Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal, Boikot Gandum Berlanjut

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 31 Oktober 2022 16:05 WIB

AS akan mengerahkan sistem pertahanan udara Patriot ke Slovakia, setelah anggota NATO ini menyumbangkan sistem pertahanan udara S-300 era Soviet ke Ukraina. Menteri Pertahanan Lloyd Austin, mengatakan "Penyebaran kemampuan Patriot ke Slovakia ini sangat selaras dengan upaya kami sebelumnya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan NATO". Foto : Militarywatchmagazine

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia pada Senin, 31 Oktober 2022, menghujani kota-kota Ukraina dengan rudal. Ledakan dahsyat terdengar di sudut-sudut ibu kota Kyiv.

Situs berita milik pemerintah Ukraina, Ukrinform, menyebutkan sistem pertahanan anti-pesawat telah diaktifkan di kota Kyiv. Pihak berwenang setempat meminta warga untuk tinggal di tempat perlindungan bom sampai peringatan serangan udara berakhir.

Menurut penduduk Kyiv, serangkaian ledakan terdengar di kota itu.

Selain itu, sistem pertahanan anti-pesawat telah diaktifkan di wilayah Vinnytsia pada Senin pagi. Pemerintah setempat melaporkan serangan rudal musuh.

“Rudal Rusia lainnya menghantam infrastruktur penting Ukraina. Alih-alih bertempur di medan perang, Rusia memerangi warga sipil,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Advertising
Advertising

"Jangan membenarkan serangan ini dengan menyebutnya sebagai 'reaksi'. Rusia melakukan ini karena masih memiliki rudal dan keinginan untuk membunuh warga Ukraina."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, mengatakan rudal telah menghantam infrastruktur energi di Kyiv dan kota-kota lain, menyebabkan pemadaman listrik dan air.

“Rusia tidak tertarik pada pembicaraan damai, atau keamanan pangan global. Satu-satunya tujuan Putin adalah kematian dan kehancuran.”

Tidak ada tanggapan segera dari Moskow, yang menuduh Kyiv menyerang Armada Laut Hitamnya di pelabuhan Krimea dengan 16 pesawat tak berawak pada hari Sabtu.

Awal bulan ini, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak dimulainya perang di Kyiv dan kota-kota Ukraina lainnya, dalam apa yang dikatakan sebagai balasan terhadap serangan di jembatan Krimea.

Ukraina tidak membenarkan atau membantah berada di balik serangan terhadap armada Rusia, seperti juga atas ledakan di Krimea.

Boikot pengiriman gandum

Rusia menyebut serangan terhadap armada Laut Hitam sebagai alasan menarik diri dari kesepakatan untuk mengizinkan pengiriman gandum Ukraina.

Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor makanan terbesar di dunia, dan blokade Rusia terhadap pengiriman biji-bijian Ukraina menyebabkan krisis pangan global awal tahun ini. Menyusul pengumuman Rusia yang akan menghentikan kerjasama dengan ekspor biji-bijian, harga gandum berjangka Chicago melonjak lebih dari 5 persen pada hari Senin.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia "mengancam dunia dengan kelaparan" setelah menarik diri dari kesepakatan ekspor makanan yang dinegosiasikan oleh PBB dan Turki.

Di antara kapal-kapal yang ditahan Rusia termasuk pembawa puluhan ribu ton gandum milik Program Pangan Dunia PBB untuk tanggap darurat di Tanduk Afrika, kata Zelensky dalam pidato semalam.

Kementerian infrastruktur Ukraina mengatakan total 218 kapal "diblokir secara efektif".

Kesepakatan biji-bijian mengharuskan Rusia dan Ukraina untuk mengoordinasikan inspeksi dan transit kapal melalui Laut Hitam dengan PBB dan Turki bertindak sebagai mediator.

Tidak ada kapal yang bergerak pada hari Minggu. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan telah setuju dengan Turki dan Ukraina tentang rencana transit hari Senin bagi 16 kapal memindahkan biji-bijian Laut Hitam - 12 keluar dan empat masuk. Tidak ada tanggapan segera dari Rusia.

PBB mengatakan para pejabat Rusia telah diberitahu tentang rencana tersebut, bersama dengan niat untuk memeriksa 40 kapal keluar pada hari Senin, dan mencatat bahwa "semua peserta berkoordinasi dengan militer masing-masing dan otoritas terkait lainnya untuk memastikan perjalanan yang aman dari kapal komersial" di bawah kesepakatan.

Presiden AS Joe Biden pada hari Sabtu menyebut langkah Rusia "benar-benar keterlaluan" dan mengatakan itu akan meningkatkan kelaparan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Moskow mempersenjatai makanan.

Pada hari Minggu, duta besar Rusia untuk Washington, mengatakan tanggapan Amerika Serikat "keterlaluan" dan tidak sesuai dengan langkah Moskow.

Reuters, Ukrinform

Berita terkait

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

23 menit lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

1 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

1 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

4 jam lalu

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

Ukraina menyebut Rusia mencari perhatian karena menetapkan Presiden Zelensky sebagai buronan.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

1 hari lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

2 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya