UNHCR Khawatir Setidaknya 180 Pengungsi Rohingya Tewas di Laut
Editor
Sapto Yunus
Senin, 26 Desember 2022 05:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan setidaknya 180 pengungsi Rohingya yang terdampar di laut selama berminggu-minggu setelah meninggalkan Bangladesh pada November lalu dikhawatirkan tewas karena kapal reyot mereka diperkirakan telah tenggelam bulan ini.
Mengutip laporan yang belum dikonfirmasi, UNHCR menyatakan kapal yang tidak layak melaut itu kemungkinan tenggelam setelah hilang di laut.
"Kerabat kehilangan kontak," tulis UNHCR di Twitter pada Sabtu, 24 Desember 2022. "Mereka yang terakhir berhubungan menganggap semuanya sudah mati.”
Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya dari Myanmar tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak di Bangladesh yang mayoritas muslim, termasuk puluhan ribu yang melarikan diri dari Myanmar setelah militer Myanmar melakukan penumpasan mematikan pada 2017.
Di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, sebagian besar muslim Rohingya ditolak kewarganegaraannya dan dipandang sebagai penyusup, imigran ilegal dari Asia Selatan. Namun di Bangladesh, mereka hampir tidak memiliki akses untuk bekerja.
Pelaku perdagangan orang sering memikat mereka untuk melakukan perjalanan berbahaya dengan janji pekerjaan di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia.
Menantang dahaga, kelaparan, dan penyakit, para pengungsi sering berakhir hanyut di perairan internasional setelah meninggalkan Bangladesh selatan dengan harapan menemukan makanan, pekerjaan, dan tempat berlindung di tempat lain di Asia.
Pekan lalu, dua kelompok aktivis Rohingya Myanmar mengatakan hingga 20 orang meninggal karena kelaparan atau kehausan di atas kapal yang terdampar di laut selama dua pekan di lepas pantai India. Kapal yang membawa sedikitnya 100 orang itu dilaporkan berada di perairan Malaysia.
Awal bulan ini, angkatan laut Sri Lanka menyelamatkan 104 orang Rohingya yang terapung-apung di lepas pantai utara pulau di Samudera Hindia itu. UNHCR telah mendesak negara-negara di kawasan untuk membantu mengurangi krisis kemanusiaan, sementara para pengungsi telah mengimbau dunia untuk tidak melupakan penderitaan mereka.
Baca: Vladimir Putin Siap Negosiasi, Ukraina Menolak
REUTERS