Inflasi, Boris Johnson Minta Maaf Tak Bisa Beri Bantuan ke Warga

Reporter

Tempo.co

Rabu, 4 Mei 2022 12:30 WIB

Pekerja menyiapkan daging untuk dijual di Pasar Smithfield, London, Inggris, 15 November 2021. Pasar Smithfield yang merupakan pasar daging grosir terbesar di Inggris. REUTERS/Hannah McKay

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Selasa, 3 Mei 2022, memastikan Pemerintah Inggris tidak akan memberi bantuan pada siapa pun di Inggris, yang saat ini sedang bergulat dengan naiknya biaya hidup. Sebab negara saat ini harus berhati-hati dengan setiap pengeluaran dana agar bisa menghindari inflasi spiral.

Kenaikan harga telah memeras pendapatan rumah tangga-rumah tangga di Inggris, dimana lonjakan harga-harga ini tertinggi sejak 1950-an. Kondisi ini telah menimbulkan tekanan pada Pemerintah agar mengucurkan bantuan untuk kelompok masyarakat miskin di Inggris, khususnya mereka yang tidak mampu membeli bahan bakar.

Pekerja menyiapkan daging untuk dijual di Pasar Smithfield, London, Inggris, 15 November 2021. REUTERS/Hannah McKay

Advertising
Advertising

Perdana Menteri Johnson menyadari bahwa pihaknya tidak bisa memberikan cukup dukungan agar kelompok masyarakat miskin bisa segera mengimbangi kenaikan harga-harga. Namun pihaknya telah berusaha menangani kenaikan harga-harga dalam jangka menengah dan jangka panjang.

“Saya terima mereka yang sudah berkontribusi melalui pembayaran pajak karena ini menggunakan uang para pembayar pajak. Uang ini tidak akan cukup untuk menolong biaya pengeluaran semua orang,” kata Johnson dalam wawancara dengan ITV televisi.

Menurut Johnson uang yang ada saat ini tidak akan cukup untuk jangka pendek, namun masih ada banyak upaya yang dilakukan pihaknya. Hal yang terpenting adalah memastikan Pemerintah Inggris bisa mengatasi kenaikan harga-harga dalam jangka menengah dan jangka panjang.

Menjawab pertanyaan mengapa tunjangan kesejahteraan (bantuan sosial) tidak naik sejalan dengan kenaikan inflasi, Johnson mengatakan Pemerintah Inggris harus bersikap waspada terkait hal yang bisa memicu inflasi lebih jauh. Pada Maret 2022, inflasi di Inggris menyentuh angka tertinggi dalam 70 tahun atau inflasi tercatat sebesar 7 persen.

“Meskipun Anda cukup benar menyoroti hal itu, ada sebuah risiko yang bisa memicu lonjakan inflasi dan ini sangat parah. Inflasi bisa memburuk dan memukul suku bunga serta memukul biaya pinjaman warga Inggris. Saya minta maaf harus mengatakan hal ini, namun kami harus lebih waspada dalam bertindak,” kata Johnson.

Dia meyakinkan Pemerintah Inggris sebelumnya sudah berusaha memberikan bantuan kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan agar mereka bisa menggunakan energi untuk kebutuhan kesehatan mereka. Sedangkan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan pihak memantau bagaimana harga energi dalam beberapa bulan ke depan sebelum memutuskan apakah akan memberikan bantuan yang dibutuhkan (warga Inggris).

Sumber: Reuters

Baca juga: Boris Johnson Komentari Kasus Anggota Parlemen Lihat Video Porno

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

12 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

16 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

19 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

2 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

2 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya