Top 3 Dunia: Gandum Pupuk Rusia Dikeluarkan dari Sanksi, Janet Yellen Kecam Perang Ukraina
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Sabtu, 16 Juli 2022 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari AS yang berusaha mengeluarkan gandum dan pupuk Rusia dari daftar sanksi ekonomi. Pernyataan itu dibuat sehari setelah Rusia, Ukraina, Turki dan pejabat PBB bertemu di Istanbul untuk membahas ekspor gandum.
Berita top 3 dunia lainnya adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak agar semua orang mengurangi ketergantungan energi. Dengan demikian impor gas dari Rusia bisa dihentikan. Top 3 dunia terakhir adalah Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengecam perang Rusia Ukraina. Berikut selengkapnya:
1. AS Keluarkan Gandum dan Pupuk Rusia dari Daftar Sanksi, Atasi Krisis Pangan Global?
AS berusaha untuk memfasilitasi ekspor makanan dan pupuk Rusia dengan meyakinkan bank, perusahaan pengiriman dan asuransi bahwa transaksi semacam itu tidak akan melanggar sanksi Washington terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Pernyataan tertulis Amerika Serikat datang sehari setelah Rusia, Ukraina, Turki dan pejabat PBB bertemu di Istanbul untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina. Turki mengumumkan pertemuan lanjutan digelar minggu depan untuk menandatangani kesepakatan.
"Amerika Serikat sangat mendukung upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membawa gandum Ukraina dan Rusia ke pasar dunia dan untuk mengurangi dampak perang Rusia yang tidak beralasan terhadap Ukraina pada pasokan dan harga pangan global," kata Departemen Keuangan AS dalam lembar fakta, Kamis, 14 Juli 2022.
Perang di Ukraina telah membuat harga gandum, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melonjak, memicu krisis pangan global.
Eduard Zernin, kepala Persatuan Eksportir Gandum Rusia, menggambarkan langkah AS sebagai "tindakan niat baik" dan "langkah nyata dalam perang melawan kelaparan dunia."
"Kami sangat berharap bahwa negara-negara lain yang terlibat akan mengikuti contoh ini dan mengeluarkan klarifikasi dan lisensi yang diperlukan untuk menghapus sanksi tersembunyi yang menghambat pasokan gandum ke negara-negara yang membutuhkan," katanya kepada Reuters.
Invasi dan blokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina sejak 24 Februari oleh Rusia telah menghentikan ekspor, menyebabkan puluhan kapal terdampar dan sekitar 20 juta ton biji-bijian terjebak dalam silo di Odesa.
Moskow membantah bertanggung jawab atas memburuknya krisis pangan, sebaliknya menyalahkan efek sanksi Barat karena memperlambat ekspor makanan dan pupuk dari Rusia, juga pemasangan ranjau di Laut Hitam oleh Ukraina.
Ukraina dan Rusia adalah pemasok gandum utama dunia, dan Rusia juga merupakan pengekspor pupuk terbesar, sementara Ukraina adalah produsen minyak jagung dan bunga matahari yang signifikan.
Departemen Keuangan AS menjelaskan bahwa penjualan dan pengangkutan komoditas pertanian, serta obat-obatan dan peralatan medis, diizinkan dan tidak akan melanggar sejumlah sanksi yang dijatuhkan Washington terhadap Rusia.
Washington juga menekankan bahwa tidak ada sanksi terhadap produksi, manufaktur, penjualan, atau pengangkutan komoditas pertanian Rusia, termasuk pupuk, dan bahwa menyediakan asuransi atau reasuransi untuk pengangkutan atau pengiriman produk-produk itu tidak dilarang.
Namun impor ikan dan makanan laut Rusia ke Amerika Serikat dilarang di bawah sanksi Washington.
Ketika pembicaraan yang dipimpin PBB berlangsung pada bulan Mei untuk menghidupkan kembali ekspor makanan Ukraina dan Rusia, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield mengatakan Washington siap untuk memberikan jaminan tertulis - yang dikenal sebagai "surat penghiburan" - untuk pengiriman dan asuransi sehubungan dengan ekspor gandum dan pupuk Rusia.
<!--more-->
2. Siapkan Prancis Lepas dari Gas Rusia, Macron: Kendalikan Konsumsi Energi!
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan negaranya harus belajar berupaya lepas dari gas Rusia. Ia menilai ancaman Moskow mengurangi pasokan ke Eropa sebagai senjata dalam perang Ukraina.
Macron mendesak semua orang untuk mengendalikan konsumsi energi mereka. Dia akan segera mengajukan "rencana pembatasan energi" yang akan meminta semua warga negara untuk berkomitmen pada perburuan sampah umum, seperti mematikan lampu saat meninggalkan kantor.
"Kita perlu mempersiapkan diri untuk skenario di mana kita harus mengelola sepenuhnya tanpa gas Rusia. Rusia menggunakan energi sebagai senjata perang," katanya dalam wawancara televisi untuk menandai hari nasional Prancis, dilansir Reuters, Jumat, 15 Juli 2022.
Sang presiden memproyeksikan konflik di Ukraina masih berlangsung lama. Dia mencatat, harga energi yang telah meningkat tajam sejak invasi Rusia, menyebabkan inflasi tertinggi di sebagian besar ekonomi global utama dalam beberapa dekade.
Dengan sekitar 17 persen pasokannya berasal dari Rusia, Prancis tidak terlalu bergantung pada gas Rusia dibandingkan beberapa tetangganya.
Akan tetapi Prancis waswas terhadap pasokan dari Rusia karena ada pembangkit listrik yang sudah terbatas akibat pemeliharaan tak terduga pada reaktor nuklir yang menua. Situasi ini memicu kekhawatiran atas kekurangan musim dingin.
Untuk melindungi konsumen dari tagihan energi yang meroket, tahun lalu Pemerintah Prancis memberlakukan batasan harga listrik dan gas. Kebijakan itu telah diperpanjang hingga akhir tahun. Tetapi setelah itu, Macron menyarankan untuk mempertahankan tindakan ini hanya untuk yang paling membutuhkan.
Macron menambahkan Prancis sendiri perlu terus berinvestasi dalam pasukan pertahanannya, mengingat invasi Rusia ke Ukraina. Dia juga menegaskan negaranya memiliki sarana untuk terus membantu Ukraina dalam perangnya melawan Rusia. "Kami ingin menghentikan perang tanpa mengobarkan perang," katanya.
<!--more-->
3. Dari Bali Menkeu AS Kecam Invasi Rusia ke Ukraina, Sebut Perang Brutal
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dalam pertemuan G20 di Bali pada Jumat, 15 Juli 2022. Dia menyebut invasi Rusia itu adalah perang brutal dan tidak adil.
Dia mengatakan pejabat keuangan Rusia yang ambil bagian dalam pertemuan G20 di Indonesia berbagi tanggung jawab atas konsekuensi mengerikan dari perang tersebut. Yellen, berbicara pada sesi pembukaan pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral Kelompok 20 di Bali, Indonesia. Dia menyambut baik menteri keuangan Ukraina dan menyalahkan dampak negatif perang terhadap Rusia.
Wakil Menteri Keuangan Rusia Timur Maksimov hadir dalam pertemuan di Bali tersebut. Sementara Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov berpartisipasi secara virtual saat Yellen berbicara.
Janet Yellen mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa pejabat Rusia tidak memiliki tempat pada pertemuan minggu ini dari Kelompok G20. Dia mendesak masyarakat global meminta pertanggungjawaban Rusia atas perang dan dampaknya terhadap harga energi dunia dan meningkatnya kerawanan pangan. Dia juga mendesak anggota G20 meningkatkan dan mempercepat bantuan keuangan untuk membantu Ukraina.
"Saya mengutuk perang brutal dan tidak adil Rusia dalam istilah sekuat mungkin," kata Janet Yellen. "Dengan memulai perang ini, Rusia bertanggung jawab penuh atas dampak negatif terhadap ekonomi global, terutama harga komoditas yang lebih tinggi."
Dia mengatakan para pejabat Rusia yang berpartisipasi dalam pertemuan itu, "menambah konsekuensi mengerikan perang melalui dukungan berkelanjutan terhadap rezim Putin."Anda berbagi tanggung jawab atas nyawa tak berdosa yang hilang serta korban manusia dan ekonomi yang berkelanjutan yang disebabkan perang di seluruh dunia," kata Yellen berbicara kepada para pejabat Rusia.
Janet Yellen mendorong negara-negara lain mendukung usulan pembatasan harga minyak Rusia untuk membantu menurunkan harga energi dan mempertahankan aliran minyak global. Sanksi Eropa, Inggris dan AS atas pengangkutan minyak Rusia mulai berlaku pada akhir tahun.
Tidak segera jelas apakah pejabat Barat akan meninggalkan ruangan ketika pejabat Rusia berbicara. Hal itu pernah dilakukan sebelumnya di Washington selama pertemuan terakhir pejabat keuangan G20.
REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA