netral positif adalah 86 persen banding 14 persen,” katanya.

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

53 menit lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

3 jam lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

3 jam lalu

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

AJI menilai kedua acara ini jadi momentum awal bagi jurnalis di Indonesia dan regional untuk mempererat solidaritas.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

17 jam lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

20 jam lalu

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

Setidaknya ada 612 hewan endemik asal Indonesia dari berbagai jenis, seperti mamalia, burung, reptil, hingga amfibi. Berikut lima di antaranya.

Baca Selengkapnya

Media Asing Soroti Tawaran Kewarganegaraan Ganda untuk Diaspora dari Luhut

1 hari lalu

Media Asing Soroti Tawaran Kewarganegaraan Ganda untuk Diaspora dari Luhut

Media asing menyoroti pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Pandjaitan soal tawaran kewarganegaraan ganda

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

1 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

1 hari lalu

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

Dalam rangka perayaan 75 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia diselenggarakan acara perdana "Diplomats Go to Campus" di Surabaya dan Malang

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

1 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya