Ketidakpastian Politik di Italia Mengancam Pemerintahan Mario Draghi

Reporter

Daniel Ahmad

Kamis, 14 Juli 2022 12:15 WIB

Perdana Menteri Italia, Mario Draghi. REUTERS/Guglielmo Mangiapane

TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Bintang 5 Italia tidak akan ambil bagian dalam sebuah pemungutan suara mosi percaya yang akan diselenggarakan pada Kamis, 14 Juli 2022 waktu setempat. Ketua Partai Gerakan 5 Bintang Giuseppe Conte mengkonfirmasi hal ini, yang kemungkinan bisa memicu runtuhnya Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Italia Mario Draghi.

Partai-partai lain dalam koalisi pemerintah Italia menggertak bahwa mereka akan mundur dari pemerintahan jika Gerakan 5 Bintang memboikot pemungutan suara Senat tersebut. Pada pekan ini Perdana Menteri Draghi menggambarkan dia tidak akan memimpin sebuah pemerintahan tanpa Conte di dalamnya.

"Saya memiliki ketakutan yang kuat, September akan menjadi saat ketika banyak keluarga menghadapi pilihan yang mengerikan untuk membayar tagihan listrik mereka atau membeli makanan," katanya, seperti dikutip Reuters.

Advertising
Advertising

Conte khususnya menyoroti lonjakan tajam biaya energi. Walau begitu, Dia tetap membuka pintu diskusi dengan Perdana Menteri Draghi untuk mengatasi perbedaan kebijakan.

"Kami benar-benar bersedia berdialog, memberikan kontribusi konstruktif kami kepada pemerintah, kepada Draghi, (tetapi) kami tidak bersedia menulis cek kosong," katanya.

Kantor perdana menteri Italia belum mau berkomentar soal mosi percaya tersebut. Namun, Draghi menyatakan pada Selasa, 12 Juli 2022, jika Gerakan 5 Bintang berhenti mendukung pemerintah, maka langkah selanjutnya akan diserahkan pada Presiden Italia Sergio Mattarella.

Keputusan Gerakan 5 Bintang bisa membuat Italia terperosok dalam ketidakpastian politik, dan berpotensi merusak upaya Italia dalam mengamankan uang miliaran euro dari Uni Eropa. Selain itu, pemilu juga bisa digelar lebih cepat, yakni pada awal musim gugur.

Dua partai koalisi, liga kanan dan kiri-tengah Partai Demokrat mengatakan mempercepat pemilu adalah hasil yang paling mungkin jika pemerintah meledak.

"Jika sebuah partai koalisi tidak mendukung keputusan pemerintah, itu sudah cukup, tampaknya jelas bahwa kita harus menggelar pemilu," kata Ketua Liga Matteo Salvini.

Pemilu Italia sebenarnya dijadwalkan pada paruh pertama 2023. Memajukan pemungutan suara ke musim gugur bukan hal yang lumrah di Italia karena pada periode itu pemerintah biasanya menyusun anggaran yang harus disetujui pada akhir tahun.

Presiden Mattarella meminta Draghi membentuk koalisi persatuan nasional pada awal 2020 untuk membantu negara mengatasi pandemi Covid-19. Upaya itu termasuk membujuk hampir semua partai dari seluruh spektrum politik untuk ambil bagian.

Dukungan Gerakan 5 Bintang ke koalisi Draghi merosot dalam satu tahun terakhir paska-partai fokus pada urusan internal. Dalam beberapa minggu terakhir mereka kritis pada prioritas pemerintah dan menuntut bantuan keuangan yang lebih baik bagi keluarga miskin. Mereka juga menyoroti pendanaan lanjutan dari program kesejahteraan Italia.

Pemungutan mosi percaya di parlemen miliputi bantuan biaya hidup senilai 26 miliar euro atau sekitar Rp 391 triliun. Paket itu juga termasuk ketentuan yang memungkinkan kota Roma membangun insinerator sampah raksasa. Proyek ini selalu ditentang oleh Gerakan 5 Bintang.

REUTERS

Baca juga: Serba Serbi Piala Dunia: Paulo Rossi Antarkan Italia Juara Piala Dunia 1982

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

1 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

1 hari lalu

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

Jendela wine diperkenalkan pada 1600-an, pada saat wabah bubonic menyebar ke seluruh Florence. Kembali populer saat pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

PM Muslim Pertama Skotlandia Memutuskan Mundur, Kenapa?

4 hari lalu

PM Muslim Pertama Skotlandia Memutuskan Mundur, Kenapa?

Baru setahun menjabat, PM Skotlandia Humza Yousaf yang merupakan pejabat muslim pertama mengundurkan diri sambil menangis.

Baca Selengkapnya

5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

5 hari lalu

5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

Atraksi terkenal adalah salah satu tempat beraksi bagi pencopet karena perhatian wisatawan cenderung terganggu.

Baca Selengkapnya

Warga Lokal Protes Venesia Mulai Tarik Biaya Masuk, Kenapa?

6 hari lalu

Warga Lokal Protes Venesia Mulai Tarik Biaya Masuk, Kenapa?

Mulai 25 April, wisatawan harian di Venesia harus beli tiket masuk sebesar Rp86.000.

Baca Selengkapnya

PM Spanyol Ajukan Cuti Sementara Usai Istrinya Dituduh Korupsi

9 hari lalu

PM Spanyol Ajukan Cuti Sementara Usai Istrinya Dituduh Korupsi

PM Spanyol Pedro Sanchez adalah pendukung utama Palestina. Ia memutuskan untuk cuti sementara usai istrinya dituduh korupsi.

Baca Selengkapnya

Milan Berencana Larang Penjualan Piza dan Es Krim Tengah Malam, Kenapa?

9 hari lalu

Milan Berencana Larang Penjualan Piza dan Es Krim Tengah Malam, Kenapa?

Kebijakan melarang piza dan es krim tengah malam pernah ada satu dekade lalu, tapi ditentang warga Milan sehingga aturan ini ditinggalkan.

Baca Selengkapnya

Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

9 hari lalu

Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

Kamis ini, yang merupakan hari libur di Italia, pengunjung Venesia diharuskan membeli tiket masuk seharga Rp87 ribu. Tidak berlaku untuk tamu hotel.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

12 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya

Danau Como Dilanda Overtourism, Tarif Khusus untuk Pengunjung Harian sedang Dipertimbangkan

14 hari lalu

Danau Como Dilanda Overtourism, Tarif Khusus untuk Pengunjung Harian sedang Dipertimbangkan

Pemerintah sekitar Danau Como berencana meniru Venesia, yang menerapkan biaya khusus untuk pengunjung harian

Baca Selengkapnya