71 Ekonom Desak AS Kembalikan Aset Afghanistan yang Dibekukan

Reporter

Tempo.co

Jumat, 12 Agustus 2022 16:15 WIB

Ekonom/Politisi Yunani Yanis Varoufakis di Forum Damai Progresif Internasional, Rabu, 9 Maret 2022. Sumber : Daniel Ahmad/Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 71 ekonom dari Amerika Serikat (AS) maupun internasional mendesak AS untuk mengembalikan aset Afghanistan senilai US$7 miliar atau Rp102 kuadriliun.

Ini merupakan cadangan bank sentral Afghanistan yang dibekukan ketika Taliban menguasai negara itu hampir satu tahun lalu.

"Kami sangat prihatin dengan malapetaka ekonomi dan kemanusiaan yang semakin parah yang terjadi di Afghanistan, dan, khususnya, dengan peran kebijakan AS dalam mendorongnya," kata ke-71 ekonom dan pakar pembangunan dalam sebuah surat kepada Presiden AS Joe Biden serta Menteri Keuangan AS Janet Yellen, seperti dilansir France24, Jumat 12 Agustus 2022.

Menurut para ekonom itu, tanpa akses cadangan devisa bank sentral, Afghanistan tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dan akan runtuh.

Para penandatangan tersebut termasuk pemenang hadiah Nobel ekonomi Joseph Stiglitz dan Yanis Varoufakis, yang menjabat sebagai menteri keuangan Yunani ketika negara itu sedang bernegosiasi dengan kreditur setelah keruntuhan ekonomi pada 2008.

Advertising
Advertising

Dalam surat tersebut, mereka berpendapat bahwa tindakan AS membekukan aset cadangan Afghanistan di bank-bank Amerika karena pemerintah di Kabul jatuh ke tangan Taliban pada Agustus 2021, adalah keputusan yang salah.

Setelah penarikan militer AS, para ekonom mengeklaim bahwa ekonomi Afghanistan telah merosot karena terjadinya pemotongan bantuan asing dari pendukung negara sebelumnya.

"Sekitar 70 persen rumah tangga Afghanistan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sekitar 22,8 juta orang lebih dari separuh populasi menghadapi kerawanan pangan akut, dan tiga juta anak berisiko kekurangan gizi," tulis mereka.

Hal ini turut diperparah oleh penolakan Amerika Serikat untuk mengembalikan cadangan devisa US$7 miliar ke bank sentral Afghanistan, serta US$2 miliar yang diblokir oleh Inggris, Jerman, dan Uni Emirat Arab.

Para ekonom mengatakan bahwa cadangan aset tersebut sangat penting untuk berfungsinya ekonomi Afghanistan, khususnya, untuk mengelola pasokan uang, untuk menstabilkan mata uang dan untuk membayar impor, terutama makanan dan minyak.

Baca juga: AS Ambil Separuh Dana Pemerintah Afghanistan untuk Korban 11 September

SUMBER: FRANCE24

Berita terkait

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

4 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

4 hari lalu

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

AS membatasi izin ekspor teknologi untuk Cina. Qualcomm dan Intel tak lagi bisa memasok produknya ke perusahaan seperti Huawei.

Baca Selengkapnya

Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

6 hari lalu

Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

Afghanistan dilanda banjir parah yang menyapu desa-desa dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

7 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

10 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

13 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

21 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

21 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Tembus Rp 16.000, Ini Penyebab Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar AS pada Libur Lebaran

35 hari lalu

Tembus Rp 16.000, Ini Penyebab Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar AS pada Libur Lebaran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada libur Lebaran 2024, bahkan menembus Rp16.000.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diprediksi Kembali Lesu, Cadangan Devisa Menciut

44 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diprediksi Kembali Lesu, Cadangan Devisa Menciut

Analis rupiah Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini melemah ke level Rp 15.880 - Rp 15.930.

Baca Selengkapnya