Mantan Politikus Myanmar Dihukum 173 Tahun Penjara
Reporter
Terjemahan
Editor
Sapto Yunus
Kamis, 3 November 2022 15:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan di distrik Magway, Myanmar, yang dikuasai militer, menjatuhkan hukuman penjara 148 tahun kepada seorang mantan anggota parlemen dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Win Myint Hlaing. Dengan tambahan hukuman itu, pria 52 tahun itu akan menjalani total hukuman 173 tahun penjara.
Baca: Pasangan di Kanada Bagikan Permen Ganja ke Anak-anak Saat Halloween
Seperti dilansir Al Jazeera, Kamis, 3 November 2022, hukuman itu dijatuhkan pada hari Senin. Hlaing didakwa melakukan tindakan terorisme.
Ini merupakan hukuman penjara terlama yang diberikan kepada setiap anggota pemerintahan Aung San Suu Kyi dan partai NLD sejak militer merebut kekuasaan pada Februari 2021.
Pengadilan yang terletak sekitar 480 km sebelah utara ibu kota komersial, Yangon, itu memutuskan Win Myint Hlaing bersalah atas delapan pelanggaran di bawah tindakan kontraterorisme dan menjatuhkan hukuman 148 tahun. Demikian tutur seorang yang mengerti proses hukumnya, yang menolak diungkap jati dirinya karena takut ditangkap.
Ia menuturkan, Win Myint Hlaing telah divonis pada Maret, April, dan Juni lalu atas lima pelanggaran yang melibatkan penghasutan dan terorisme, di mana ia menerima hukuman total 25 tahun. Beberapa insiden di mana Hlaing dihukum baru-baru ini terjadi ketika dia sudah berada di penjara.
Persidangan politik di Myanmar secara tradisional tertutup untuk umum sehingga bukti yang digunakan untuk menghukum tersangka tidak diketahui.
Seseorang yang mengetahui penjara Magway mengatakan tahanan jangka panjang di penjara itu, termasuk Win Myint Hlaing, dibelenggu.
Junta militer Myanmar mengeksekusi empat aktivis politik pada Juli lalu yang dihukum atas tuduhan terorisme dan kegiatan antikudeta.
Aung San Suu Kyi, yang ditangkap pada hari tentara merebut kekuasaan, telah dijatuhi hukuman 26 tahun penjara atas tuduhan yang menurut para pendukungnya dibuat-buat untuk mendiskreditkannya dan mencegahnya mencalonkan diri dalam pemilihan umum.
Media yang dikendalikan junta militer Global New Light of Myanmar melaporkan pada tahun lalu bahwa Win Myint Hlaing memimpin unit Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) setempat. Militer menuduh Hlaing telah mengumpulkan senjata dan bahan peledak yang digunakan dalam aksi teror untuk merusak perdamaian dan stabilitas negara.
Unit PDF, menurut media itu, telah menyerang kantor pendidikan, bank, dan kantor polisi dan telah melakukan pengeboman, serangan pembakaran, dan pembunuhan.
Hlaing terpilih menjadi anggota parlemen lokal wilayah Magway, di pusat Myanmar, pada 2015. Ia tidak ambil bagian dalam pemilihan 2020 tetapi telah berpartisipasi dalam protes terhadap militer sebelum ditangkap di kota Yaksawk di negara bagian Shan timur pada November 2021.
Rumahnya di kota Taungdwingyi, Magway, disita oleh pasukan keamanan sehari setelah penangkapannya, memaksa keluarganya melarikan diri.
Kudeta di Myanmar awalnya disambut dengan protes damai yang meluas yang ditekan dengan kekuatan mematikan. Kekerasan aparat memicu perlawanan bersenjata, yang menurut beberapa pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekarang mirip dengan perang saudara.
Baca: Iran Membantah Akan Segera Menyerang Arab Saudi
AL JAZEERA