Peringatan 5 Tahun Genosida terhadap Etnis Rohingya di Myanmar

Reporter

Daniel Ahmad

Kamis, 25 Agustus 2022 18:30 WIB

Diskusi peringatan 5 tahun genosida etnis Rohingya Myanmar di Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2022. Sumber: DANIEL AHMAD

TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan 5 tahun genosida terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, pada Kamis, 25 Agustus 2022, ditandai dengan peluncuran buku bergambar 'Quilting for Justice' di Network Plus, Menteng, Jakarta. Buku ini menceritakan kehidupan etnis Rohingya di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh.

Selain peluncuran buku, Asia Justice and Rights (AJAR) juga mengadakan pameran multimedia, seperti foto-foto pengungsi etnis Rohingya dari Bangladesh dan Aceh, instalasi seni, hingga pertunjukan musik. Peringatan 5 tahun genosida terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, diharapkan bisa memberi penguatan pada etnis Rohingya korban genosida dan meningkatkan demokrasi di Myanmar serta penegakan HAM di Asia Tenggara.

Tulang manusia terlihat di sebuah kuburan dangkal di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 26 Oktober 2017. Laporan pembantaian etnis Rohingya oleh militer Myanmar kembali terkuak. Sebanyak 10 pria muslim Rohingya di Inn Din dibantai dan dikubur dalam satu lubang. REUTERS

Advertising
Advertising

Atika Yuanita, Ketua Perkumpulan Suaka, saat sesi diskusi dalam acara tersebut menyoroti pelanggaran kemanusiaan berat terhadap etnis Rohingya. Ia menyerukan kepedulian dan keterlibat dalam membantu pencari suaka atau pengungsi dari Rohingya di Indonesia.

Sedangkan anggota Komnas Perempuan, Soraya Ramli, menyoroti dampak kekerasan yang terjadi terhadap pengungsi perempuan. Ia menyatakan, keadilan bagi perempuan Rohingya harus terus dipantau, bukan hanya saat kejadian saja, melainkan juga saat proses pemulihan.

Adapun, Kepala Misi Pencari Fakta PBB untuk Myanmar, Marzuki Darusman, menilai situasi kemanusiaan di Myanmar harus terus disuarakan. Sebab, penderitaan tidak cukup hanya diatasi dengan hukum saja, namun harus digambarkan melalui sebuah kekuatan atau konsistensi narasi.

Tentara Myanmar pada lima tahun lalu, tepatnya pada Agustus 2017, melancarkan "operasi pembersihan" terhadap etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine, yakni wilayah barat laut di perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Banyak warga sipil dibunuh, termasuk perempuan dan anak perempuan mengalami perkosaan serta desa tempat tinggal mereka dibakar habis.

Diperkirakan ada 700 ribu warga etnis Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Sampai saat ini mereka masih tinggal di kamp-kamp pengungsi di wilayah tersebut.

Militer Myanmar menyebut operasi yang terjadi tersebut sebagai respon atas serangan kelompok bersenjata Arakhan Rohingya Salvation Army (ARSA), yakni sebuah kelompok perlawanan militan Rohingya, yang telah menyerang beberapa kantor polisi beberapa hari sebelumnya.

PBB dan organisasi HAM mengutuk operasi militer itu. Tentara Myanmar dicap telah melakukan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, hingga genosida. Saat ini gugatan sudah diajukan ke Pengadilan Internasional di Den Haag.

Baca juga: Korban Dugaan Pelecehan Seksual Lapor Polisi, Pengacara: Kami Melihat Jelas Buktinya

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

5 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

9 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Project Nimbus, Layanan Teknologi untuk Israel yang Didemo Pekerja Google dan Amazon

12 jam lalu

4 Fakta Project Nimbus, Layanan Teknologi untuk Israel yang Didemo Pekerja Google dan Amazon

Project Nimbus merupakan kontrak yang menyediakan bantuan teknologi kepada Israel.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

17 jam lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

1 hari lalu

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

Israel telah meminta warga Palestina untuk mengosongkan bagian-bagian kota Rafahit di Gaza untuk persiapan serangan terhdap Hamas.

Baca Selengkapnya

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

1 hari lalu

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menghentikan rencana serangan ke Rafah

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

4 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

5 hari lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

5 hari lalu

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

Kolombia pernah berhubungan akrab dengan Israel, tetapi Gustavo Petro, sang presiden, tidak pernah menahan diri untuk mengkritik negara Zionis itu.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

5 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya