Vladimir Putin Peringatkan Barat Nuklir Bukan Sekadar Gertakan
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Suci Sekarwati
Rabu, 21 September 2022 21:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu, 21 September 2022, memerintahkan mobilisasi militer untuk perang Ukraina. Putin memperingatkan negara-negara Barat bahwa dia tidak hanya menggertak dan siap menggunakan senjata nuklir demi membela Rusia.
"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami tanpa ragu akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami - ini bukan gertakan," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi Rusia.
Merujuk pada ekspansi NATO menuju perbatasan Rusia, Putin menyebut Barat sedang merencanakan untuk menghancurkan negaranya. Pemimpin Rusia itu menganggap Barat sedang melakukan "pemerasan nuklir" dengan potensi penggunaan senjata tersebut terhadap Moskow. Ia menganggap Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa memaksa Rusia melakukan operasi militer di Ukraina.
"Dalam kebijakan anti-Rusia yang agresif, Barat telah melewati setiap garis. Ini bukan gertakan. Mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa baling-baling cuaca dapat berputar dan menunjuk ke arah mereka," tutur Putin.
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Rabu 21 September 2022 mengumumkan Rusia tengah menargetkan 300 ribu pasukan cadangan untuk mendukung kampanye militernya di Ukraina.
Itu akan menjadi mobilisasi militer pertama Rusia sejak Perang Dunia II yang dilakukan Presiden Putin. Melalui pidato televisi pagi hari, Putin menyatakan, tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang, yang tidak hanya melawan Ukraina tetapi juga para pendukung Baratnya.
Untuk pertama kali sejak 6 bulan lalu, Shoigu memberikan update mengenai jumlah korban akibat perang Ukraina dari pihak Rusia. Menurutnya, ada 5.397 tentara Rusia yang gugur sejak awal konflik. Adapun angka kematian resmi yang dia umumkan pada 25 Maret 2022 menyebutkan 1.351 prajurit tewas.
Pasukan Rusia menyerbu Ukraina sejak 24 Februari 2022. Titik-titik pertempuran bergeser sesuai dengan strategi militer kedua negara. Setelah gagal menggapai Kyiv di awal invasi, Rusia memfokuskan serangan di Donbas, wilayah timur Ukraina.
Sebelum pengumuman Putin memicu eskalasi konflik, Ukraina melancarkan serangan balasan di wilayah timur dan selatan. Ukraina mengklaim pasukannya telah menembus lebih jauh ke timur, wilayah yang baru-baru ini ditinggalkan oleh Rusia. Manuver militer ini membuka jalan bagi kemungkinan serangan terhadap pasukan pendudukan Moskow di wilayah Donbas.
Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Aliansi Barat menghukum Rusia dengan sanksi ekonomi dan isolasi di forum internasional.
Pencaplokan
Pengumuman Putin memobilisasi militer ini menandai eskalasi terbesar perang Ukraina sejak invasi Februari lalu. Selain secara eksplisit mengangkat ancaman nuklir, Putin juga menyinggung dukungan referendum sebagian wilayah Ukraina.
Donetsk (DPR) gadungan dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) diakui Putin sebagai wilayah independen sebelum invasi. Selain dua wilayah itu, pejabat Rusia di Kherson dan Zaporizhzhia telah meminta suara yang sama. Referendum membuka jalan bagi pencaplokan formal sekitar 15 persen wilayah Ukraina.
"Kami tidak bisa - tidak memiliki hak moral untuk menyerahkan orang-orang yang dekat dengan kami kepada para algojo, kami tidak bisa tidak menanggapi keinginan tulus mereka untuk menentukan nasib mereka sendiri," kata Putin.
Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan posisi negaranya di tengah kabar referendum dua wilayah di timur Ukraina yang mau mengintegrasikan diri dengan Rusia. Ia menyerukan tekanan lebih besar ada pada Moskow.
"Posisi kami tidak berubah karena kebisingan atau pengumuman di suatu tempat. Kami mendapat dukungan penuh dari mitra kami dalam hal ini," kata Zelensky dalam pidato rutin Selasa, 20 September 2022, tanpa menyinggung langsung referendum tersebut.
Zelensky mengaku telah menginformasikan semua subjek hubungan internasional mengenai apa yang terjadi di Ukraina. Ia menyebut dukungan dari komunitas dunia akan terus mengalir ke Kyiv dalam kondisi apa pun.
"Jadi mari kita terus menekan (Rusia). Mari menjaga persatuan. Mari kita bela Ukraina. Kami membebaskan tanah kami. Kami tidak melemah," ujar Zelensky.
REUTERS
Baca juga: Jokowi Minta Pemda Beri Beri Subsidi Angkutan, Berikut Komentar Ekonom
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.