Sri Lanka Bangkrut, Pengemudi Truk Tewas Saat Antre BBM Selama 5 Hari
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 24 Juni 2022 13:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pengemudi truk berusia 63 tahun meninggal di Sri Lanka setelah berdiri selama lima hari untuk mengantre bahan bakar di pompa bensin. Peristiwa nahas itu terjadi di SPBU Anguruwatota, di provinsi barat Sri Lanka.
Korban tewas itu adalah yang ke-10 yang dilaporkan terjadi di Sri Lanka. Pria itu ditemukan meninggal di dalam kendaraannya.
Seluruh korban tewas yang berjumlah 10 orang itu adalah laki-laki berusia 43-84 tahun. Sebagian besar kematian yang dilaporkan akibat antrean disebabkan oleh serangan jantung, menurut surat kabar Daily Mirror.
Seminggu yang lalu, seorang pria berusia 53 tahun meninggal saat menunggu dalam antrean selama beberapa jam di sebuah pompa bensin di Panadura di Kolombo. Pria itu dilaporkan meninggal karena serangan jantung saat menunggu dalam bajajnya.
Sri Lanka, rumah bagi sekitar 22 juta orang penduduk, sedang menghadapi krisis ekonomi terburuk selama lebih dari 70 tahun. Krisis menyebabkan Sri Lanka kekurangan bahan bakar yang ekstrem, harga pangan melonjak dan kekurangan obat-obatan.
Krisis diperparah oleh ketidakmampuan pemerintah melalui Bank of Ceylon milik negara membuka Letter of Credit untuk impor bahan bakar. Sebagai langkah untuk mengatasi kekurangan bahan bakar dan kesulitan transportasi, pegawai pemerintah diizinkan libur tiga hari sepekan mulai 17 Juni. Menurut kementerian administrasi publik dalam surat edarannya, libur tersebut akan berlaku selama tiga bulan ke depan.
Hari libur khusus diberikan pada Jumat untuk semua sekolah karena kesulitan transportasi. Operator bus milik swasta mengatakan mereka hanya melakukan 20 persen layanan karena kelangkaan bahan bakar. Pegawai pemerintah didorong untuk bercocok tanam selama hari libur Jumat sebagai langkah untuk mengurangi krisis pangan.
Akibat ketiadaan bahan bakar, rakyat Sri Lanka harus mengantre panjang saat mengisi bensin di SPBU. Sebabnya pemerintah kesulitan membiayai impor bahan bakar untuk mempertahankan cadangan minimal selama tiga bulan.
Dalam langkah yang tidak biasa, utusan Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tiba di Sri Lanka pada hari Minggu. Mereka mendesak pasukan keamanan Sri Lanka untuk memahami rasa frustrasi warga yang menghabiskan berjam-jam dalam antrean panjang untuk komoditas penting. AS dan PBB juga menekankan perlunya untuk segera menyelidiki penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap publik yang frustasi akibat Sri Lanka bangkrut.
Baca: Cerita WNI di Sri Lanka, Beli Gas hingga Sembako Harus Antre Berjam-jam
NDTV