Kanye West Bikin Keluarga George Floyd Marah

Reporter

Tempo.co

Senin, 17 Oktober 2022 22:30 WIB

Ekspresi Kanye West saat menggelar kampanye pemilihan presiden pertamanya untuk di North Charleston, South Carolina, AS, 19 Juli 2020. Menanggapi Kanye yang mengungkap pernah ingin menceraikannya, Kim menyebut suaminya menderita masalah kejiwaan yaitu bipolar. REUTERS/Randall Hill

TEMPO.CO, Jakarta - Kanye West membuat keluarga mendiang George Floyd marah dan sedang mempertimbangkan untuk menggugat penyanyi hip hop tersebut. Floyd adalah laki-laki kulit hitam asal Amerika Serikat yang tewas pada 2020 lalu saat ditahan oleh anggota polisi kulit putih.

Kematian Floyd telah memancing unjuk rasa sosial bukan hanya di Amerika Serikat, namun juga di sejumlah negara.

Kemarahan keluarga Floyd dipicu oleh ucapan West saat mendatangi podcast ‘Drink Champs’ pada Minggu, 16 Oktober 2022. Dalam kesempatan itu, West mengklaim kalau Floyd tewas karena keracunan fentanyl, bukan karena ditekuk oleh anggota polisi bernama Derek Chauvin.

Advertising
Advertising

“Saya menonton film dokumenter George Floyd yang dibuat oleh Candace Owens. Mereka (polisi) memukulnya dengan fentanyl. Jika Anda lihat, lutut polisi yang menekuk Floyd bahkan tidak dilehernya,” kata West, yang menduga Floyd diberi obat fentanyl secara paksa.

Baca juga : Gaya Busana Kim Kardashian Sering Dikritik Kanye West

Proses penangkapan pria keturunan Afro-Amerika bernama George Floyd, 46 tahun, saat dibekuk polisi Derek Chauvin pada Senin 25 Mei lalu. George Floyd tewas setelah lehernya ditindih yang menyebabkan kehabisan nafas. dailymail.co.uk

Setelah acara podcast berakhir, pembawa acara memperingatkan West agar berhati-hati membahas perihal ini. West lalu bertanya balik apakah wawancara podcast ini akan dipublikasi karena media Yahudi telah memblokirnya.

West saat ini sudah diblokir oleh sejumlah platform media sosial karena mengunggah pernyataan bernada anti-semitic di Twitter pada awal Oktober 2022.

Menanggapi ucapan West di podcast ‘Drink Champs’ tersebut, pengacara keluarga Floyd, Lee Merritt, mengungkap saat ini keluarga sedang mempertimbangkan untuk menggugat West. Merritt mengatakan ucapan West telah melemahkan dan mengurangi perjuangan keluarga Floyd.

Terkait soal obat, jejak penggunaan obat termasuk fentanyl memang ditemukan di tubuh Floyd saat dilakukan otopsi. Namun alasan resmi kematian Floyd disebabkan oleh kardiopulmonari karena Chauvin menekan leher Floyd selama delapan menit.

Temuan resmi menyatakan Floyd kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kerusakan otak, gagal jantung dan pada akhirnya kematian.

Chauvin, 46 tahun, yang sudah mengabdi di Kepolisian Minneapolis selama 19 tahun, divonis 21 tahun penjara. Dia juga sudah menyatakan diri bersalah telah menyebabkan kematian Floyd dan didakwa dengan pembunuhan tingkat kedua, yakni pembunuhan tidak disengaja.

Sumber : RT.com

Baca juga: Kim Kardashian Tambah Keamanan Anak-anaknya di Sekolah setelah Kanye West Bocorkan Info

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

3 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

9 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

13 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

14 jam lalu

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

Polda Metro Jaya mengungkap laboratorium terselubung narkoba jenis cannabinoid/MDMB-4en-Pinaca atau ganja sintetis di Sentul, Bogor.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

15 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

16 jam lalu

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

Polisi saat ini masih mendalami keterlibatan orang-orang yang diduga membantu pelaku pembunuhan korban yang mayatnya ditemukan dalam koper.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

16 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

16 jam lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

17 jam lalu

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

Polisi mengungkapkan Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29) menyetubuhi RM, sebelum membunuhnya dan mayat perempuan itu ditemukan di dalam koper di Cikarang.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

17 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya