Rishi Sunak Vs Liz Truss Bersaing Jadi PM Inggris, Ini Calon Dukungan Boris Johnson
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Yudono Yanuar
Kamis, 21 Juli 2022 21:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Luar Negeri Liz Truss akan bertarung untuk menjadi perdana menteri Inggris berikutnya. Mereka memenangkan pemungutan suara terakhir di antara anggota parlemen Partai Konservatif dan kini bersiap untuk menggantikan Boris Johnson.
Boris Johnson mengundurkan diri bulan ini setelah ia kehilangan dukungan dari legislatornya. Dia dirundung skandal selama berbulan-bulan, termasuk pelanggaran aturan penguncian pandemi Covid-19.
“Bersyukur rekan-rekan saya telah memberikan kepercayaan kepada saya hari ini. Saya akan bekerja siang dan malam untuk menyampaikan pesan kami ke seluruh negeri,” tulis Sunak di Twitter seperti dikutip Al Jazeera, Kamis, 21 Juli 2022.
Truss juga membagikan unggahan di media sosial untuk berterima kasih kepada para pendukungnya. Dia mengatakan siap untuk mulai bekerja sejak hari pertama.
Sunak memimpin di semua putaran pemungutan suara legislator Konservatif. Akan tetapi, Truss memperoleh keuntungan sejauh ini. Walau demikian, nasib keduanya tetap akan ditentukan 200.000 anggota partai di kontestasi final.
Sebelas nama awalnya maju sebagai kandidat. Dalam pemungutan suara kelima atau terakhir dari legislator Konservatif pada Rabu, Menteri Perdagangan Junior Penny Mordaunt tersingkir. Sunak memenangkan 137 suara, Truss 113, dan Mordaunt 105.
Jajak pendapat menunjukkan Truss akan mengalahkan Sunak dalam kontes anggota partai. Kemungkinan ini membuka peluang partai memilih pemimpin yang bukan kandidat paling populer untuk anggota parlemen di Westminster.
Downing Street dilaporkan mengoperasikan kampanye "siapa pun kecuali Rishi". Sunak sebagai Menteri Keuangan ditengarai membantu menggulingkan Johnson. Dia juga menghadapi kritik dalam segala hal mulai dari catatannya di pemerintahan hingga kekayaan istrinya.
Truss mengkampanyekan pajak rendah. Johnson memberi sinyal dukungannya dengan mendesak penggantinya untuk memotong pajak dan menderegulasi Inggris supaya jadi tempat yang mudah ditinggali sampai investai.
Hasil pemilihan perdana menteri akan diumumkan pada 5 September 2022. Siapa pun pemenangnya mewarisi beberapa kondisi ekonomi paling sulit di Inggris dalam beberapa dekade. Inflasi berpeluang sampai 11 persen per tahun, pertumbuhan terhenti, aksi industri meningkat, dan pound mendekati posisi terendah terhadap dolar.
AL JAZEERA