Geng Bersenjata Menculik Lebih dari 100 Orang di Nigeria
Reporter
Terjemahan
Editor
Sapto Yunus
Selasa, 22 November 2022 09:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, diculik oleh orang-orang bersenjata yang menyerbu empat desa di negara bagian Zamfara, Nigeria timur laut. Komisaris informasi dan penduduk mengatakan pada Senin, 21 November 2021, bahwa penculikan terjadi pada hari Ahad.
Baca: Mahkamah Agung Afsel Mengirim Jacob Zuma Kembali ke Penjara
Penculikan telah menjadi endemik di Nigeria barat laut ketika gerombolan pria bersenjata berkeliling menculik orang dari desa, jalan raya, dan pertanian untuk meminta uang tebusan dari kerabat mereka.
Komisaris informasi Zamfara Ibrahim Dosara dan seorang penduduk setempat mengatakan lebih dari 40 orang diculik dari desa Kanwa di daerah pemerintah daerah Zurmi di Zamfara.
Sejumlah 37 orang lainnya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, diambil di komunitas Kwabre di wilayah pemerintah daerah yang sama.
"Kampung Kanwa saat ini sepi, para bandit membagi diri menjadi dua kelompok dan menyerang masyarakat. Mereka menculik anak-anak berusia antara 14 hingga 16 tahun dan perempuan," kata warga desa Kanwa yang tak mau disebut namanya karena alasan keamanan.
Di komunitas Yankaba dan Gidan Goga di wilayah Pemerintah Daerah Maradun, setidaknya 38 orang diculik saat bekerja di ladang mereka.
Komisaris informasi Dosara menuduh orang-orang bersenjata menggunakan korban penculikan sebagai tameng manusia melawan serangan udara dari militer.
Pada 7 November lalu, kelompok bersenjata menculik sedikitnya 80 orang dan membunuh 11 lainnya dalam serangan terpisah di barat laut Nigeria.
Negara bagian Zamfara adalah salah satu yang paling parah dilanda kejahatan oleh kelompok bersenjata. Masyarakat setempat menyebut mereka sebagai bandit, yang meneror dan menculik untuk uang tebusan. Sepak terjang mereka menambah rasa tidak aman warga menjelang pemilihan presiden pada Februari 2023.
Baca: Macron: Rusia Sebarkan Pengaruh dengan Propaganda di Afrika
REUTERS