Pelapor PBB: Senjata Militer Myanmar Sama dengan Senjata Rusia yang Digunakan di Ukraina

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Kamis, 27 Oktober 2022 13:45 WIB

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia di Myanmar, Tom Andrews, mengatakan jenis senjata Rusia yang digunakan di Ukraina juga digunakan untuk membunuh orang-orang di Myanmar.

Baca: Biden Salah Ucapkan Nama Rishi Sunak Jadi Rashi Sanook

Andrews mendesak negara-negara di PBB membentuk koalisi—seperti yang telah mereka lakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina—untuk menekan junta militer Myanmar. Koalisi negara, kata dia, harus menargetkan militer Myanmar dengan sanksi dan embargo senjata.

“Beberapa jenis senjata yang digunakan untuk membunuh orang di Ukraina digunakan untuk membunuh orang Myanmar. Dan senjata itu berasal dari sumber yang sama—senjata itu berasal dari Rusia,” kata Andrews kepada wartawan di New York, Rabu, 26 Oktober 2022.

Ia mengatakan masyarakat internasional harus mengoordinasikan upayanya untuk menargetkan mereka dan bekerja sama untuk menerapkan langkah-langkah tersebut.

Advertising
Advertising

Rusia adalah salah satu pemasok persenjataan terbesar ke Myanmar dan termasuk di antara sedikit pembela militer negara itu sejak melancarkan kudeta pada 2021.

Lebih dari 2.300 orang telah tewas sejak junta Myanmar menindak keras perbedaan pendapat setelah kudeta. Dunia marah karena militer Myanmar melancarkan serangan udara ke sebuah perayaan ulang tahun Organisasi Kemerdekaan Kachin di negara bagian Kachin pada Ahad lalu, yang menewaskan sedikitnya 80 orang.

“Pola respons masyarakat internasional terhadap kengerian ini tidak berubah. Dunia mengecewakan rakyat Myanmar, bagi saya tidak ada pertanyaan apa pun,” kata Andrews. “Ada kekosongan kepemimpinan, di PBB dan komunitas internasional.”

Setelah Andrews memberi pengarahan kepada Komite Hak Asasi Manusia Majelis Umum PBB pada Rabu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Gennady Kuzmin mempertanyakan laporan Pelapor PBB, dengan mengatakan laporan itu sering kali tidak didukung fakta.

“Bukan terserah Anda untuk mengatakan senjata siapa yang membunuh warga sipil, orang tua, wanita, anak-anak di seluruh dunia. Anda telah ditunjuk sebagai Pelapor Khusus untuk Myanmar, jadi silakan berurusan dengan Myanmar daripada Ukraina,” kata Kuzmin kepada Komite.

Myanmar telah berada dalam krisis sejak tentara menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021, menahan dia dan pejabat lainnya, serta melancarkan tindakan keras berdarah terhadap protes dan jenis perbedaan pendapat lainnya.

Dewan Keamanan PBB telah lama terpecah perihal Myanmar. Para diplomat mengatakan China dan Rusia kemungkinan akan melindungi para pemimpin militer dari tindakan keras seperti sanksi.

Pada awal Oktober lalu, Amerika Serikat memberikan sanksi kepada sekelompok pengusaha Myanmar dan perusahaan mereka dengan tuduhan mereka memasok senjata buatan Rusia kepada junta militer.

Departemen Keuangan Amerika mengatakan Aung Moe Myint dan Hlaing Moe Myint, pemilik Dynasty International; dan Myo Thitsar, direktur perusahaan; dimasukkan dalam daftar hitam sanksi karena pengadaan senjata dan pesawat di Belarus untuk administrasi militer.

Pada bulan lalu, Inggris mengusulkan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan yang akan menuntut diakhirinya semua kekerasan di Myanmar, membawa ancaman sanksi, dan meminta militer membebaskan semua tahanan politik.

Sebuah draft revisi diedarkan ke 15 anggota Dewan Keamanan pada pekan ini. Belum ada kejelasan kapan pemungutan suara untuk resolusi tersebut digelar.

Andrews juga mengecam Malaysia yang mendeportasi puluhan warga negara Myanmar pada pada hari Rabu. Menurut dia, para pengungsi itu akan menghadapi penyiksaan dan kemungkinan besar eksekusi di Myanmar.

Pihak berwenang Malaysia belum menanggapi permintaan komentar tentang deportasi tersebut “Ini keterlaluan. Itu tidak dapat diterima, dan itu merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional,” kata Andrews.

Baca: Datang Tanpa Diundang, Kanye West Diusir dari Kantor Skechers

AL JAZEERA

Berita terkait

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

11 jam lalu

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina mengatakan mereka menggagalkan rencana Rusia untuk membunuh Presiden Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

13 jam lalu

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah

Baca Selengkapnya

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

16 jam lalu

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

Jaksa penuntut negara Ukraina memeriksa puing-puing dari 21 dari sekitar 50 rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

18 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Kondisi Atlet Sepak Bola Malaysia yang Disiram Air Keras Kini Kritis Tapi Stabil

22 jam lalu

Kondisi Atlet Sepak Bola Malaysia yang Disiram Air Keras Kini Kritis Tapi Stabil

Atlet sepak bola Malaysia yang menjadi korban serangan air keras, Faisal Halim, berada dalam kondisi kritis.

Baca Selengkapnya

Pelantikan Putin sebagai Presiden Rusia, Ini Respons dari AS dan Negara-negara Eropa

22 jam lalu

Pelantikan Putin sebagai Presiden Rusia, Ini Respons dari AS dan Negara-negara Eropa

Vladimir Putin diambil sumpahnya untuk masa jabatan kelima sebagai presiden Rusia dalam sebuah upacara di Kremlin, Selasa.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

23 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

1 hari lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

1 hari lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya