Putin Singgung Soal Nuklir dalam Perang di Ukraina, Ini Tanggapan NATO

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 22 September 2022 07:50 WIB

Sebuah howitzer self-propelled Rusia hancur selama operasi serangan balik Angkatan Bersenjata Ukraina, di wilayah Kharkiv, Ukraina 14 September 2022. Press Service of the 30th Independent Mechanized Brigade of the Ukrainian Armed Forces/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman terselubung Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan senjata nuklir setelah kemunduran Rusia di Ukraina adalah "retorika yang berbahaya dan sembrono," kata sekretaris jenderal NATO, Jens Stoltenberg, kepada Reuters, Rabu, 21 September 2022.

Ia menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri perang Rusia Ukraina adalah dengan membuktikan bahwa Moskow tidak akan menang di medan perang.

Jens Stoltenberg juga mengatakan, pengumuman Putin tentang mobilisasi militer pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua akan meningkatkan konflik dan menelan lebih banyak korban jiwa.

Tapi, kata kepala NATO, itu juga merupakan bukti bahwa Putin telah membuat "kesalahan besar" dengan keputusan Rusia untuk menyerang tetangganya pada 24 Februari 2022.

Stoltenberg, berbicara kepada Pemimpin Redaksi Reuters Alessandra Galloni di New York di sela-sela pertemuan tahunan Majelis Umum PBB, mengatakan aliansi pertahanan Barat yang beranggotakan 30 negara akan tetap tenang dan "tidak terlibat dalam retorika nuklir yang sembrono dan berbahaya seperti Presiden Putin."

Advertising
Advertising

"Satu-satunya cara untuk mengakhiri perang ini adalah dengan membuktikan bahwa Presiden Putin tidak akan menang di medan perang. Ketika dia menyadari itu, dia harus duduk dan merundingkan kesepakatan yang masuk akal dengan Ukraina," kata Stoltenberg.

Dalam pidatonya, Putin mengumumkan bahwa dia akan memanggil 300.000 pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina dan mendukung rencana untuk mencaplok bagian-bagian negara itu, mengisyaratkan kepada Barat bahwa dia siap menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia.

"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi rakyat kami - ini bukan gertakan," kata Putin.

Rusia memiliki "banyak senjata untuk membalas," kata Putin.

Pidato Putin menyusul meningkatnya korban dan kemunduran medan perang bagi pasukan Rusia, yang telah diusir dari daerah yang mereka kuasai di timur laut Ukraina dalam serangan balasan Ukraina bulan ini dan macet di selatan.

"Pidato Presiden Putin menunjukkan bahwa perang tidak berjalan sesuai dengan rencana Presiden Putin," kata Stoltenberg.

"Dia membuat kesalahan besar, kesalahan strategis," kata Stoltenberg tentang Putin.

"Lebih banyak pasukan akan meningkatkan konflik. Itu berarti lebih banyak penderitaan, lebih banyak korban jiwa - nyawa warga Ukraina, tetapi juga nyawa warga Rusia," kata Stoltenberg.

Putin mengatakan, tanpa memberikan bukti, bahwa para pejabat di negara-negara anggota NATO telah mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan Rusia, dan bahwa Rusia "juga memiliki berbagai alat pemusnah."

NATO belum melihat adanya perubahan dalam postur dan kesiapan nuklir Rusia, kata Stoltenberg, tetapi menambahkan bahwa kuncinya adalah untuk mencegah eskalasi semacam itu.

“Kami akan memastikan bahwa tidak ada kesalahpahaman di Moskow tentang keseriusan penggunaan senjata nuklir. … Dan itulah alasan mengapa kami sangat jelas dalam komunikasi kami dengan Rusia tentang konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentang fakta bahwa perang nuklir tidak bisa dimenangkan oleh Rusia."

NATO: Perdamaian tergantung Rusia

Stoltenberg mengatakan bahwa meskipun pasukan Rusia tidak diperlengkapi dengan baik dan tidak memiliki komando dan kontrol yang tepat, sulit melihat konflik berakhir dalam jangka pendek selama Rusia menolak untuk menerima bahwa Ukraina adalah negara yang berdaulat dan merdeka.

Stoltenberg menyatakan keyakinannya bahwa selama ini aliansi Barat akan tetap bersatu.

"Kami siap menghadapi musim dingin yang sulit. Musim dingin akan datang, ini akan sulit bagi kita semua. Tetapi jawabannya adalah tidak mundur dan berhenti mendukung Ukraina. Jawabannya, jika ada, adalah untuk melangkah lebih jauh. mendukung Ukraina," kata Stoltenberg.

Saat NATO bersiap untuk "jangka panjang" dalam berurusan dengan Putin, NATO sekarang sedang berdialog dengan industri pertahanan untuk membangun kembali stok senjata dan amunisinya, kata Stoltenberg.

"Kami telah mengurangi banyak stok. Kami membutuhkan stok untuk disiapkan. Itulah alasan mengapa kami sekarang sangat terlibat dengan industri ini," kata Stoltenberg.

Stoltenberg sekali lagi menyatakan keyakinannya bahwa keanggotaan NATO di Swedia dan Finlandia, yang mendaftar untuk bergabung dengan aliansi tersebut setelah invasi Rusia ke Ukraina, akan diratifikasi, bahkan ketika Turki terus menyatakan keprihatinan atas langkah tersebut.

NATO tidak melihat China sebagai musuh, kata Stoltenberg, tetapi menyatakan keprihatinan yang berkembang atas kerja sama yang semakin erat antara Beijing dengan Moskow dalam latihan militer dan dalam domain diplomatik.

"China adalah bagian dari tantangan keamanan yang harus kita hadapi hari ini," kata Stoltenberg.

Stoltenberg, yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri Norwegia, telah memegang jabatan sekretaris jenderal NATO sejak 2014. Sekutu NATO pada Maret memperpanjang mandatnya di pos tersebut hingga September 2023.

Reuters

Berita terkait

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

11 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

12 jam lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

1 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

1 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

1 hari lalu

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

Top 3 dunia adalah Rusia menawarkan Sukhoi ke RI, AS minta Cina buka pintu untuk pengusahanya hingga persiapan senjata Rusia lawan Ukraina.

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

3 hari lalu

Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

Kedubes Rusia mengatakan Moskow siap memasok pesawat tempur Sukhoi jika ada minat dari Jakarta.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Spyware Israel, Kerja Sama Rusia-RI, Korea Utara-Iran

3 hari lalu

Top 3 Dunia: Spyware Israel, Kerja Sama Rusia-RI, Korea Utara-Iran

Top 3 Dunia dibuka dengan berita dari Spanyol tentang spyware Israel yang memata-matai PM Pedro Sanchez.

Baca Selengkapnya

Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

3 hari lalu

Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

Kedubes Rusia mengatakan persiapan negaranya sangat kuat untuk melawan Ukraina yang akan mendapat bantuan senilai miliaran dolar dari AS.

Baca Selengkapnya

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

3 hari lalu

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.

Baca Selengkapnya