Serangan Rusia ke Ukraina Kurang Dukungan Jet Tempur, Kenapa?
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Rabu, 2 Maret 2022 11:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, intelijen AS memperkirakan Moskow akan memanfaatkan kekuatan udaranya yang besar untuk mendominasi serangan.
Tetapi dalam enam hari pertama invasi, Moskow tampak bertindak jauh lebih hati-hati dengan kekuatan udaranya, sehingga AS tidak dapat secara tepat menjelaskan apa yang mendorong keputusan itu.
“Mereka belum mau mengambil risiko tinggi dengan pesawat dan pilot mereka,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim.
Meski kalah jauh dalam jumlah dan teknologi dari militer Rusia, Angkatan Udara Ukraina tetap terbang dan pertahanan udaranya masih dianggap layak – sebuah fakta yang membingungkan para ahli militer.
Setelah serangan pembuka perang pada 24 Februari 2022, para analis memperkirakan militer Rusia akan segera mencoba menghancurkan angkatan udara dan pertahanan udara Ukraina.
Itu akan menjadi "langkah selanjutnya yang logis dan diantisipasi secara luas, seperti yang terlihat di hampir setiap konflik militer sejak 1938," tulis lembaga think-tank RUSI di London, dalam sebuah artikel berjudul "Kasus Misterius Angkatan Udara Rusia yang Hilang."
Sementara jet tempur Ukraina masih melakukan serangan udara dan serangan darat tingkat rendah. Rusia masih terbang melalui wilayah udara yang diperebutkan.
Pasukan Ukraina dengan roket permukaan-ke-udara mampu mengancam pesawat Rusia dan menimbulkan risiko bagi pilot Rusia yang mencoba mendukung pasukan darat.
"Ada banyak hal yang mereka lakukan yang membingungkan," kata Rob Lee, seorang spesialis militer Rusia di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri.
Dia pikir awal perang akan menjadi "penggunaan kekuatan secara maksimal."
"Karena setiap hari ada biaya dan risikonya naik. Dan mereka tidak melakukan itu dan sangat sulit untuk menjelaskannya karena alasan yang realistis."
Berikutnya: Kurang koordinasi antara pasukan darat dan udara
<!--more-->
Kebingungan tentang bagaimana Rusia menggunakan angkatan udaranya muncul ketika pemerintahan Presiden Joe Biden menolak seruan Kyiv untuk zona larangan terbang yang dapat menarik Amerika Serikat secara langsung ke dalam konflik dengan Rusia, yang rencana untuk angkatan udara di masa depan tidak jelas.
Pakar militer melihat bukti kurangnya koordinasi angkatan udara Rusia dengan formasi pasukan darat, dengan beberapa pasukan dikirim ke depan di luar jangkauan pertahanan udara mereka sendiri.
Itu membuat tentara Rusia rentan serangan dari pasukan Ukraina, termasuk yang baru dilengkapi dengan drone Turki dan rudal anti-tank AS dan Inggris.
David Deptula, pensiunan jenderal bintang tiga Angkatan Udara AS yang pernah memimpin zona larangan terbang di Irak utara, mengatakan dia terkejut bahwa Rusia tidak bekerja lebih keras untuk membangun dominasi udara sejak awal.
"Rusia menemukan bahwa mengoordinasikan operasi multi-domain tidak mudah," kata Deptula kepada Reuters. "Dan bahwa mereka tidak sebaik yang mereka duga."
Sementara Rusia berkinerja buruk, militer Ukraina sejauh ini melebihi harapan.
Pengalaman Ukraina dari delapan tahun terakhir pertempuran dengan pasukan separatis yang didukung Rusia di timur didominasi oleh perang parit gaya Perang Dunia Pertama.
Sebaliknya pasukan Rusia mendapat pengalaman tempur di Suriah, di mana mereka melakukan intervensi di pihak Presiden Bashar al-Assad, dan menunjukkan beberapa kemampuan untuk menyinkronkan manuver darat dengan serangan udara dan pesawat tak berawak.
Kemampuan Ukraina untuk terus menerbangkan jet tempur adalah demonstrasi nyata dari ketahanan negara dalam menghadapi serangan dan telah menjadi pendorong moral, baik untuk militernya sendiri dan rakyat Ukraina, kata para ahli.
Hal ini juga menyebabkan munculnya banyak cerita heroik seperti sebuah jet tempur yang menjatuhkan enam pesawat Rusia, dijuluki online sebagai "The Ghost of Kyiv."
Pemeriksaan Fakta Reuters menunjukkan bagaimana klip dari videogame Digital Combat Simulator disalahartikan secara online untuk mengklaim bahwa itu adalah jet tempur Ukraina yang sebenarnya menembak jatuh sebuah pesawat Rusia.
Amerika Serikat memperkirakan bahwa Rusia menggunakan lebih dari 75 pesawat dalam invasi Ukraina.
Menjelang invasi, para pejabat AS memperkirakan Rusia berpotensi menyiapkan ribuan pesawat di angkatan udaranya untuk misi Ukraina. Namun, pejabat senior AS menolak memperkirakan berapa banyak pesawat tempur Rusia, termasuk helikopter serang, yang mungkin masih tersedia dan di luar Ukraina.
"Kami memiliki indikasi bahwa mereka kehilangan beberapa (pesawat), tetapi begitu juga dengan Ukraina," kata pejabat itu.
Reuters