Presiden Ebrahim Raisi Siap Bertindak Tegas Atasi Aksi Protes Kematian Mahsa Amini
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Minggu, 25 September 2022 19:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran Ebrahim Raisi memastikan pihaknya akan mengambil langkah tegas atas segala unjuk rasa yang terjadi di negara itu. Aksi protes di Iran buntut dari kematian Mahsa Amini, 22 tahun, yang meninggal saat berstatus tahanan atas tuduhan pelanggaran moral.
Stasiun televisi Iran pada Sabtu, 24 September 2022, mewartakan setidaknya 41 orang tewas dalam gelombang unjuk rasa yang terjadi selama sepekan terakhir di 31 provinsi di Iran. Jumlah itu berdasarkan perhitungan sendiri dan angka resmi yang belum dipublikasi.
“Iran akan menindak tegas mereka yang menentang keamanan dan ketenangan negara,” kata Presiden Raisi.
Raisi sudah menelepon keluarga seorang pasukan relawan Basij yang gugur saat mengamankan unjuk rasa yang berujung rusuh di wilayah timur laut kota Mashhad. Raisi menekankan pentingnya untuk membedakan antara aksi protes dan aksi mengganggu ketenangan masyarakat serta keamanan. Raisi pun menyebut yang terjadi belakangan ini adalah sebuah kerusuhan.
Unjuk rasa di timur laut Iran dipicu pemakaman Amini sepekan lalu. Amini adalah perempuan suku Kurdi, yang jatuh koma sebelum akhirnya meninggal. Dia ditahan di Ibu Kota Tehran oleh kepolisian urusan moral, yang menangani penegakan aturan menggunakan jilbab pada perempuan Iran.
Kematian Amini telah membangkitkan kemarahan masyarakat Iran atas sejumlah larangan menyangkut kebebasan individu. Iran secara ketat mengatur pakaian perempuan. Sedangkan secara ekonomi, Iran cukup terguncang karena sanksi-sanksi yang dijatuhkan pada negara itu.
Sebagian besar unjuk rasa atas kematian Amini dilakukan oleh perempuan. Mereka melambai-lambaikan dan membakar jilbab mereka. Beberapa ada yang memotong rambut mereka sambil menyerukan agar Pemimpin Iran tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dilengserkan.
Unjuk rasa atas kematian Amini tercatat yang terbesar yang pernah terjadi di Iran sejak aksi protes menolak kenaikan harga BBM pada 2019 lalu. Unjuk rasa pada 2019, dilaporkan menewaskan 1.500 orang atau tercatat sebagai konfrontasi paling berdarah dalam sejarah Iran.
Sumber: Reuters
Baca juga: Top 3 Dunia: Kronologi Kematian Mahsa Amini, Sederhananya Pemakaman Raja Saudi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini