Kontraksi Ekonomi Rusia Lebih Kecil dari Perkiraan

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 29 Oktober 2022 07:00 WIB

Pengunjung memadati restoran baru Vkusno & tochka, yang dibuka setelah keluarnya perusahaan McDonald's Corp dari pasar Rusia, di Moskow, Rusia 12 Juni 2022. REUTERS/Evgenia Novozhenina

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Rusia melaporkan kontraksi pada ekonomi Rusia ternyata lebih kecil dari yang diperkirakan. Dalam laporan yang dipublikasi pada Jumat, 28 Oktober 2022, Bank Sentral Rusia melihat GDP negara itu mengalami penurunan sampai 3 persen atau menjadi 3,5 persen pada tahun ini. Sebelumnya diproyeksikan GDP akan turun 4 sampai 6 persen.

Pada akhir April 2022, Bank Sentral Rusia telah memperkirakan GDP akan turun 8 – 10 persen. Proyeksi Bank Sentral juga menyebutkan ekonomi Rusia akan kembali tumbuh pada 2024 – 2025.

Bank Sentral Rusia dalam laporannya pada Jumat, 28 Oktober 2022, menahan suku bunga pada 7,5 persen setelah enam kali pemangkasan berturut-turut. Alasannya karena ada risiko inflasi lebih tinggi lagi.

Advertising
Advertising

“Ada sebuah keseimbangan antara risiko pro-inflasi dengan disinflasi dalam jangka pendek. Untuk jangka menengah, risiko proinflasi masih mendominasi dan tumbuh sedikit sejak pertengahan September 2022,” demikian keterangan Bank Sentral Rusia.

Menurut laporan Bank Sentral Rusia, inflasi tahunan masih akan melambat secara bertahap. Pada September 2022, pertumbuhan harga-harga melambat menjadi 13,7 persen secara tahunan setelah pada Agustus 2022 tercatat 14,3 persen.

Inflasi pada sektor rumah tangga dan bisnis diperkirakan bakal masih tinggi. Inflasi akan naik sedikit dibanding pada bulan-bulan musim panas. Inflasi diperkirakan bakal mendekati 4 persen.

Sebelumnya pada Juli 2022, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell menilai sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat ke Rusia bakal merugikan Moskow. Sanksi dan dampaknya dipastikan bakal dialami Rusia karena menginvasi Ukraina

Baca juga:Vladimir Putin Meyakini Dunia Sedang di Tepi Jurang

Borrell mengklaim, produksi mobil Rusia hampir terhenti. Lebih dari dua pertiga armada pesawat sipil Rusia juga mengalami banyak kesulitan untuk terbang karena mereka tidak memiliki suku cadang atau produk internal.

Akan tetapi, Borrell mengakui sanksi memang (belum) menghentikan perang. Kendati begitu, sanski telah menempatkan banyak kesulitan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, di antaranya untuk membiayai mesin perang dan harus membuat ekonomi Rusia terus bekerja. Sanksi disebut Borrell telah membuat pembangunan ekonomi Rusia mundur 20 tahun.

Sumber: RT.com

Baca juga: Inflasi di Cina Naik

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

11 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

20 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya