Nur Hassan Wirajuda Sarankan Strategi Baru dalam Selesaikan Krisis Myanmar

Reporter

Daniel Ahmad

Selasa, 29 November 2022 16:00 WIB

Mantan Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda ditemui di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa, 29 November 2022. TEMPO/Daniel Ahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri RI Nur Hassan Wirajuda menyarankan Indonesia meninjau ulang pendekatan dalam menyelesaikan masalah Myanmar. Strategi baru atau modifikasi 5 Point of Consensus (5PC) yang tidak berjalan secara efektif di bawah dua keketuaan ASEAN sebelumnya, bisa menjadi pertimbangan.

"Junta militer merasa tidak begitu memahami, perlunya bernegosiasi dengan pihak NUG, (dan) kelompok minoritas yang selama ini mengangkat senjata melawan Pemerintahan (militer) Myanmar. Jadi situasinya tergantung pada kita (Indonesia), mestinya persoalan sesulit itu kita punya strategi jitu. Bagaimana? Itu tugas kawan-kawan saya, para pejabat yang menentukan," kata Hassan saat ditemui setelah acara di Sekretariat ASEAN Jakarta pada Selasa, 29 November 2022.

Baca juga: Wawancara Hassan Wirajuda Soal Arbitrase Laut Cina Selatan

Paing Takhon (kanan) saat demo menentang kudeta militer di Yangoon, Februari 2021. (Myanmar Now)

Advertising
Advertising

Myanmar diselimuti ketegangan sejak junta militer pada awal tahun lalu menggulingkan pemerintah sipil terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi. Gerakan perlawanan, termasuk yang menggunakan senjata, muncul di berbagai wilayah di Myanmar. Namun junta militer melawannya dengan kekuatan mematikan.

Indonesia menerima tongkat estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja sekitar dua pekan lalu. Saat penyerahan presidensi di Phnom Penh, Presiden RI Joko Widodo mengatakan ASEAN harus menjadi kawasan yang stabil, damai, dan menjadi jangkar stabilitas dunia.

5PC dibuat oleh para pemimpin negara-negara anggota ASEAN pada April 2021 dengan lima poin yakni dialog konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan, dan pengiriman Utusan Khusus ke Myanmar.

Sejumlah pihak menilai 5PC itu tidak berjalan dengan baik. Ada sekitar 457 kelompok organisasi masyarakat sipil Myanmar menyerukan dalam sebuah surat terbuka ke para pemimpin ASEAN agar membatalkan konsensus tersebut dan membuka kerja sama dengan koalisinya.

Hassan mengatakan formulasi 5PC cukup baik karena melibatkan Myanmar saat kesepakatan itu dicapai. Namun mandeknya penerapan konsensus itu bisa menjadi alasan untuk peninjauan ulang.

Seperti dalam masalah Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar, misalnya, Hassan menganggap durasi yang diberikan sesuai masa keketuaan saja tidak akan cukup. Perlu ada langkah berkelanjutan.

"Kalau saya melihat paling sedikit memerlukan waktu 3 tahunlah wajarnya untuk bisa menangani masalah ini. Myanmar is the killing ground of special envoy. Ada 9 utusan khusus (special envoy), yakni 7 utusan khusus dari PBB, 2 dari ASEAN - semuanya tidak ada yang berhasil," kata Hassan.

Sebelumnya di sela KTT ASEAN, Presiden Jokowi menyerukan supaya konsensus ASEAN mengenai Myanmar diimplementasikan oleh junta militer. Nantinya, penerapan 5PC itu akan diawasi oleh para menteri luar negeri anggota ASEAN di bawah keketuaan Indonesia.

Baca juga: Laut Cina Selatan Rawan Konflik, Retno Marsudi: Butuh Paradigma Damai

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

4 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

9 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

9 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya