Pengunjuk Rasa Tuntut Pergantian Rezim di Sri Lanka

Reporter

Daniel Ahmad

Rabu, 11 Mei 2022 12:20 WIB

Seorang pria berjalan melewati kendaraan rusak pendukung partai yang berkuasa di Sri Lanka setelah mereka dibakar selama bentrokan demonstran pro dan anti-pemerintah di dekat kediaman resmi Perdana Menteri, di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 10 Mei, 2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

TEMPO.CO, Jakarta -Pengunjuk rasa di Sri Lanka menyerukan pemerintah baru untuk mengambil alih negara. Massa tidak gentar walau Kementerian Pertahanan Sri Lanka memerintahkan pasukan untuk menembak setiap orang yang merusak properti publik dan mengancam nyawa.

Lahiru Fernando, warga Sri Lanka berusia 36 tahun yang berkemah di lokasi protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu, mengklaim seluruh rakyat mendukung adanya pergantian rezim.

"Sekarang seluruh negara mendukung kami. Mereka menendang generasi yang salah," katanya, dikutip dari Reuters, Rabu, 11 Mei 2022.

Grup perdagangan utama juga menyuarakan adanya pergantian di jajaran elite.

Forum Asosiasi Pakaian Gabungan, yang mewakili industri penting ekonomi Sri Lanka, menyerukan stabilitas politik di Sri Lanka. "Sangat penting bahwa pemerintah baru segera ditunjuk untuk mengisi kekosongan politik saat ini," kata forum itu dalam sebuah pernyataan.

Kesabaran publik Sri Lanka habis pada Senin, 9 Mei 2022, setelah pendukung partai yang berkuasa menyerang sebuah kamp protes anti-pemerintah di ibukota komersial Kolombo. Upaya itu memicu bentrokan yang mengakibatkan delapan orang tewas dan lebih dari 200 terluka.

Beberapa jam setelah kekerasan meletus, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri, dengan harapan dapat membentuk pemerintah persatuan. Polisi kemudian memberlakukan jam malam secara nasional hingga pukul 7 pagi pada Rabu. Kabinet negara itu juga mengundurkan diri.

Para pengunjuk rasa terus-menerus menentang jam malam untuk menyerang tokoh-tokoh pemerintah, membakar rumah, toko, dan bisnis milik anggota parlemen partai yang berkuasa dan politisi provinsi.

Presiden Gotabaya Rajapaksa, adik laki-laki mantan perdana menteri, mendesak diakhirinya kekerasan. Namun, secara praktik, pemerintahnya malah memberlakukan kekuasaan luas bagi militer dan polisi untuk menahan dan menginterogasi orang-orang tanpa surat perintah penangkapan.

"Semua upaya akan dilakukan untuk memulihkan stabilitas politik melalui konsensus, dalam mandat konstitusional & untuk menyelesaikan krisis ekonomi," kata presiden lewat unggahan media sosial Twitter.

Sejumlah ahli mengatakan, jika presiden memutuskan untuk mundur dalam menghadapi tekanan yang meningkat, konstitusi dapat menguraikan ketentuan bagi parlemen untuk memilih pemimpin baru.

“Jadi, tidak akan terjadi kekosongan kekuasaan. Ada juga ketentuan bagi anggota parlemen untuk menunjuk pemerintahan sementara,” kata Bhavani Fonseka, peneliti senior di lembaga think tank Center for Policy Alternatives.

Sri Lanka telah mengalami krisis ekonomi terburuk dalam sejarah. Kekurangan devisa di Sri Lanka menghambat impor penting, termasuk obat-obatan dan bahan bakar.

Selama berbulan-bulan, sebagian besar ekonomi Sri Lanka didukung oleh India. New Delhi telah memberikan bantuan lebih dari US$ 3,5 miliar kepada Sri Lanka karena ada perbincangan yang mandek dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket penyelamatan. Sri Lanka juga mencari bantuan dari Cina.

Kepala misi IMF Sri Lanka Masahiro Nozaki mengatakan, pembicaraan teknis virtual dengan pejabat Sri Lanka mengenai paket pinjaman yang dimulai pada hari Senin akan berlanjut "sehingga sepenuhnya siap untuk diskusi kebijakan begitu pemerintah baru telah dibentuk."

Nozaki mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia prihatin dengan meningkatnya kekerasan di negara pulau itu tetapi tetap "berkomitmen untuk membantu Sri Lanka sejalan dengan kebijakan IMF."

Baca juga: Krisis Sri Lanka, Militer Perintahkan Tembak di Tempat untuk Padamkan Kerusuhan

Sumber: Reuters

Advertising
Advertising

Berita terkait

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

4 hari lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

5 hari lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

5 hari lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

7 hari lalu

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bentrok di kampus Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Pengunjuk Rasa Sengketa Pilpres 2024 Bubar, Kapolda Berharap Tidak Ada Konflik di Akar Rumput

14 hari lalu

Pengunjuk Rasa Sengketa Pilpres 2024 Bubar, Kapolda Berharap Tidak Ada Konflik di Akar Rumput

Massa pengunjuk rasa sengketa Pilpres 2024 di area Patung Kuda Arjuna Wiwaha telah membubarkan diri pada pukul 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Beri Sumbangan Rp15 Miliar untuk Gaza Walau sedang Krisis Ekonomi

33 hari lalu

Sri Lanka Beri Sumbangan Rp15 Miliar untuk Gaza Walau sedang Krisis Ekonomi

Uang sedekah dari Sri Lanka itu ditujukan untuk membantu anak-anak Palestina di Jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Demonstran Yordania Desak Diakhirinya Perjanjian Damai dengan Israel

38 hari lalu

Demonstran Yordania Desak Diakhirinya Perjanjian Damai dengan Israel

Ribuan warga Yordania menyerukan diakhirinya perjanjian perdamaian antara negara itu dengan Israel, sebagai protes atas gesonida di Gaza

Baca Selengkapnya

McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka, Bagaimana Bisnis McD Pasca Dihujani Boikot?

41 hari lalu

McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka, Bagaimana Bisnis McD Pasca Dihujani Boikot?

McDonald's tutup seluruh gerainya di Sri Lanka. Bisnis McD di Timur Tengah pun terimbas akibat aksi boikot anti-israel.

Baca Selengkapnya

McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka Gara-gara Jorok

42 hari lalu

McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka Gara-gara Jorok

McDonald's di Sri Lanka mencabut kerja sama dengan mitra lokal dan memutuskan hengkang karena masalah kebersihan.

Baca Selengkapnya

9 Negara Teraman untuk Solo Traveling Perempuan dari Srilanka hingga Selandia Baru

45 hari lalu

9 Negara Teraman untuk Solo Traveling Perempuan dari Srilanka hingga Selandia Baru

Beberapa negara dikenal relatif aman dan mudah dijelajahi bagi perempuan yang mencari petualangan dengan solo traveling

Baca Selengkapnya