Eks Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Mengajukan Kewarganegaraan Amerika Serikat

Reporter

Daniel Ahmad

Minggu, 21 Agustus 2022 12:15 WIB

Presiden Sri Lanka, Nandasena Gotabaya Rajapaksa. Sumber: TIMES NIE

TEMPO.CO, Jakarta -Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dilaporkan telah mengajukan permohonan kewarganegaraan ke Amerika Serikat dan sedang menunggu untuk mendapatkan Kartu Hijaunya. Gotabaya disebut ingin menetap di Negeri Paman Sam bersama istri dan putranya.

Presiden Gotabaya Rajapaksa digulingkan, kemudian kabur sekitar lebih kurang satu bulan lalu. Dia tersudut protes anti-pemerintah yang meluas menuntut pengunduran dirinya, di tengah situasi ekonomi paling buruk yang menghantam Sri Lanka dalam beberapa dasawarsa.

Seperti dikutip The Independent, Sabtu, 20 Agustus 2022, pengacara Gotabaya di Washington memulai prosedur aplikasi untuk mendapatkan Kartu Hijau untuknya bulan lalu. Sumber yang mengetahui masalah tersebut membenarkan ini.

Gotabaya memenuhi syarat untuk mengajukan kewarganegaraan karena istrinya Ioma Rajapaksa adalah warga negara Amerika Serikat. Daily Mirror melaporkan, dalam beberapa hari mendatang, pengacara Gotabaya di Kolombo harus menyerahkan dokumen tambahan untuk prosedur tersebut.

Sang mantan presiden kini tinggal di sebuah hotel di Thailand setelah tinggal di Singapura hampir satu bulan. Pada awalnya dia melarikan diri dengan pesawat militer ke Maladewa.

Advertising
Advertising

Laporan media menyebutkan, Gotabaya kemungkinan akan membatalkan rencana awalnya untuk tinggal di Thailand sampai November. Dia diperkirakan akan kembali ke Singapura pada minggu terakhir Agustus.

Dua hari yang lalu, Gotabaya sempat berkonsultasi dengan pengacaranya dan memutuskan untuk kembali ke Sri Lanka karena dia menghadapi masalah saat bermobilitas di Thailand. Dia menghadapi masalah keamanan seperti yang diperkirakan semula.

Pejabat polisi di Thailand telah menyarankan Gotabaya untuk tinggal di dalam rumah selama tinggal di negara itu di tengah masalah keamanan. Pemerintah Thailand juga telah meminta Gotabaya untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik selama berada di negara itu.

Bangkok Post mewartakan, hotel tempat Gotabaya menginap memiliki petugas polisi dari Biro Cabang Khusus yang dikerahkan dengan pakaian preman untuk memastikan keselamatan eks pemimpin Sri Lanka itu.

Kabinet Sri Lanka dilaporkan akan membahas kemungkinan penyediaan rumah negara dan keamanan bagi Gotabaya di bawah hukum yang menata pengaturan untuk mantan presiden. Rumah kepresidenannya sebelumnya diserbu dan diduduki oleh orang-orang Sri Lanka yang memprotes pada Juli.

Beberapa waktu lalu, Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menyatakan Gotabaya Rajapaksa tidak akan segera kembali ke negaranya. Ranil menilai kepulangan eks Presiden Sri Lanka itu dapat mengobarkan ketegangan politik.

"Saya tidak percaya ini saatnya dia kembali," kata Wickremesinghe dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, dilansir Reuters, Senin, 1 Agustus 2022. "Saya tidak punya indikasi dia akan segera kembali."

Keuangan Sri Lanka lumpuh oleh utang yang menumpuk karena fokus pembangunan besar-besaran pasca-perang saudara yang berakhir di 2009. Rejim Gotabaya Rajapaksa mengucurkan banyak investasi pada jalan dan pelabuhan.

Selain itu, pemotongan pajak yang diberlakukan oleh Presiden Gotabaya Rajapaksa juga membuat ekonomi terpuruk. Utang luar negeri Sri Lanka meroket hingga US$ 51 miliar atau sekitar Rp757 triliun, termasuk kepada China sebesar US$ 6,5 miliar atau sekitar Rp97,7 triliun.

Sri Lanka tidak bisa membayar utang dan tidak memiliki uang untuk mengimpor barang-barang pokok. Mereka hampir tidak memiliki sisa dolar untuk mengimpor bahan bakar, yang telah dijatah secara ketat.

Masyarakat Sri Lanka menyalahkan Gotabaya dan klan Rajapaksa atas runtuhnya ekonomi yang bergantung pada pariwisata. Krisis ekonomi di Sri Lanka kian parah sejak dihantam pandemi COVID-19.

Baca juga: Sri Lanka Disebut Lobi Thailand Demi Eks Presiden Gotabaya Rajapaksa

THE INDEPENDENT | DAILY MIRROR | REUTERS

Berita terkait

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

14 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

14 jam lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

14 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

15 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

17 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

18 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

2 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

2 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

2 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya