Indonesia Tak Jadi Co-sponsor Draf Resolusi Invasi Rusia, Ini Kata Kemenlu

Reporter

Daniel Ahmad

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 28 Februari 2022 17:45 WIB

Roket Grad yang tidak meledak terlihat di taman bermain taman kanak-kanak di Kharkiv, Ukraina, 26 Februari 2022. Reuters TV via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Akhir pekan lalu, banyak netizen mempertanyakan kenapa Indonesia tidak termasuk di antara negara co-sponsor resolusi berisi kutukan dan permohonan supaya invasi Rusia atas Ukraina berhenti yang diajukan untuk dibahas di Majelis Umum PBB.

Berdasarkan unggahan media sosial Perwakilan Norwegia di PBB pada Sabtu pagi, 26 Februari 2022, tercatat ada 80 negara anggota PBB yang menjadi co-sponsor dari resolusi tersebut, termasuk Australia, Amerika Serikat, Prancis, Kuwait, Turki, hingga Suriname.

Indonesia tidak ada di dalam daftar tersebut. Tercatat negara yang turut mendukung dari Asia Tenggara dalam daftar tersebut, hanya Singapura dan Timor Leste.
Resolusi ini berawal dari sidang Dewan Keamanan PBB, yang mengadakan pertemuan pada Jumat, 25 Februari 2022, untuk membahas draf resolusi berisi kutukan dan permohonan supaya invasi Rusia atas Ukraina berhenti.
Dari 15 negara anggota DK PBB, hasilnya 11 setuju, tiga negara abstain, dan satu anggita tetap, yakni Rusia, memutuskan untuk memveto. Sementara itu, tiga negara yang abstain adalah Cina, India, dan Uni Emirat Arab.
Akibat veto dari Rusia ini, maka rancangan resolusi tersebut diblokir. Walau begitu, dengan 11 negara yang setuju, draf resolusi tetap dapat dibawa ke Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara.
Juru bicara Menteri Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menjelaskan alasan Indonesia tidak menjadi co-sponsor resolusi.
Menurut dia, tidak adanya nama Indonesia dalam daftar bukan berarti abstain. "Indonesia tidak lagi menjadi anggota tidak tetap DK PBB sehingga tidak ada hak suara saat pemungutan draf resolusi di DK PBB," katanya saat dihubungi Senin, 28 Februari 2022.
Menurut Faizasyah, Indonesia merupakan anggota tidak tetap DK PBB di tahun 2019-2020. Pada kurun waktu itu, Indonesia sebagai anggota bisa memberikan suara, mendukung, menolak atau abstain pada satu draf atau rancangan resolusi.
Faizah menyampaikan, memang tidak harus menjadi anggota tidak tetap DK PBB untuk jadi co-sponsor. "Namun sebagai anggota tidak tetap kita memiliki kesempatan ikut berkontribusi dalam penyusunan rancangan resolusi, sehingga ada kepentingan nasional kita yang tercakup," ujarnya.
"Ikut menjadi co-sponsor, bukan sebagai anggota maka lazimnya, saya ulangi, lazimnya, adalah take it or leave it atas draf resolusi yang akan dipungutsuarakan di DK PBB," kata Faizasyah.
Sebagaimana disampaikan Faizasyah pada press brief pada Kamis, 24 Februari 2022, Indonesia masih mengharapkan semua pihak untuk tetap mengedepankan perundingan dan diplomasi untuk menghentikan konflik dan mengutamakan penyelesaian damai.
Kendati begitu, Indonesia turut prihatin atas eskalasi konflik bersenjata di wilayah Ukraina yang sangat membahayakan keselamatan rakyat serta berdampak bagi perdamaian di kawasan.

Berita terkait

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

15 jam lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

15 jam lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

1 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

1 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

1 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

Gilad Erdan Dubes Israel Sobek Salinan Piagam PBB Usai Voting Status Palestina, Ini Profilnya

1 hari lalu

Gilad Erdan Dubes Israel Sobek Salinan Piagam PBB Usai Voting Status Palestina, Ini Profilnya

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan merobek salinan Piagam PBB, memprotes pemungutan suara resolusi yang mendukung keanggotaan penuh Palestina.

Baca Selengkapnya

Staf PBB Tewas Diserang Israel di Rafah, Guterres Minta Penyelidikan Penuh

1 hari lalu

Staf PBB Tewas Diserang Israel di Rafah, Guterres Minta Penyelidikan Penuh

Seorang staf PBB tewas di Rafah setelah kendaraannya ditabrak saat sedang melakukan perjalanan ke sebuah rumah sakit.

Baca Selengkapnya

Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

1 hari lalu

Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

Sebuah konferensi donor internasional di Kuwait menjanjikan bantuan lebih dari US$2 miliar atau sekitar Rp32 triliun ke Gaza

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

2 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

2 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya