Anggota Parlemen GPS Bertemu Raja Malaysia, Deklarasi Dukung Muhyiddin Yassin
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Sita Planasari
Rabu, 23 November 2022 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Anggota parlemen senior yang mewakili koalisi Gabungan Parti Sarawak atau GPS telah dipanggil ke Istana Negara, pada Rabu, 23 November 2022, untuk audiensi dengan Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Abdullah dari Pahang.
Baca juga: Pemilihan PM Masih Buntu, Raja Malaysia Gelar Pertemuan Majelis Raja-Raja Besok
Presiden Parti Rakyat Sarawak (PRS) Datuk Joseph Salang membenarkan ini kepada The Star. Dia mengatakan anggota parlemen Kanowit Datuk Aaron Ago Dagang ada dalam delegasi yang mewakili PRS, tetapi menambahkan bahwa dia tidak memiliki rincian lebih lanjut.
PRS adalah salah satu dari empat pihak yang tergabung dalam koalisi GPS. Yang lainnya adalah Parti Pesaka Bumiputera Bersatu (PBB), Partai Persatuan Rakyat Sarawak (SUPP) dan Partai Demokrasi Rakyat (PDP).
Laporan lain, seperti dikutip Free Malaysia Today menyebutkan, GPS tidak mengubah sikapnya dalam membentuk pemerintahan dan akan terus mendukung koalisi Perikatan Nasional dan Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri.
Fadillah Yusof, wakil presiden senior GPS dari PBB mengatakan bahwa pihaknya juga telah menyerahkan deklarasi secara resmi kepada Raja. Deklarasi ini menyatakan dukungan anggota parlemennya untuk Muhyiddin menjadi perdana menteri.
Fadillah memimpin delegasi pimpinan GPS ke Istana Negara pada pagi ini. Dia menyebut hanya ada empat pimpinan koalisi yang bertemu dengan Yang di-Pertuan Agong. Selain Fadilllah, diperkirakan Alexander Nanta Linggi, Richard Riot Jaem, dan Tiong King Sing, sudah tiba di istana lebih awal.
Dua kandidat terkemuka, pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dan mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin sudah melewatkan tenggat untuk membentuk pemerintahan pada Selasa, 22 November 2022. Baik Anwar dan Muhyiddin sudah audiensi dengan raja kemarin.
Pemilu Malaysia menghasilkan parlemen menggantung sebab Anwar dan Muhyiddin gagal mendapat dukungan mayoritas. Keputusan memilih perdana menteri baru sekarang sepenuhnya ada di tangan Raja Malaysia.
Koalisi Anwar memenangkan kursi terbanyak dengan 82 kursi. Sementara kubu Muhyiddin memenangkan 73 kursi. Mereka membutuhkan 112 - mayoritas sederhana - untuk bisa membentuk pemerintahan.
Raja Abdullah sudah memanggil anggota parlemen dari koalisi petahana Barisan Nasional secara individu untuk audiensi, Rabu, 23 November 2022. Langkah ini diharapkan dapat membantunya menentukan siapa yang pantas menjadi perdana menteri.
Barisan hanya memenangkan 30 kursi. Ini merupakan hasil pemilu terburuk yang mereka dapatkan sejak kemerdekaan pada 1957. Akan tetapi dukungan dari anggota parlemennya akan sangat penting bagi Anwar dan Muhyiddin agar bisa meraih 112 kursi.
Pada Selasa, 22 November 2022, para elit dari koalisi Barisan mengatakan tidak akan bergabung dengan salah satu koalisi.
Setelah diskusi dengan Raja Malaysia kemarin, Muhyiddin menolak saran agar dia dan Anwar bekerja sama membentuk pemerintahan persatuan. Muhyiddin menjalankan aliansi konservatif Muslim Melayu, sedangkan Anwar menjalankan koalisi multietnis.
Kubu Muhyiddin mencakup partai Islam yang kemenangan elektoralnya telah menimbulkan ketakutan di Malaysia. Negeri Jiran memiliki minoritas etnis Cina dan etnis India yang secara signifikan memiliki keyakinan lain.
Hasil pemilu Malaysia yang belum jelas, telah membuat investor waswas di tengah kekhawatiran atas dampak potensial partai Islam itu terhadap kebijakan nasional.
Kepolisian Malaysia pada minggu ini memperingatkan pengguna media sosial agar jangan mengunggah konten provokatif tentang ras dan agama setelah pemilu Malaysia yang dianggap memecah belah.
Baca juga: Ini Sosok Raja Malaysia yang Akan Memilih Perdana Menteri Baru
REUTERS | THE STAR | FMT