Protes Maut di Peru Tewaskan 40 Orang, Jaksa Selidiki Presiden Dina Boluarte
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Rabu, 11 Januari 2023 11:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kantor kejaksaan tinggi Peru pada Selasa mengatakan pihaknya meluncurkan penyelidikan terhadap Presiden baru Dina Boluarte dan anggota kabinetnya, menyusul bentrokan kekerasan yang telah menewaskan sedikitnya 40 demonstran dan ratusan lainnya terluka sejak awal Desember.
Baca juga: Pendukung Presiden Peru Terguling Bentrok dengan Polisi, 17 Tewas
Seperti dilansir Reuters Rabu 11 Januari 2023, penyelidikan dilakukan setelah 17 warga sipil tewas di wilayah Puno selatan negara itu pada Senin - hari protes paling mematikan sejak mantan Presiden Pedro Castillo digulingkan dan ditahan bulan lalu. Kekerasan berlanjut pada Selasa dengan seorang petugas polisi meninggal setelah mobilnya dibakar.
Kantor jaksa agung mengatakan sedang menyelidiki Boluarte bersama dengan Perdana Menteri Alberto Otarola, Menteri Pertahanan Jorge Chavez dan Menteri Dalam Negeri Victor Rojas atas tuduhan "genosida, pembunuhan yang memenuhi syarat, dan cedera serius."
Kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang menggunakan senjata api pada pengunjuk rasa dan menjatuhkan bom asap dari helikopter. Tentara mengatakan pengunjuk rasa telah menggunakan senjata dan bahan peledak rakitan.
Kantor presiden dan menteri tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Penggulingan Castillo, yang terjadi setelah dia berusaha membubarkan Kongres, telah memicu gelombang protes di seluruh negeri. Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Boluarte, pembubaran Kongres, perubahan konstitusi dan pembebasan Castillo.
Anggota parlemen pada Selasa akan memberikan suara mereka dalam mosi percaya pada kabinet Boluarte, yang diperlukan untuk memimpin pemerintahan baru.
Perdana Menteri Alberto Otarola menyalahkan penyerang terorganisir yang dibiayai oleh uang "gelap" atas korabn tewas pada Senin. Sekitar 68 warga sipil lainnya dan 75 petugas polisi dilaporkan terluka, menurut Ombudsman.
Otarola juga mengumumkan jam malam tiga hari mulai Selasa malam di Puno, yang bertujuan memadamkan kekerasan. Cuplikan dari media lokal menunjukkan penjarahan bisnis Puno pada Senin malam, sementara bandara Juliaca tetap ditutup pada Selasa setelah 9.000 orang berusaha menyerbu tempat tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa, kantor ombudsman Peru mendesak protes damai serta jaksa penuntut untuk menyelidiki kematian tersebut sepenuhnya.
Kantor mencatat "kekerasan ekstrem" dari kematian polisi tersebut, mengklaim dia disiksa sebelum meninggal, sementara juga mengutuk serangan pembakaran di kediaman anggota kongres Puno di kota Ilave dengan anggota keluarga masih di dalam.
Baca juga: Mantan Presiden Bolivia Evo Morales Ditolak Masuk Peru
REUTERS