Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Bertambah Jadi 7.800 Orang, Bayi Baru Lahir Ditemukan Selamat
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Rabu, 8 Februari 2023 08:50 WIB
TEMPO.CO, JAKARTA--Tim penyelamat di Turki dan Suriah berjuang melawan hawa dingin pada Selasa berpacu dengan waktu untuk menemukan korban selamat di bawah reruntuhan bangunan akibat gempa Turki-Suriah yang menewaskan lebih dari 7.800 orang.
Korban terbaru menunjukkan 5.894 orang tewas di Turki dan setidaknya 1.932 di Suriah, dengan total gabungan 7.826 kematian.
Guncangan gempa yang menimbulkan lebih banyak penderitaan di daerah perbatasan kedua negara yang sudah dilanda konflik, membuat orang-orang di jalanan membakar puing-puing untuk mencoba tetap hangat saat bantuan internasional mulai berdatangan.
Namun, beberapa kisah bertahan hidup yang luar biasa telah muncul, termasuk bayi yang baru lahir yang ditarik hidup-hidup dari puing-puing di Suriah, masih terikat tali pusar ke ibunya yang meninggal dalam gempa Senin.
"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Khalil al-Suwadi, seorang kerabat. "Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit."
Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, sisanya tewas di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak.
Gempa berkekuatan 7,8 M melanda pada Senin dini hari ketika orang-orang tidur, meratakan ribuan bangunan, menjebak sejumlah orang dan berpotensi berdampak pada jutaan orang.
Seluruh barisan bangunan runtuh, meninggalkan beberapa kerusakan terparah di dekat pusat gempa antara kota Gaziantep dan Kahramanmaras di Turki. Kehancuran tersebut menyebabkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi tenggara.
<!--more-->
"ANAK-ANAK KEDINGINAN"
Lusinan negara termasuk Amerika Serikat, China, dan Negara-negara Teluk telah berjanji untuk membantu, dan tim pencari serta pasokan bantuan mulai berdatangan melalui udara.
Namun orang-orang di beberapa daerah yang paling terpukul mengatakan mereka merasa harus berjuang sendiri.
"Saya tidak bisa mendapatkan saudara saya kembali dari reruntuhan. Saya tidak bisa mendapatkan kembali keponakan saya. Lihat di sekitar sini. Tidak ada pejabat negara di sini, demi Tuhan," kata Ali Sagiroglu di Kota Kahramanmaras, Turki.
"Selama dua hari kami tidak melihat keadaan di sekitar sini. Anak-anak kedinginan karena hawa sangat dingin," tambahnya.
Badai musim dingin menambah kesengsaraan dengan membuat banyak jalan - beberapa di antaranya rusak akibat gempa - hampir tidak dapat dilalui, mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang membentang berkilo-kilometer di beberapa daerah.
Dinginnya hujan dan salju merupakan risiko baik bagi orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka - yang berlindung di masjid, sekolah atau bahkan halte bus - dan korban selamat yang terkubur di bawah puing-puing.
"Sekarang semua berpacu dengan waktu," kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Kami telah mengaktifkan jaringan tim medis darurat WHO untuk memberikan perawatan kesehatan penting bagi yang terluka dan paling rentan," tambahnya.
Pilihan Editor: Erdogan Tetapkan Status Darurat di 10 Provinsi Terdampak Gempa Turki Selama 3 Bulan
CHANNEL NEWSASIA