Rusia Dituduh Gagal Bayar Utang Luar Negeri

Reporter

Daniel Ahmad

Senin, 27 Juni 2022 23:21 WIB

Bendera Rusia berkibar di luar Konsulat Jenderal Federasi Rusia di New York di Manhattan, New York City, AS, 2 Agustus 2021. [REUTERS/Andrew Kelly]

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, diduga gagal membayar utang luar negerinya. Tata ekonomi Moskow dinilai tengah berdarah akibat sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina.



The Independent mewartakan, Moskow menghadapi tenggat waktu pada Minggu, 27 Juni 2022, untuk melunasi bunga senilai sekitar US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun. Semula, jatuh tempo utang itu pada 27 Mei, namun jangka waktu berakhir tanpa pembayaran.


Rusia pernah gagal bayar utang domestiknya pada 1998. Sementara setelah Revolusi Bolshevik 1917, Moskow gagal melunasi utang internasionalnya.



Rusia berutang sekitar US$ 40 miliar atau Rp 591 triliun dalam bentuk obligasi asing. Namun pejabat Rusia membantah laporan default tersebut. Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov pada Kamis, 23 Juni 2022 mengatakan siapa pun dapat menyatakan apa pun yang mereka suka.

"Siapa pun yang memahami apa yang terjadi tahu bahwa ini sama sekali bukan default,” demikian pemberitaan Bloomberg.

Kremlin juga menolak klaim tersebut pada Senin, 27 Juni 2022. Dalam panggilan telepon dengan wartawan, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan, Rusia membayar obligasi yang jatuh tempo pada Mei.
Akan tetapi muncul dugaan kalau pembayaran itu telah diblokir oleh Euroclear karena sanksi Barat terhadap Rusia. "Jadi bukan masalah kami," kata Peskov.

Lembaga pemeringkat seperti Standard & Poor's dan Moody's, telah mengkategorikan utang Rusia ke dalam wilayah sampah. Gejolak di pasar Rusia berlanjut ketika Rubel, yang anjlok ke level terendah hanya beberapa jam setelah invasi, pada Senin, 27 Juni 2022, tercatat turun sekitar 40 persen terhadap USD.


Setelah lebih dari 120 hari perang, cadangan devisa bank sentral Rusia tetap dibekukan dan bank-bank topnya dikeluarkan dari sistem keuangan global.

Sanksi yang dijatuhkan oleh sekutu Ukraina telah merusak ekonomi Rusia dan mendorong perusahaan asing untuk keluar dari pasar Rusia. Para ahli memperingatkan bahwa konfirmasi default dapat menyebabkan isolasi lebih lanjut dan gangguan Moskow dari sistem pembayaran internasional.
THE INDEPENDENT
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Advertising
Advertising

Berita terkait

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

11 jam lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

11 jam lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

1 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

1 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

2 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

2 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

2 hari lalu

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya