Biden Hentikan Impor Minyak dari Rusia, Sekutu Belum Ambil Keputusan
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Rabu, 9 Maret 2022 08:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia dan energi lainnya sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina, meskipun akan menaikkan harga energi di Amerika Serikat.
"Kami melarang semua impor energi minyak dan gas Rusia," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih, Selasa, 8 Maret 2022, seperti dilaporkan Reuters.
"Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya ke mesin perang (Presiden Rusia Vladimir) Putin."
Harga minyak melonjak karena berita tersebut, dengan minyak mentah Benchmark Brent LCOc1 untuk Mei naik 5,4% menjadi $129,91 per barel.
Biden bersama sekutu di Eropa, yang jauh lebih bergantung pada minyak Rusia, mengisolasi ekonomi Rusia yang padat energi dan Putin.
Inggris mengumumkan sesaat sebelum pernyataan Biden bahwa mereka akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada akhir 2022. Negara Sekutu lain belum memutuskan, karena mereka sangat bergantung pada minyak dan gas Rusia.
Biden mengatakan sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya menyebabkan ekonomi Rusia bergolak. Dia mengatakan langkah terbaru telah dilakukan melalui konsultasi erat dengan sekutu dan mitra di seluruh dunia.
Amerika Serikat mengimpor rata-rata lebih dari 20,4 juta barel minyak mentah dan produk olahan per bulan dari Rusia pada 2021, sekitar 8% dari impor bahan bakar cair AS, menurut Administrasi Informasi Energi.
Larangan tersebut diperkirakan akan membuat harga bensin yang sudah tinggi dan inflasi melonjak. Amerika Serikat juga mengimpor sejumlah kecil batu bara dari Rusia.
Biden memperkirakan harga akan naik lebih jauh sebagai akibat dari "perang Putin" tetapi berjanji melakukan semua yang dia bisa untuk meminimalkan dampak pada rakyat Amerika.
Dia juga memperingatkan perusahaan-perusahaan gas AS agar tidak mengeksploitasi situasi untuk mengambil keuntungan.
Berikutnya: Dampak ke Rusia tidak besar
<!--more-->
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengungatkan, harga minyak bisa naik ke lebih dari 300 dolar AS per barel jika Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor minyak mereka secara bersama-sama.
Karena jumlah minyak yang diimpor AS dari Rusia sedikit, Rusia berpotensi menjual minyak itu di tempat lain, mungkin ke Cina atau India. Namun, mungkin harus menjualnya dengan diskon besar-besaran, karena semakin sedikit pembeli yang menerima minyak Rusia.
Jika Rusia akhirnya ditutup dari pasar global, negara-negara seperti Iran dan Venezuela mungkin "diterima kembali" sebagai sumber minyak, kata Claudio Galimberti, seorang analis di Rystad Energy. Sumber tambahan seperti itu, pada gilirannya, berpotensi menstabilkan harga.