Kirim Pencari Suaka ke Rwanda, Pemerintah Inggris Tuai Kecaman

Reporter

Tempo.co

Kamis, 14 April 2022 21:30 WIB

Foto yang diterbitkan surat kabar The Guardian menunjukkan Boris Johnson dan istrinya Carrie Johnson, bersama belasan lebih orang menikmati wine ketika Inggris memberlakukan lockdown pada 2020.[The Guardian]

TEMPO.CO, Jakarta -Langkah pemerintah Inggris mengirim pencari suaka ke Rwanda menuai kecaman dari pihak oposisi dan lembaga hak asasi manusia.

Seperti dilansir Reuters, Kamis 14 April 2022, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pemerintahnya ingin memastikan bahwa satu-satunya rute menuju suaka di Inggris adalah yang aman dan legal.

"Mereka yang mencoba melompati antrian atau menyalahgunakan sistem, tidak akan menemukan jalan otomatis di negara kami, melainkan dengan cepat dan manusiawi dipindahkan ke negara ketiga yang aman atau negara asal mereka," kata Johnson dalam pidatonya di Kent, Inggris tenggara, tempat ribuan migran dengan perahu kecil mendarat di pantai Channel tahun lalu.

Johnson menegaskan siapa pun yang tiba di Inggris secara ilegal sejak 1 Januari 2022, akan dipindahkan ke Rwanda, di Afrika tengah. Menurut dia hal ini untuk menghancurkan bisnis geng penyelundup manusia.

"Kesepakatan yang telah kami lakukan belum dipetakan dan Rwanda akan memiliki kapasitas untuk memukimkan kembali puluhan ribu orang di tahun-tahun mendatang," katanya.

Advertising
Advertising

Menteri Dalam Negeri Priti Patel mengunjungi ibu kota Rwanda, Kigali, pada hari ini untuk menandatangani keputusan itu. Rencananya, pencari suaka yang tiba di Inggris dengan perahu kecil melintasi Selat Inggris, dijemput oleh pemerintah Inggris dan diterbangkan sejauh 6.400 kilometer ke Rwanda, untuk selamanya.

Menteri Luar Negeri Wales Simon Hart mengatakan pengaturan dengan Rwanda awalnya akan menelan biaya sekitar 120 juta pound. Ia menyebut rencana itu difokuskan pada pria muda lajang. "Ini terutama tentang migran ekonomi laki-laki," kata Hart kepada Sky News. "Ada serangkaian masalah yang berbeda dengan perempuan dan anak-anak."

Rencana itu mendapat kritik keras dari partai-partai oposisi, dengan menteri dalam negeri bayangan dari partai Buruh, Yvette Cooper, mengatakan keputusan itu "berlebihan serta tidak bisa dijalankan dan tidak etis".

Sementara para pejuang hak asasi manusia untuk pengungsi mengatakan rencana itu sangat ekstrim sehingga tak terduga.

Steve Valdez-Symonds, direktur pengungsi di Amnesty International Inggris, mengatakan "Ide yang sangat tidak masuk akal dari pemerintah Inggris akan menimbulkan penderitaan dan membuang-buang uang publik dalam jumlah besar." Dia mengatakan catatan hak asasi manusia "suram" Rwanda membuat gagasan itu semakin buruk.

Sedangkan kepala eksekutif Dewan Pengungsi yang berbasis di Inggris, Enver Solomon, menyebutnya sebagai "keputusan yang kejam dan jahat.” Ia memperkirakan keputusan itu tidak akan menghentikan geng penyelundupan manusia.

Lebih dari 28.000 orang memasuki Inggris dengan perahu kecil tahun lalu, naik dari 8.500 orang pada 2020. Lusinan orang tewas, termasuk 27 orang pada November ketika satu perahu terbalik.

Baca juga: Program Penampungan Pengungsi Ukraina di Inggris Dikritik UNHCR

SUMBER: REUTERS | ABC NEWS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

26 menit lalu

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Para mahasiswa, dosen dan staf di berbagai universitas di Iran mengadakan unjuk rasa pro-Palestina di masing-masing kampus.

Baca Selengkapnya

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

54 menit lalu

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

11 jam lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

1 hari lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

2 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

2 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

2 hari lalu

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

Militer Korea Selatan melarang anggotanya menggunakan iPhone bahkan Apple Watch. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

6 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

9 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya