25 Tahun Malala Yousafzai: Hak Perempuan, Taliban dan Nobel Perdamaian

Selasa, 12 Juli 2022 19:45 WIB

Malala Yousafzai, penerima Nobel perdamaian, saat pertemuan dengan remaja perempuan Complexo da Penha yang bekerja pada organisasi sepak bola Street Child United di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil, 11 Juli 2018. REUTERS/Ricardo Moraes

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, tepat pada 12 Juli 1997 silam, merupakan kelahiran Malala Yousafzai, seorang aktivis muda yang vokal menyuarakan perjuangan dan hak-hak perempuan. Malala Yousafzai lahir di Kota Mingora, sebuah kota terbesar di Lembah Swat, Pakistan dari pasangan Ziauddin dan Tor Pekai Yousafzai. Nama Malala Yousafzai semakin dikenal ketika wanita ini menjadi peraih nobel untuk perdamaian dunia termuda.

Malala Yousafzai, Taliban dan Nobel Perdamaian

Malala Yousafzai merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ketika berusia sepuluh tahun, Malala Youfsafzai harus merasakan kekejaman Pasukan Taliban yang merampas haknya dan anak-anak perempuan untuk menempuh pendidikan. Bahkan, pada 2008, Pasukan Taliban menghancurkan sekitar 400 sekolah di Lembah Swat.

Hal itulah yang menjadi Malala Yousafzai untuk melawan Taliban dengan mengkritiknya. Bersama dengan ayahnya, Malala Yousafzai pemberontakan terhadap Pasukan Taliban melalui pidato yang disampaikannya pada 2008 lalu, berjudul ‘Berani-beraninya Taliban mengambil hak dasar saya untuk menerima pendidikan’

Pada awal 2009, Malala mulai membuat blog secara anonim di situs berbahasa Urdu dari British Broadcasting Corporation (BBC). Malala Yousafzai menulis tentang kekejaman yang dirasakannya di bawah pemerintahan Taliban. Malala Yousafzai juga menuangkan keingananya untuk pergi sekolah dan mempertanyakan motif Pasukan Taliban atas tindakan kejinya itu. Malala menggunakan media untuk melakukan kampanye publiknya tentang hak-hak bagi anak perempuan Pakistan untukl bersekolah.

Namanya semakin dikenal di seluruh Pakistan karena aktif menyuarakan tentang peberian akses pendidikan berkualitas gratis kepada gadis-gadis Pakistan. Aktivismenya menghasilkan nominasi untuk Hadiah Perdamaian Anak Internasional pada 2011. Pada tahun yang sama, dia dianugerahi Hadiah Perdamaian Pemuda Nasional Pakistan.

Advertising
Advertising

Akan tetapi, pada 9 Oktober 2012, Malala Yousafzai yang berusia 15 tahun ditembak oleh Taliban. Saat itu, Malala Yousafzai sedang perjalanan pulang dari sekolah bersama kawan-kawannya. Seorang pria bertopeng dan bersenjata menembakkan peluru ke kepalanya hingga menyebabkannya koma.

Dikabarkan dari laman nobelprize.org, Malala Yousafzai mengalami pembengkakkan otak. Selama sepuluh hari, Malala Yousafzai mengalami koma setelah memeroleh perawatan intensif di Inggris.
Pada 2013, Yousafzai dapat kembali bersekolah tetapi bukan di negara asalnya, melainkan di Inggris. Melansir malala.org, setelah sembilan bulan pasca peristiwa penembakan oleh kelompok Taliban, Malala Yousafzai berkesempatan memberikan pidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketika usianya 16 tahun.

Pada 2014, melalui Malala Fund, organisasi yang dirikan bersama ayahnya, Malala Yousafzai melakukan perjalanan ke Yordania untuk bertemu dengan pengungsi Suriah, Kenya, dan Nigeria memberikan dukukan kepada gadis-gadis korban penculikan kelompok teroris yang membatasi anak-anak perempuan untuk bersekolah. Pada tahun yang sama Malala dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada 2014.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: Intip Aktivitas Terbaru Aktivis Perempuan Malala Yousafzai

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

12 jam lalu

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

23 jam lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

1 hari lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

2 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

2 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

6 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

8 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

9 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya