Pusing Miskin, Para Pemuda Zimbabwe Minum Rebusan Popok Bayi untuk Mabuk

Reporter

Tempo.co

Kamis, 14 Juli 2022 20:28 WIB

Seorang pedagang kaki lima menawarkan sampul paspor untuk dijual di luar kantor Departemen Dalam Negeri di Harare, Zimbabwe, 2 Juli 2019.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Kemiskinan yang membelit Zimbabwe membuat sejumlah rakyatnya putus asa. Sejumlah orang muda pun mabuk dengan meminum air rebusan popok bayi sekali pakai atau diapers.

Krisis ekonomi yang begitu dalam mendorong kaum muda menggunakan cara yang putus asa untuk mabuk. Karena tak punya uang untuk membeli minuman keras, mereka merebus popok bayi baru atau bekas dan meminum cairan yang dihasilkan. Jus tersebut dikenal sebagai “jus Pampers”.

Menggunakan cara-cara yang tidak lazim untuk mabuk adalah hal biasa di pinggiran kota yang padat penduduk di Zimbabwe. Di daerah tersebut banyak pemuda pengangguran yang tidak mampu membeli alkohol legal.

“Bir terlalu mahal, saya tidak mampu membelinya. Met kristal lebih murah dan membuat saya sangat mabuk selama berjam-jam dibandingkan bir,” ujar seorang pria berusia 25 tahun yang menolak disebutkan namanya. “Kami tahu konsekuensi kesehatannya, tetapi tidak ada yang bisa kami lakukan. Apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada apa-apa. Ini adalah Zimbabwe, segalanya sulit. Tidak ada pekerjaan.”

Di daerah dengan kepadatan di mana tingkat kemiskinan tinggi, adalah umum untuk melihat orang mabuk atau terbius, tidur di trotoar atau terjebak di pinggir jalan setelah menyalahgunakan narkoba seperti shabu.
Chirikure Chirikure, seorang komentator sosial, penyair dan seniman, mengatakan para pemuda yang menyalahgunakan zat ilegal, frustrasi dengan situasi ekonomi yang sulit di negara itu.

Advertising
Advertising

“Alasan utamanya menunjuk pada keadaan ekonomi yang dihadapi kaum muda. Ini juga menyempit ke pengangguran kemudian frustrasi datang dengan tantangan yang mereka hadapi. Sebagian besar dari mereka sangat frustrasi sehingga mereka mencoba bersembunyi di balik narkoba,” kata Chirikure.

Dia mengatakan anak muda tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang bahaya mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Faktor-faktor seperti tekanan teman sebaya juga ikut berperan.

Kemiskinan membelit salah satu negara di Afrika itu. Inflasi melonjak hingga 192 persen pada Juni di Zimbabwe.

Selain mabuk, rakyat Zimbabwe juga tak mampu membeli pakaian baru. Orang-orang membeli pakaian bekas yang dikirim dalam bal dari Inggris.

Inflasi telah mencapai 191,6 persen pada bulan Juni di negara itu, dengan angka pengangguran yang tinggi, mata uang yang melemah dan kurangnya investasi. Sementara satu dolar AS secara resmi diperdagangkan pada US$ 362 dolar Zimbabwe, di pasar gelap nilainya setidaknya ZW$ 550. Di seluruh negeri, sebagian besar warga Zimbabwe bergantung pada pembelian pakaian bekas di tengah krisis biaya hidup yang melonjak.

“Itu adalah tanda betapa buruknya hal-hal itu. Itu adalah strategi bertahan hidup. Jika Anda tidak dapat pergi ke toko formal dan membeli pakaian seharga US$ 30, Anda pergi dan membeli pakaian bekas seharga US$ 2,” ujar Profesor Gift Mugano, seorang ekonom.

Selain kebijakan ekonomi yang salah dan korupsi pemerintah Zimbabwe atas masalah keuangan, invasi Rusia ke Ukraina memperumit masalah. “Perang Rusia-Ukraina menumpuk kesengsaraan pada orang yang sudah dalam perawatan intensif," ujar Mugano.

Baca: Mantan Presiden Zimbabwe Bwezani Banda Meninggal karena Kanker

INEWS.CO.UK

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

10 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

13 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

15 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

19 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

3 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

WNI Saling Serang di Korea Selatan, Satu Orang Tewas

3 hari lalu

WNI Saling Serang di Korea Selatan, Satu Orang Tewas

Seorang pria warga negara Indonesia (WNI) ditangkap polisi Daegu, Korea Selatan setelah menikam rekan senegaranya hingga tewas dan melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

8 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya