Warga Palestina Khawatir Kembalinya Netanyahu Menyebabkan Lebih Banyak Kekerasan

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Kamis, 3 November 2022 07:00 WIB

Tentara Israel terlibat bentrokan dengan warga Palestina yang menggelar aksi protes di Tepi Barat, 1 September 2020. REUTERS/Raneen Sawafta

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina merasa khawatir eskalasi konflik dengan Israel akan terus berlanjut jika Benjamin Netanyahu kembali menjadi Perdana Menteri Israel. Netanyahu sementara unggul dalam hitung cepat pemilu Israel.

Baca: Amerika Akan Membela Arab Saudi Jika Iran Menyerang

Pemilu pada Selasa, 1 November 2022, berlangsung di tengah kekerasan antara Palestina dan Israel. Lebih dari 100 warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki Israel telah dibunuh oleh pasukan Israel pada tahun ini, sementara serangkaian serangan jalanan yang fatal oleh warga Palestina telah menewaskan 20 orang di Israel dan permukiman Israel.

Para pejabat Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza mengatakan corak ultranasionalis dari kemungkinan aliansi Netanyahu, termasuk penghasut Itamar Ben-Gvir, yang pernah menganjurkan pengusiran warga Palestina, memicu kekhawatiran atas ketegangan lebih lanjut.

“Tidak diragukan lagi hasil dari koalisi semacam itu akan meningkatkan sikap bermusuhan terhadap rakyat Palestina dan membuat tindakan pendudukan menjadi lebih ekstrem,” kata anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Bassam Salhe, kepada Reuters di kota Ramallah, Tepi Barat.

Advertising
Advertising

Kelompok Hamas, yang telah berperang beberapa kali dengan Israel selama dekade terakhir, memperkirakan hasilnya menunjukkan bakal lebih banyak potensi kekerasan.

“Jelas bahwa Israel condong ke arah lebih ekstremisme, yang juga berarti agresi terhadap rakyat kami akan meningkat," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem.

“Pemerintah yang dipimpin Netanyahu, yang meluncurkan beberapa perang melawan rakyat Palestina, dan kehadiran tokoh-tokoh paling ekstrem dalam koalisi berarti bahwa kami akan menghadapi lebih banyak terorisme Zionis,” Qassem menambahkan.

Tidak Ada Perdamaian

Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menjalankan otonomi terbatas atas kota-kota Palestina di Tepi Barat, menolak mengomentari hasil hitung cepat pemilu. Ia mengatakan mereka akan menunggu hasil akhir.

Sementara negosiasi antara Otoritas Palestina dan Israel terhenti, kedua pihak telah melakukan kontak pada tahun ini. Abbas bertemu dengan Menteri Pertahanan Benny Gantz untuk menenangkan ketegangan dan mengoordinasikan langkah-langkah keamanan.

Pada September lalu, Abbas menyambut seruan Perdana Menteri Yair Lapid untuk solusi dua negara sebagai perkembangan positif. Netanyahu, sebaliknya, telah lama menentang negara Palestina.

Reham Owda, seorang analis politik Palestina di Gaza, mengatakan proses perdamaian dan Otoritas Palestina khususnya mungkin menjadi pecundang utama dari kembalinya Netanyahu, mengingat permusuhan pribadinya dengan Abbas dan perlawanannya terhadap solusi dua negara.

“Dengan Netanyahu, slogannya adalah tidak ada perdamaian, tidak ada solusi dua negara, lebih banyak pemukiman, dan fokusnya adalah pada Iran,” katanya kepada Reuters. “Tantangan terbesarnya adalah bagaimana mendapatkan kembali ketenangan di Tepi Barat, menghadapi perlawanan Palestina yang meningkat, dan melindungi permukiman dan pemukim.”

Dalam kekerasan terbaru di Tepi Barat, pasukan Israel menembak mati seorang pria Palestina pada Rabu, 2 November 2022, yang diduga menabrakkan mobil ke sebuah pos pemeriksaan yang menyebabkan seorang tentara Israel terluka parah.

Kekerasan juga meningkat pada Agustus lalu di Gaza. Setidaknya 49 orang termasuk 17 anak-anak tewas dalam 56 jam pertempuran yang dimulai dengan serangan udara untuk mencegah kelompok Jihad Islam menembakkan ratusan rudal ke Israel.

“Rakyat Palestina tidak akan mendapatkan apa-apa dari pemerintah ini kecuali perang, penghancuran, pembunuhan, pertumpahan darah, penghancuran rumah, penghancuran tanah, dan pembangunan lebih banyak permukiman dengan mengorbankan rakyat Palestina,” kata Youssef Khattab, seorang direktur televisi di Jalur Gaza.

Baca: Ukraina Usulkan Rusia Dikeluarkan dari G20, Ini Tanggapan Indonesia

AL ARABIYA | REUTERS

Berita terkait

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

11 menit lalu

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

Kepala UNESCO menyerukan penghargaan atas keberanian jurnalis Palestina menghadapi kondisi 'sulit dan berbahaya' di Gaza.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

41 menit lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

1 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

1 jam lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

2 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 jam lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

2 jam lalu

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

Menurut media asal AS, Arab Saudi menangkap warganya karena mengkritik Israel di media sosial terkait perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

2 jam lalu

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

Indonesia dikabarkan tengah mengimpor Indonesia tengah mengimpor sejumlah produk spyware dan pengawasan yang sangat invasif dari Israel.

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

2 jam lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya