Menilik Jangkauan Operasi Kerja Tentara Bayaran Grup Wagner
Reporter
RACHEL FARAHDIBA REGAR
Editor
Bram Setiawan
Senin, 7 November 2022 05:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Grup Wagner pasukan tentara bayaran swasta membuka markas resmi pertama di kota Saint Petersburg, Rusia, pada Jumat, 4 November 2022.
Pembukaan Wagner Center dipandang sebagai langkah lain Yevgeny Prigozhin untuk mengumumkan mandat militernya dan mengambil peran membentuk kebijakan pertahanan Rusia. Prigozhin pengusaha rekanan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Operasi kerja Grup Wagner
Mengutip laporan dari laman European Council on Foreign Relations (ECFR), semenjak 2017, Sudan-Rusia menjalin kerja sama keamanan dan ekonomi. Salah satunya konsesi pertambangan emas yang melibatkan perusahaan milik Yevgeny Prigozhin. Mulanya, Grup Wagner hanya mengurus situs eksplorasi tambang. Tapi grup ini mulai ikut menjadi penyokong kepentingan politik dan militer rezim Omar al-Bashir.
Lingkungan kerja tentara bayaran itu semakin luas, mulai dari pelatihan intelijen hingga cara menghadapi demonstran antipemerintah. Tentara bayaran itu juga dilatih merancang kampanye disinformasi untuk melemahkan golongan oposisi sampai terlibat langsung dalam represi gerakan protes.
Wagner pernah disewa Presiden Republik Afrika Tengah, Faustin-Archange Touadéra sejak 2018. Pada tahun itu, pemerintah memberikan izin tambang emas dan berlian Lobaye kepada perusahaan Rusia yang berhubungan dengan Prigozhin.
Baca: Mengenal Grup Wagner Rusia, Tentara Bayaran Swasta?
Touadéra hanya mengontrol sebagian kecil wilayah sekitar Bangui. Wagner pun dipandang mengambil andil besar membantu menumpas gerakan pemberontakan. Padahal, mereka melakukannya dengan aksi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, seperti pembunuhan, penghilangan paksa, dan pemerkosaan.
Pada April 2019, Grup Wagner mulai terdeteksi di utara Sudan, Libya. Grup ini tidak sendiri,karena tergabung dengan pasukan jenderal pemberontak Khalifa Haftar setelah sang jenderal berupaya menyerang pemerintahan transisi di Tripoli.
Sekitar hampir 2.000 pasukan Wagner pernah berperang di Libya antara 2019 bingga 2020 yang didanai Pemerintah Rusia. Wagner juga pernah disewa pemerintah Mozambik untuk mengatasi pemberontak Afrika Tengah. Jasa Wagner dipilih salah satunya lantaran biayanya murah.
Merujuk laporan Organized Crime and Corruption Reporting Project, pada 2020, Departemen Keuangan Amerika Serikat menyatakan, Wagner bertindak sebagai kedok untuk perusahaan pertambangan Prigozhin, seperti M Invest dan Lobaye. Tapi kini, perusahaan itu telah dijatuhi sanksi oleh Amerika.
Belakangan, Grup Warner diundang pemerintah Mali, Afrika Barat untuk melindunginya dari serangan kelompok militan Islam. Kedatangannya pada 2021 ini memengaruhi keputusan Prancis untuk menarik mundur pasukannya dari negara itu,
Saat invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, tentara bayaran swasta itu pun melakukan serangan dengan taktik bendera palsu di Ukraina timur sebagai alasan untuk invasi. Sebagian pesan di media sosial Rusia ramai mengajak pemerintah merekrut tentara bayaran yang ikut ke Ukraina. Namun, tentara bayaran ini menggunakan nama lain, seperti The Hawks. Itu upaya untuk menghindari nama Grup Wagner.
Baca: Tentara Bayaran Rusia, Grup Wagner, Membuka Markas Pertamanya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.