Perundingan Ukraina Perlu Didorong Kerja Sama Multilateral

Reporter

Daniel Ahmad

Jumat, 9 Desember 2022 18:00 WIB

Helikopter pengintai dan serang Ka-52 "Alligator" saat pengujian penerbangan yang dilakukan oleh Angkatan Udara Rusia dari Distrik Militer Selatan selama hujan salju di sebuah bandar udara militer di wilayah Rostov, Rusia 19 Januari 2022. Helikopter "Alligator" memiliki sistem serangan tempur yang ditingkatkan untuk memungkinkan helikopter terlibat dalam pertempuran kapan saja dan dalam kondisi cuaca apa pun. REUTERS/Sergey Pivovarov

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinasi multilateral dianggap masih penting untuk menyelesaikan invasi Rusia ke Ukraina, di tengah potensi membekunya perang dalam waktu lama seperti diisyaratkan Presiden Vladimir Putin. Konflik Eropa timur yang kini berdampak pada tata ekonomi dunia, termasuk ASEAN, dinilai dapat dihentikan lewat pihak ketiga.

"Jika Anda memiliki kerja sama, Anda dapat menegosiasikan akses penuh ke hal-hal ini (dampak ekonomi, ketersediaan pangan dan energi). Anda dapat menghindari persaingan yang sangat mengganggu itu. Itulah mengapa saya tetap percaya pada kerja sama multilateral sebagai respons terhadap krisis ini," kata Joel Ng, Wakil Kepala Pusat Studi Multilateralisme saat dialog di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Jumat, 9 Desember 2022.

Sebuah pemandangan menunjukkan mobil dan bangunan rumah sakit hancur oleh serangan udara Rusia, di Mariupol, Ukraina, 9 Maret 2022. Menurut Ukraina, serangan udara ini dilancarkan di tengah kesepakatan gencatan senjata. Layanan pers Kepolisian Nasional Ukraina/Handout via REUTERS pemberitahuan

Advertising
Advertising

Saat berbicara di konferensi The Council for Security Cooperation in the Asia Pacific, peneliti dari Sekolah Hubungan Internasional S. Rajaratnam itu menyatakan ASEAN memiliki dokumen simbolis penting berupa Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), yang menyatakan pentingnya perdamaian. Ini bisa menjadi pengingat historis dari bentuk kerja sama yang dibangun di tengah ketegangan kekuatan besar semasa Perang Dingin beberapa dekade.

Agresi Rusia ke Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022. Barat mengecam Moskow dengan sejumlah paket sanksi ekonomi dan isolasi di panggung internasional. Gempuran pasukan Rusia ke Ukraina masih berlangsung. Perkembangan terkini beberapa wilayah Ukraina, termasuk Kyiv, kesulitan mendapat akses listrik akibat pusat pasokan dibombardir Rusia.

Di beberapa momen, Cina dianggap bisa berperan penting dalam menyelesaikan krisis ini. Namun ambiguitas Moskow dalam menanggapi invasi dicurigai negara-negara Barat.

Penasihat Senior Institut Montaigne untuk Asia, François Godement, menilai fokus dalam membangun pihak ketiga lebih penting dibandingkan memperhatikan upaya diplomatik Beijing dalam menyelesaikan perang ini. Secara historis peran itu jarang diambil oleh China.

"Selama ini misalnya, mengenai masalah Korea Utara, kita terlalu banyak menghabiskan waktu, membujuk Cina agar lebih aktif, terlibat, intervensionis, ke dalam penyelesaian suatu masalah," kata Godement, dalam forum yang sama di Sekretariat ASEAN.

Presiden Putin dalam acara televisi pada Kamis, 8 Desember 2022, mengakui tentara Rusia berpotensi terlibat perang Ukraina untuk waktu yang lama. Dia menyebut pihaknya belum punya rencana menarik tentaranya. Rusia menyebut invasi ke Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk membebaskan penduduk di Donbas. Kremlin kerap membantah menargetkan warga dan infrastruktur sipil.

Baca juga: Top 3 Dunia : Tentara Bayaran Asal Amerika Tewas di Perang Ukraina

Putin mengatakan risiko perang nuklir semakin besar. Akan tetapi, Rusia tidak akan sembarangan mengancam dalam menggunakan senjata nuklir.

"Kami belum gila, kami menyadari apa itu senjata nuklir. Kami memiliki sarana ini (senjata nuklir) dalam bentuk yang lebih maju dan modern daripada negara nuklir lainnya. Tapi kami tidak akan berkeliling dunia sambil mengacungkan senjata ini seperti pisau cukur," kata Putin.

Beberapa negara, termasuk Indonesia hingga Turki, mengupayakan jadi pihak ketiga yang menjembatani Kyiv dan Moskow. Kedua belah pihak bagaimanapun masih belum menunjukkan keinginan untuk berdamai. Keamanan dunia menjadi perhatian, termasuk ancaman penggunaan nuklir usai Rusia mencaplok sejumlah wilayah Ukraina, dan Kyiv enggan berunding selama Kremlin masih dikepalai Putin.

Dalam kesempatan terpisah, Pengamat Internasional Universitas Airlangga Radityo Dharmaputra mengatakan kerja sama di antara Indonesia dan negara dengan kekuatan menengah untuk menyediakan meja perundingan bagi Rusia dan Ukraina cukup terbuka. Sebab Indonesia dan India, misalnya, mendapat giliran menjadi presidensi G20 secara berurutan sampai tahun depan.

"Jadi selama ini Turki jalan sendiri di satu isu, Uni Emirat Arab jalan sendiri, tapi isu lain. Indonesia jalan sendiri berusaha jadi jembatan antara Kyiv dan Moskow, kenapa tidak bersama-sama?" kata Radityo dalam Conference of Indonesian Foreign Policy think tank FPCI di Jakarta, Sabtu, 26 November 2022.

Sidang ACT Digelar Virtual, Ahyudin Dengarkan Dakwaan dari Ruang di Bareskrim

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

9 jam lalu

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia menanggapi laporan media bahwa Rusia memasukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke dalam daftar buronan.

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

20 jam lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

1 hari lalu

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

Ukraina menyebut Rusia mencari perhatian karena menetapkan Presiden Zelensky sebagai buronan.

Baca Selengkapnya

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

2 hari lalu

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

2 hari lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

3 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

4 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

4 hari lalu

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

Retno Marsudi menyebut Turkiye dan Indonesia sepakat perlunya memperkuat kolaborasi kedua negara guna mendukung perjuangan bangsa Palestina.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

4 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya