Ibu Kota Belanda akan Tampung 1.000 Migran di Kapal Pesiar

Reporter

Tempo.co

Rabu, 31 Agustus 2022 13:00 WIB

Pengungsi menunggu di luar ruangan di tanah lembab di pusat penerimaan utama pencari suaka, di Ter Apel, Belanda 17 Agustus 2022. REUTERS/Piroschka van de Wouw

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah ibu kota Belanda, Amsterdam, pada Selasa waktu setempat mengatakan akan menampung setidaknya 1.000 pencari suaka di kapal pesiar. Langkah ini diambil setelah krisis kepadatan di pusat-pusat migran membuat ratusan pengungsi tidur di luar ruangan dan menewaskan seorang bayi berusia 3 bulan.

“Dengan kedatangan kapal pesiar di Amsterdam, kami mengambil langkah lain bersama-sama dalam memecahkan krisis dalam rantai suaka,” kata Menteri Migrasi Belanda Eric van der Burg.

Dewan kota mengatakan kapal besar itu akan berlabuh di kawasan industri Westelijk Havengebied, jauh dari kanal dan tempat wisata kota, mulai 1 Oktober setidaknya selama enam bulan. Kapal tersebut dapat menampung 1.500 orang jika diperlukan.

Dewan kota Amsterdam mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rencana, yang dibiayai oleh pemerintah pusat, akan "membantu menyelesaikan situasi kemanusiaan yang mengkhawatirkan di Ter Apel."

"Situasi di Ter Apel memilukan," kata Rutger Groot Wassink, anggota dewan yang bertanggung jawab untuk urusan sosial dan pengungsi, dalam pernyataannya. “Kami sekarang harus menyelesaikan kekurangan lokasi penerimaan bersama sehingga para pengungsi menemukan tempat.”

Advertising
Advertising

Pengumuman itu muncul beberapa hari setelah lembaga bantuan memperingatkan krisis kemanusiaan di pusat migran Ter Apel di Belanda utara, di mana seorang bayi berusia tiga bulan meninggal pekan lalu.

Amsterdam adalah kota kedua di Belanda yang menampung pengungsi di kapal pesiar setelah kotamadya Velsen-Noord. Pemerintah Belanda pertama kali mengatakan pada Juli bahwa mereka berencana untuk menampung pencari suaka di kapal.

Kelompok hak asasi Belanda menggambarkan rencana kapal pesiar pada saat itu sebagai "tidak masuk akal."

Pihak berwenang Belanda pada akhir pekan mulai mengeluarkan para pencari suaka dari pusat Ter Apel, di mana lebih dari 700 orang terpaksa tidur di luar gedung. Pada Jumat, ratusan pengungsi pria terlihat tinggal di bawah terpal darurat, dekat dengan deretan toilet portabel yang kotor tanpa fasilitas lain.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan setelah kematian bayi itu bahwa kesalahan telah terjadi, tetapi dia menjanjikan "solusi struktural" untuk masalah tersebut. Krisis ini sebagian besar disebabkan oleh kekurangan staf setelah pemerintah mengurangi kapasitas selama pandemi virus corona.

Namun, kekurangan perumahan secara nasional di Belanda juga menjadi faktor lain. Setelah pencari suaka diberikan status pengungsi, banyak yang tidak dapat menemukan tempat tinggal dan harus tinggal di pusat-pusat pengungsi. Padahal tempat itu hanya sebagai akomodasi sementara bagi orang-orang yang menunggu keputusan tentang permohonan suaka mereka.

Baca juga: Belanda Buka Penyelidikan Atas Kematian Bayi di Pusat Pengungsi Ter Apel

AL ARABIYA | FRANCE24

Berita terkait

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

1 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

1 hari lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

9 hari lalu

Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

Jumlah kapal pesiar sungai di Amsterdam meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2011.

Baca Selengkapnya

Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

12 hari lalu

Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.

Baca Selengkapnya

8 Prospek Kerja Jurusan Pariwisata, Bisa Keliling Dunia

17 hari lalu

8 Prospek Kerja Jurusan Pariwisata, Bisa Keliling Dunia

Berikut ini deretan prospek kerja jurusan Pariwisata, di antaranya pemandu wisata, perhotelan, influencer, hingga staf kapal pesiar.

Baca Selengkapnya

Pengalaman Kru Rayakan Lebaran di Kapal Pesiar, Berlabuh di Panama hingga Jepang

21 hari lalu

Pengalaman Kru Rayakan Lebaran di Kapal Pesiar, Berlabuh di Panama hingga Jepang

Seorang kru kapal pesiar berbagi pengalamannya menjalani Lebaran di lautan.

Baca Selengkapnya

Genosida Gaza, PNS Jerman Menuntut Penghentian Pasokan Senjata ke Israel

25 hari lalu

Genosida Gaza, PNS Jerman Menuntut Penghentian Pasokan Senjata ke Israel

Para pegawai pemerintah menyerukan Jerman dan Belanda untuk menghentikan pengiriman senjata karena masalah hak asasi manusia di Gaza

Baca Selengkapnya

Plesir dengan Kapal Pesiar Hindari Bawa 5 Benda Ini

25 hari lalu

Plesir dengan Kapal Pesiar Hindari Bawa 5 Benda Ini

Ada beberapa barang yang sebaiknya tidak dibawa saat wisata kapal pesiar, seperti floaties, mesin kopi hingga drone

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

25 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Italia Selamatkan 1100 Migran di Lepas Pantai Italia dalam 24 Jam

26 hari lalu

Italia Selamatkan 1100 Migran di Lepas Pantai Italia dalam 24 Jam

Lebih dari 1.100 migran dan pengungsi termasuk 121 anak-anak tanpa pendamping diselamatkan di lepas pantai selatan Italia dalam waktu 24 jam

Baca Selengkapnya