Netanyahu Setuju Melegalkan Pos-pos Pemukim Tepi Barat

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Kamis, 17 November 2022 21:19 WIB

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan anggota Knesset sayap kanan Itamar Ben Gvir selama upacara pelantikan parlemen Israel yang baru Knesset ke-25 di Yerusalem, 15 November 2022. Abir Sultan/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Benjamin Netanyahu, yang sedang ditugaskan membentuk pemerintahan baru Israel setelah koalisinya memenangi pemilu pada awal bulan ini, telah berjanji melegalkan puluhan pos pemukim ilegal di wilayah pendudukan Tepi Barat. Janji itu diucapkan setelah ia bertemu dengan politikus sayap kanan yang kontroversial Itamar Ben-Gvir.

Baca: Penyelidik Ukraina Temukan 63 Mayat dengan Tanda-tanda Penyiksaan di Kherson

Seperti dilaporkan Al Jazeera pada Kamis, 17 November 2022, yang mengutip media Israel, keduanya bertemu pada hari Rabu di mana mereka setuju melegalkan pos terdepan dalam waktu 60 hari setelah pemerintah baru dilantik. Aturan pelegalan itu akan berlaku surut.

Partai Likud, partai sayap kanan pimpinan Netanyahu, menyebutkan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan dengan partai Kekuatan Yahudi pimpinan Ben-Gvir bahwa kedua politikus membuat kemajuan signifikan.

Namun, meski kesepakatan telah dibuat, tidak ada jaminan kesepakatan itu akan mendapatkan dukungan suara yang diperlukan di Parlemen Israel (Knesset).

Advertising
Advertising

Di antara pos terdepan yang akan disahkan berdasarkan rencana tersebut adalah Homesh, permukiman kontroversial yang dikosongkan pada 2005, terletak di antara kota Nablus dan Jenin di Palestina. Pos itu terletak di Route 60, jalan raya utama utara-selatan di Tepi Barat yang diduduki, yang digunakan oleh warga Palestina dan pemukim Yahudi.

Semua permukiman Israel, termasuk pos terdepan, adalah ilegal menurut hukum internasional. Namun Israel hanya menganggap pos-pos terdepan sebagai ilegal berdasarkan undang-undangnya sendiri, mengklaim bahwa itu dibangun oleh pemukim individu atau kelompok pemukim, bukan oleh pemerintah.

Lusinan laporan oleh kelompok pemantau dan hak asasi manusia (HAM) menunjukkan pemerintah Israel menyediakan infrastruktur, dukungan, dan pendanaan bagi para pemukim untuk membangun pos-pos terdepan. Selain itu, pemerintah Israel selama beberapa tahun terakhir secara surut melegalkan banyak pos terdepan dan telah mengeluarkan undang-undang untuk memudahkan pelaksanaannya.

Netanyahu, yang digulingkan setelah 12 tahun berkuasa pada 2021, secara resmi ditugaskan oleh Presiden Isaac Herzog untuk membentuk pemerintahan pada Ahad lalu.

Partai Likud dan sekutu ultra-nasionalisnya termasuk Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich dari aliansi Zionisme Religius mendapatkan suara mayoritas dalam pemilihan yang berlangsung pada 1 November lalu untuk 120 kursi Knesset.

Warga Palestina di Nablus mengatakan rencana itu sangat mengkhawatirkan, terutama mengingat situasi yang sudah tegang sejak tahun lalu dengan meningkatnya serangan oleh pemukim.

“Pemukiman kembali Homesh, khususnya, akan berarti kehancuran bagi warga Palestina di jalan Nablus-Jenin,” kata jurnalis lokal Shadi Jararah kepada Al Jazeera.

“Saat ini, hampir setiap hari ada serangan pemukim terhadap warga Palestina di jalan utama 60, dan juga di rumah-rumah di Burqa,” lanjut Jararah, mengacu pada desa Palestina di sebelah Homesh. “Kehadiran pemukim di Homesh, dan di jalan utama menuju Jenin, akan menimbulkan ketegangan yang lebih tinggi.”

Jararah mencatat bahwa, karena adanya permukiman di daerah tersebut dan meningkatnya serangan bersenjata terhadap tentara dan pemukim di sana sejak tahun lalu, tentara Israel telah menempatkan tiga pos pemeriksaan di jalan utama, sepanjang jarak sekitar 11 kilometer antara permukiman terdekat Shavei Shomron dan pos terdepan Homesh.

Sejak tahun lalu, kota Nablus dan Jenin di Tepi Barat utara telah menjadi pusat perlawanan bersenjata terhadap pendudukan Israel selama puluhan tahun. Serangan terhadap pangkalan militer, pos pemeriksaan, tentara, dan pemukim Israel meningkat. Serangan juga menyebar ke Salfit, Hebron, dan Yerusalem selama beberapa pekan terakhir.

Pada Selasa lalu, seorang pria Palestina berusia 18 tahun melakukan serangan dengan menabrakkan mobil dan menikam orang di dekat permukiman ilegal Ariel di Salfit, Tepi Barat, yang menewaskan tiga orang Israel, sebelum dia ditembak mati oleh pasukan Israel.

Pos terdepan Homesh awalnya dibangun pada 1978 sebagai pangkalan militer Israel di tanah pribadi Palestina sebelum diserahkan kepada para pemukim pada 1980. Pos itu kemudian dievakuasi pada 2005 sebagai bagian dari rencana pemisahan Perdana Menteri Ariel Sharon.

Melegalkan Homesh berarti mengamendemen Undang-Undang Pemisahan tahun 2005, yang memungkinkan orang Yahudi untuk menampung kembali pos terdepan.

Meskipun pos terdepan telah dievakuasi, tentara Israel mempertahankan pangkalan militer di lokasi tersebut, dan pemukim diizinkan untuk mengaksesnya, bahkan untuk sementara pemilik tanah Palestina dilarang melakukannya.

Pada 2007, para pemukim mendirikan sebuah sekolah agama, atau “yeshiva”, di pos terdepan. Sekolah terus beroperasi, pemukim diizinkan berkemah dan mengadakan acara dan protes di pos terdepan, tetapi tidak diizinkan memiliki rumah permanen.

Permukiman Israel adalah kompleks perumahan khusus Yahudi yang dibangun di atas tanah Palestina yang melanggar hukum internasional. Lebih dari 700 ribu pemukim Israel tinggal di setidaknya 250 permukiman ilegal di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Dalam pertemuan pada hari Rabu, Netanyahu dan Ben-Gvir juga sepakat untuk mendirikan sebuah sekolah agama di pos terdepan Evyatar yang dibangun di atas tanah desa Beita di Palestina. Pemukim meninggalkan Eyvatar tahun lalu.

Menurut sumber Partai Likud kepada harian Israel Haaretz, dalam pertemuan terpisah pada hari Selasa dengan Smotrich, dan setelah serangan Ariel, Netanyahu menyarankan agar pemerintah baru memanfaatkan kesempatan ini untuk mengakui pos-pos yang tidak sah.

Baca: Lima Orang Tewas dalam Serangan Bersenjata di Iran

AL JAZEERA

Berita terkait

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

1 jam lalu

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

Yang mencuat di KTT OKI di Gambia, mulai dari seruan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi soal Palestina dan negara islam lainnya

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

1 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

4 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

4 jam lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

4 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

5 jam lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

5 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

5 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

6 jam lalu

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

6 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya