Aparat Lambat Bekuk Pelaku Penembakan di Texas, Polisi: Ini Keputusan yang Salah

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 28 Mei 2022 13:03 WIB

Petugas kepolisian berjaga di Sekolah Dasar Robb setelah terjadi aksi penembakan di Uvalde, Texas, AS, 24 Mei 2022. REUTERS/Marco Bello

TEMPO.CO, Jakarta -Departemen Keamanan Publik Texas mengakui dalam jumpa pers bahwa kelambanan aparat dalam menangani kasus penembakan massal di Sekolah Dasar Robb, Kota Uvalde, merupakan keputusan yang salah dan fatal.

“Tentu saja itu bukan keputusan yang tepat. Itu keputusan yang salah, titik, tidak ada pembenaran," kata direktur departemen, Kolonel Steven McCraw, Jumat.

“Ada banyak petugas untuk melakukan apa yang perlu dilakukan, dengan satu pengecualian, komandan insiden di dalam sekolah percaya bahwa dia membutuhkan lebih banyak peralatan dan lebih banyak petugas untuk melakukan penyelamatan taktis pada saat itu.”

Dalam sejumlah jumpa pers, aparat terus mengklarifikasi kisah mereka dalam penanganan kasus ini hingga 12 kali.

Klarifikasi terakhir mengungkap bahwa sejumlah petugas yang terdiri atas polisi Kota Uvalde hingga pasukan Patroli Perbatasan Amerika Serikat dengan senjata lengkap berada hampir satu jam di lorong sekolah sebelum melakukan penyergapan dan menembak mati pelaku.

Advertising
Advertising

McCraw menambahkan, kepala departemen kepolisian distrik sekolah Peter Arredondo di Uvalde, Texas, percaya bahwa pada saat itu, pelaku Salvador Ramos dibarikade di dalam dan anak-anak tidak lagi dalam bahaya. Namun, dalam waktu bersamaan, dilaporkan sejumlah siswa SD delapan kali melakukan panggilan darurat ke operator 911.

Setidaknya dua anak melakukan beberapa panggilan darurat dari dua ruang kelas empat yang bersebelahan. Panggilan terjadi pada 12:03, setengah jam setelah Ramos pertama kali memasuki gedung.

Seorang siwa tidak disebut namanya menelepon 911 pada 12:16. Dia mengatakan masih ada delapan sampai sembilan siswa yang masih hidup. Tiga tembakan terdengar selama panggilan yang dilakukan pada pukul 12:21.

Anak perempuan lain melakukan panggilan pertama memohon kepada operator untuk "kirim polisi sekarang" pada pukul 12:43. Panggilan kembali dilakukan empat menit kemudian. Pada 12:50, barulah petugas Patroli Perbatasan dan polisi menyerbu masuk dan menembak mati pelaku.

"Ada sebanyak 19 petugas di lorong pada 12:03, ketika panggilan 911 pertama dari dalam kelas diterima," kata McCraw.

Penembakan brutal ini merupakan yang terburuk dalam penembakan di sekolah setelah SD Sandy Hook di Connecticut hampir satu dekade silam. Seorang pria berusia 18 tahun menembaki murid di Sekolah Dasar (SD) Robb, Texas, Selasa lalu. Total korban tewas mencapai 19 siswa dan dua orang dewasa serta 17 orang lainnya cedera.

Baca juga: Kisah Saksi Mata Penembakan Texas, Pura-Pura Mati dengan Bersimbah Darah Teman

SUMBER: NBC NEWS

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

3 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

5 jam lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

12 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

15 jam lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

16 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

1 hari lalu

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

Polda Metro Jaya mengungkap laboratorium terselubung narkoba jenis cannabinoid/MDMB-4en-Pinaca atau ganja sintetis di Sentul, Bogor.

Baca Selengkapnya

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

1 hari lalu

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

Polisi saat ini masih mendalami keterlibatan orang-orang yang diduga membantu pelaku pembunuhan korban yang mayatnya ditemukan dalam koper.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

1 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

1 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

1 hari lalu

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

Polisi mengungkapkan Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29) menyetubuhi RM, sebelum membunuhnya dan mayat perempuan itu ditemukan di dalam koper di Cikarang.

Baca Selengkapnya