Perempuan Iran Menuntut Perubahan Politik

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Kamis, 13 Oktober 2022 11:34 WIB

Seorang wanita pro-pemerintah Iran memegang bendera Iran selama demonstrasi menentang aksi unjuk rasa yang digelar baru-baru ini di Iran, atas tewasnya Mahsa Amini di Teheran, Iran 23 September 2022. Diketahui tewasnya Mahsa Amini, 22 oleh petugas kepolisian Syariah akibat mengenakan pakaian tidak pantas membuat aksi unjuk rasa di gelar di Iran dan sejumlah negara lainnya. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

TEMPO.CO, Dubai - Para perempuan berada di garis depan protes yang meletus di pemakaman Mahsa Amini, yang meninggal di tahanan polisi Iran pada bulan lalu. Sejak itu, aksi protes menyebar di negara itu dan menjadi tantangan bagi republik Islam itu sejak revolusi 1979.

Salah seorang perempuan yang merasakan tekanan akibat pelaksanaan hukum Islam di negeri itu adalah pensiunan guru Somayyeh. Namun ia merasa terlalu takut untuk melawan ulama yang berkuasa sampai pada kematian Amini.

Baca: Ikut Demo Mahsa Amini, Putri Eks Presiden Iran Didakwa Lakukan Propaganda

Kematian Amini telah menjadi titik temu yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi perempuan yang mengambil risiko besar untuk memperjuangkan kebebasan, menyerukan kejatuhan ulama berkuasa dalam masyarakat yang didominasi laki-laki. Namun para analis percaya peluang untuk perubahan politik di Iran tipis.

Menurut Somayyeh, kematian Amini adalah serangkaian hal buruk yang terjadi pada perempuan. “Ini adalah hasil dari penindasan selama bertahun-tahun terhadap perempuan Iran,” kata Somayyeh. “Kami bosan dengan Undang-Undang yang diskriminatif, dipandang sebagai warga negara kelas dua. Sekarang, kami menginginkan perubahan politik.”

Advertising
Advertising

Somayyeh mengatakan tidak bisa hidup dengan ketakutan bahwa putrinya dapat dilanggar oleh polisi moral dan dibunuh. “Kematian Mahsa menunjukkan bahwa kita harus berjuang melawan aturan ini,” kata dia seperti dikutip Reuters, Kamis, 13 Oktober 2022.

Keluhan terbanyak adalah mengenai penerapan aturan berpakaian yang wajib ditaati perempuan, yang populasinya lebih dari separuh penduduk Iran dan termasuk yang paling berpendidikan tinggi di Timur Tengah. Tingkat melek huruf perempuan Iran mencapai lebih dari 80 persen dan lebih dari 60 persen dari badan mahasiswa universitas Iran.

Di bawah syariat Islam yang diterapkan di Iran, yang diberlakukan setelah revolusi, pria dapat menceraikan istrinya jauh lebih mudah daripada perempuan menceraikan suaminya. Sedangkan hak asuh anak di atas usia tujuh tahun secara otomatis jatuh ke tangan ayahnya.

Perempuan, termasuk anggota parlemen dan pejabat senior, memerlukan izin dari suami untuk bepergian ke luar negeri. Kesaksian mereka sebagai saksi sah bernilai setengah dari laki-laki. Perempuan secara legal bisa melakukan sebagian besar pekerjaan, menjadi pemilih, atau mengemudi, tetapi mereka tidak dapat mencalonkan diri sebagai presiden atau menjadi hakim.

Tekanan pada kaum perempuan meningkat sejak Ebrahim Raisi memenangi pemilu presiden pada tahun lalu. Pada Juli 2022, ia menerapkan peraturan tentang hijab dan kesucian yang berisi banyak pembatasan seperti perempuan dilarang memasuki beberapa bank, kantor pemerintah, dan beberapa jenis transportasi umum.

Pemerintah menambah jumlah mobil polisi moral di jalan-jalan. Video di media sosial memperlihatkan petugas memukul dan mendorong perempuan dan menahan mereka. Tindakan itu membuat banyak penduduk marah. Mereka merasa layak hidup di negara bebas dan memiliki hak yang dinikmati oleh orang-orang di negara lain.

“Ini bukan soal aturan berpakaian lagi. Ini tentang hak bangsa Iran, yang telah disandera oleh ulama selama beberapa dekade," kata Nasrin, 38, warga Kota Yazd. “Saya ingin hidup seperti yang saya inginkan. Kami berjuang untuk Iran yang lebih baik tanpa ulama sebagai pemimpin negara.”

Pasukan keamanan Iran menghadapi para demonstran yang memprotes kematian Amini dengan keras. Menurut kelompok hak asasi manusia, tindakan petugas itu mengakibatkan tak kurang dari 185 orang termasuk di antaranya 19 anak di bawah umur meninggal. Tindakan petugas keamanan juga melukai ratusan orang dan ribuan orang ditangkap. Adapun pihak berwenang Iran mengatakan sedikitnya 20 anggota pasukan keamanan tewas selama kerusuhan.

“Saya dibesarkan di Iran bermimpi hidup di negara bebas, di mana saya bisa bernyanyi dengan bebas, menari dengan bebas, punya pacar dan memegang tangannya di jalan tanpa takut polisi moral," kata Jinous, 27 tahun, seorang penerjemah lepas.

Gelombak protes terhadap aturan hijab telah merebak dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2014, jurnalis-penulis Iran, Masih Alinejad, memulai kampanye “Kebebasan Tersembunyiku” di Facebook, di mana ia membagikan foto-foto perempuan Iran yang dikirim kepadanya.

Hal itu kemudian diikuti dengan kampanye pemakaian hijab putih setiap Rabu pada 2017 dan protes hijab pada 2018 ketika perempuan turun ke jalan dengan mengangkat kerudung mereka tinggi-tinggi. Menurut kelompok HAM, puluhan perempuan telah dipenjara karena aktivisme mereka melawan aturan wajib hijab.

Baca: Dukung Mahsa Amini, Angelina Jolie: Perempuan Iran Tak Butuh Polisi Moral dan Pikiran Dikontrol

REUTERS

Berita terkait

Divonis 8 Tahun Penjara, Sutradara Mohammad Rasoulof Kabur dari Iran

2 hari lalu

Divonis 8 Tahun Penjara, Sutradara Mohammad Rasoulof Kabur dari Iran

Sutradara film Iran Mohammad Rasoulof mengatakan telah meninggalkan Iran setelah dijatuhi hukuman penjara atas tuduhan keamanan nasional

Baca Selengkapnya

Disambut Patung Pria Kurus Hidung Panjang, Megawati Singgung Politik Seni

3 hari lalu

Disambut Patung Pria Kurus Hidung Panjang, Megawati Singgung Politik Seni

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung politik seni saat meninjau pameran bertajuk Melik Nggendong Lali karya Butet Kartaredjasa.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi: Iran Tak Takut Hancurkan Arogansi Global

3 hari lalu

Garda Revolusi: Iran Tak Takut Hancurkan Arogansi Global

Panglima Garda Revolusi Iran menyatakan Iran tak pernah terhambat dengan sanksi-sanksi Barat.

Baca Selengkapnya

Iran akan Ubah Doktrin Nuklir Jika Israel Ancam Keberadaannya

7 hari lalu

Iran akan Ubah Doktrin Nuklir Jika Israel Ancam Keberadaannya

Iran sekali lagi memperingatkan Israel agar tidak mengancam eksistensinya atau mereka akan mengubah doktrin nuklir yang telah diumumkannya.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

10 hari lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

13 hari lalu

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.

Baca Selengkapnya

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

14 hari lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

16 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

17 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

19 hari lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya