Beijing Kesal Banyak Negara Batasi Turis dari China

Reporter

Tempo.co

Minggu, 1 Januari 2023 08:25 WIB

Turis yang terdampar di tengah wabah baru penyakit coronavirus (COVID-19) tiba di aula keberangkatan Bandara Internasional Haikou Meilan di Haikou, provinsi Hainan, China 11 Agustus 2022. cnsphoto via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah negara memperketat pintu masuk untuk turis dari China di tengah melonjaknya kasus Covid-19. Kebijakan itu membuat China marah.

Baca: Putin Sebut Sahabat Terkasih, Xi Jinping Menjawab Pragmatis

Juru bicara Kemeterian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan, pengetatan untuk turis China itu tidak berdasdarkan fakta dan bertentangan dengan kebenaran. Dia mengklaim hal itu didasari atas prasangka, fitnah, dan manipulasi politik dengan motif tersembunyi.

Menurut Wang, saat ini patogenisitas dan virulensi Omicron telah melemah secara signifikan. Di sisi lain kemampuan China dalam perawatan medis, deteksi patogen, dan vaksinasi terus meningkat, yang mengarah pada optimalisasi tindakan COVID di negara tersebut.

"(Pergeseran kebijakan COVID) ini bersifat ilmiah, tepat waktu, dan perlu. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keselamatan dan kesehatan masyarakat serta meminimalkan dampak epidemi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial," kata Wang, dalam konferensi pers pada Rabu lalu yang dikutip dari Global Times, Minggu, 1 Januari 2023.

Dia melanjutkan, negara-negara di dunia juga mengalami masa adaptasi ketika menyesuaikan kebijakan pencegahan epideminya, tidak terkecuali di China. Wang mencatat bahwa saat ini, perkembangan situasi epidemi di Tiongkok secara umum terkendali.

Advertising
Advertising

Beijing menjadi yang pertama melewati puncak epidemi dan kehidupan secara bertahap kembali normal. Otoritas China telah membuat penilaian ilmiah dan persiapan yang diperlukan untuk kemungkinan puncak epidemi di provinsi dan kota lain. China juga memiliki keyakinan penuh untuk memastikan kemajuan transisi yang lancar dan teratur.

Namun, Wang mengkritik media Barat sengaja membesar-besarkan atau mendistorsi penyesuaian kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi China. "Ini benar-benar standar ganda dan sangat melanggar etika profesional jurnalisme," ujar Wang mengecam.

China membuka perbatasannya setelah tiga tahun menerapkan kebijakan nol-Covid yang melakukan pembatasan secara ketat. Warga China diizinkan untuk melakukan penerbangan internasional. Hal ini disambut gembira dengan naiknya pemesanan tiket ke luar negeri oleh penduduk China.

<!--more-->

Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan memahami kekhawatiran negara-negara yang melalukan pembatasan ketat terhadap turis China. Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter Kamis malam mengatakan perlu lebih banyak informasi untuk menilai lonjakan terbaru infeksi COVID-19 di China.

Beberapa negara memberlakukan pembatasan pada pelancong dari China karena lonjakan infeksi COVID-19 setelah negara itu membatalkan kebijakan nol-Covid yang ketat. “Dengan tidak adanya informasi komprehensif dari China, dapat dimengerti bahwa negara-negara di seluruh dunia bertindak dengan cara yang mereka yakini dapat melindungi populasi mereka,” tulis kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter Kamis malam. Dia mendesak China untuk lebih terbuka dengan informasi tentang keadaan pandemi.

Beijing bersikeras telah membagikan informasi dan data yang relevan dengan komunitas internasional. Wang mengatakan persyaratan Covid-19 yang diberlakukan oleh negara-negara pada pelancong dari China harus didasarkan pada sains. “Kami membagikan urutan virus corona baru pada kesempatan pertama, dan dengan demikian memberikan kontribusi penting untuk pengembangan vaksin yang relevan, obat-obatan di negara lain,” kata Wang dalam jumpa pers pada hari Jumat, 30 Desember 2022.

Jumlah kematian akibat virus corona di seluruh dunia mencapai hampir 6,7 juta sejak virus itu muncul di kota Wuhan. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat telah mulai mengambil sampel air limbah dari pesawat internasional yang tiba dari China untuk melacak varian baru.

William Schaffner, pakar penyakit menular di Departemen Kedokteran Universitas Vanderbilt di Nashville, Tennessee, mengatakan pengujian air limbah menjadi semakin umum. “Menguji air limbah dari penumpang yang datang dari China akan memberi gambaran tentang jenis virus mana yang ada di luar sana, itu sangat penting,” kata Schaffner. “Kami mungkin bisa lebih memahami apakah varian baru bermunculan di China, varian yang mungkin menjadi perhatian,” katanya.

Menurutnya, faktor penyebab lonjakan infeksi ini adalah perjalanan yang kian sibuk. “Orang-orang diizinkan keluar negara dan berkeliling. Ada peluang virus untuk bermutasi dan menciptakan varian baru yang mungkin menghindari perlindungan vaksin saat ini,” katanya.

Simak: Dubes China di AS Qin Gang Menjadi Menteri Luar Negeri

GLOBAL TIMES | REUTERS | AL JAZEERA

Berita terkait

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

21 jam lalu

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Banjir bandang di Sungai Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

22 jam lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

23 jam lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

1 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

1 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

2 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Batal Angkat Kaki, Ini 5 Ponsel Meizu yang akan Rilis

3 hari lalu

Batal Angkat Kaki, Ini 5 Ponsel Meizu yang akan Rilis

Meizu melampaui ekspektasi dengan tidak hanya satu, tapi lima rencana peluncuran ponsel baru.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

6 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

6 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

7 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya