TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya lima orang tewas serangan di provinsi Khuzestan di barat daya Iran pada Rabu, 16 November 2022. Media pemerintah menyebut insiden itu sebagai serangan teroris.
Baca: Prancis dan Inggris Tuduh Iran Ancam Warganya, Dicap Provokator Demo
Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa 15 orang lainnya terluka dalam serangan di pasar di kota Izeh. Kantor berita semiresmi ISNA menyebutkan dua pria bersenjata di dalam mobil menembaki orang-orang.
Etnis Arab minoritas di Iran, yang sebagian besar tinggal di Khuzestan, telah bergabung dalam protes berpekan-pekan yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini. Perempuan Kurdi berusia 22 tahun itu tewas dalam tahanan polisi moral Iran pada 16 September lalu. Ia ditahan atas tuduhan melanggar aturan berpakaian bagi perempuan Iran.
“Lima orang tewas dalam serangan teroris itu, termasuk satu anak, satu perempuan, dan tiga laki-laki," kata pejabat lokal Valiollah Hayati kepada televisi pemerintah.
ISNA mengatakan dua anggota milisi sukarelawan Basij Iran termasuk di antara mereka yang tewas.
Bulan lalu, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap situs penting kaum Syiah di kota Shiraz, Iran, yang menewaskan 15 orang dan melukai puluhan lainnya.
Kantor berita semiresmi lainnya, Tasnim, melaporkan sekolah seminari di Izeh dibakar oleh pengunjuk rasa antipemerintah. Video di media sosial, yang tidak dapat diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan bangunan itu terbakar dan terdengar suara tembakan.
Protes yang dipicu oleh kematian Amini telah berubah menjadi aksi protes yang meluas di seluruh Iran, salah satu tantangan paling berani terhadap kepemimpinan ulama sejak Revolusi Iran 1979.
Warga Iran terus melakukan protes antipemerintah pada hari Rabu meskipun tindakan keras negara semakin mematikan. Pihak berwenang Iran menuduh musuh asing mengobarkan kerusuhan untuk mengguncang republik Islam itu.
Baca: Geopolitik Tetap Menjadi Fokus pada KTT APEC di Thailand
REUTERS