Bekas Presiden Sebut Sanksi Barat Tak Pengaruhi Rusia: Bodoh Jika Percaya

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 26 Maret 2022 17:53 WIB

Warga Ukraina berjalan di depan tank pasukan pro-Rusia selama konflik Ukraina-Rusia di pinggiran kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 20 Maret 2022. Rusia mengatakan "bencana kemanusiaan yang mengerikan" sedang berlangsung di Mariupol. REUTERS/Alexander Ermochenko

TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Presiden Rusia dan Wakil Kepala Dewan Keamanan Dmitry Medvedev mengatakan bodoh jika percaya bahwa sanksi ekonomi Barat bisa berdampak terhadap pemerintah Moskow. Sanksi hanya akan mengkonsolidasikan masyarakat Rusia. Sebaliknya sanksi tidak akan berpenngaruh terhadap popularitas pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina. Satu bulan setelah perang, Kremlin mengatakan akan melanjutkan serangan sampai mencapai tujuannya yaitu demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Beberapa sanksi secara khusus menargetkan pengusaha yang diyakini dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Mari kita bertanya pada diri sendiri. Dapatkah salah satu dari pengusaha besar ini memiliki pengaruh paling kecil dari posisi kepemimpinan negara?" kata Medvedev dalam wawancara dengan kantor berita RIA dari Rusia.

"Saya secara terbuka memberi tahu Anda, tidak. Tidak mungkin," ujarnya.

Dia juga mengatakan Rusia invasi Ukraina, didukung pula oleh penduduk. Dalam jajak pendapat, tiga perempat dari Rusia mendukung keputusan Kremlin untuk melakukan operasi militer di Ukraina. Rakyat Rusia juga lebih mendukung Presiden Putin.

Advertising
Advertising

Sambil mengecilkan dampak ekonomi dari sanksi, Medvedev mengatakan pemerintah Rusia harus menemukan solusi yang memadai untuk memacu pengembangan industri pesawat, otomotif dan TI, antara lain. "Sekarang, akan lebih sulit untuk mengatasi masalah itu, tetapi di sisi lain, kami tidak dapat mengandalkan siapa pun," kata Medvedev. "Dalam hal ini, kita harus menyelesaikan masalah itu sendiri."

Dia juga mengecam orang-orang Rusia yang berbicara menentang invasi saat tinggal di luar Rusia. "Anda bisa tidak puas dengan beberapa keputusan pihak berwenang, mengkritik pihak berwenang, ini normal," katanya.

"Tetapi Anda tidak dapat mengambil sikap melawan negara dalam situasi yang sulit, karena ini adalah pengkhianatan."

Invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung selama sebulan dan belum ada tanda-tanda berakhir. Rusia mengklaim bahwa fase pertama dari operasi militer di Ukraina sebagian besar telah selesai. Kini mereka akan berfokus sepenuhnya membebaskan wilayah Donbass di timur Ukraina.

Dilansir dari Al Jazeera, Sabtu, 26 Maret 2022, Rusia mengumumkan hal itu pada Jumat lalu. Rusia kemungkinan beralih tujuan ke wilayah Donbass yang lebih terbatas setelah mengalami perlawanan sengit Ukraina di bulan pertama perang di Ukraina.

Baca: Rusia Klaim Fase Pertama Invasi di Ukraina Tuntas, Kini Fokus Bebaskan Donbass

REUTERS | AL JAZEERA

Berita terkait

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

1 jam lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

2 jam lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

1 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

2 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

2 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

4 hari lalu

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni 2024 dalam KTT Perdamaian Ukraina di Lucerne, Swiss.

Baca Selengkapnya

Terkini: Keluarga Prabowo Subianto Bangun Pabrik Timah di Batam, Republika Berhentikan 60 Karyawan

4 hari lalu

Terkini: Keluarga Prabowo Subianto Bangun Pabrik Timah di Batam, Republika Berhentikan 60 Karyawan

Adik kandung presiden terpilih Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, meresmikan perusahaan produksi solder dari timah di Kota Batam.

Baca Selengkapnya

Warga Negara Rusia Disarankan Tak Melancong ke Meksiko

5 hari lalu

Warga Negara Rusia Disarankan Tak Melancong ke Meksiko

Warga negara Rusia agar mempertimbangkan rencana melancong ke Meksiko setelah otoritas di sana menolak lebih banyak pelancong Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

6 hari lalu

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

Rusia menemukan banyak warga negara Prancis yang tewas di Ukraina.

Baca Selengkapnya

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

7 hari lalu

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina mengatakan mereka menggagalkan rencana Rusia untuk membunuh Presiden Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya