WNI di Ukraina Diminta Berkumpul di KBRI Kyiv, Evakuasi Menyusul

Kamis, 24 Februari 2022 18:45 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis, 24 Februari 2022 mengumumkan operasi militer khusus yang disebutnya untuk mengupayakan demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina. Sebelumya Rusia telah mengirim kendaraan lapis baja BMPT-72 Terminator ke daerah perbatasan Ukraina. Foto : Twitter

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri mengimbau warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Ukraina untuk berkumpul di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kyiv. Peringatan ini dilakukan karena meningkatnya eskalasi konflik Ukraina, menyusul pernyataan operasi militer oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Kami meminta WNI yang ada di Ukraina untuk berkumpul di KBRI Kyiv. Bagi WNI yang tidak memungkinkan untuk berkumpul di KBRI Kyiv, kami meminta mereka bertahan di tempat sambil kami mencari jalur yang aman untuk evakuasi warga yang tidak dapat berkumpul di KBRI Kyiv,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha pada Kamis, 24 Februari 2022

Dari data yang dilaporkan KBR Kyiv, jumlah WNI di Ukraina adalah sebanyak 138 orang, yang sebagian besar berdomisili di Kyiv. Di perbatasan, ada satu WNI yang tinggal di Donetsk, dua orang di Luhansk dan lima orang di Kharkiv.

Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan KBRI di Kyiv sudah membuat rencana darurat bagi WNI jika situasi di Ukraina memburuk. Kemlu telah menyusun rencana kontingensi sebagai antisipasi yang memuat tiga tahap, yakni, status darurat tiga, dua, dan satu.

Menurut Judha, sejuah ini prioritas Kemlu dan KBRI adalah memastikan jika WNI selamat dan berkumpul terlebih dahulu di Kyiv. Hingga kini belum ada rencana pemulangan WNI ke tanah air.

Judha mengkonfirmasi bahwa 138 WNI yang berada di Ukraina masih dalam kondisi baik dan sehat. Mereka jiuga saling terhubung dalam grup percakapan.

"Saat ini prioritas utama adalah keselamatan WNI. Jadi kami akan pastikan dahulu mereka dalam lokasi yang aman, dalam hal ini KBRI di Kiev," kata Judha.

Ketegangan di Ukraina semakin meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dalam pidatonya pada Kamis, 24 Februari 2022, untuk melakukan operasi militer khusus di tanah tetangganya itu. Putin menyebut ingin demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, demi melindungi orang-orang yang telah menjadi sasaran genosida rezim Kyiv.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden langsung bereaksi keras dan menyebut pernyataan Putin tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan. AS dan sekutunya juga akan bersatu dan tegas menanggapi serangan Rusia terhadap Ukraina.

Berita terkait

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 jam lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

19 jam lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

19 jam lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

2 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

2 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

3 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

4 hari lalu

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni 2024 dalam KTT Perdamaian Ukraina di Lucerne, Swiss.

Baca Selengkapnya

Profil Mikhail Mishutin, Perdana Menteri Rusia yang Dipinang Lagi oleh Putin

5 hari lalu

Profil Mikhail Mishutin, Perdana Menteri Rusia yang Dipinang Lagi oleh Putin

Putin mengusulkan nama Mikhail Mishutin untuk kembali menjabat sebagai perdana menteri.

Baca Selengkapnya

Warga Negara Rusia Disarankan Tak Melancong ke Meksiko

6 hari lalu

Warga Negara Rusia Disarankan Tak Melancong ke Meksiko

Warga negara Rusia agar mempertimbangkan rencana melancong ke Meksiko setelah otoritas di sana menolak lebih banyak pelancong Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

7 hari lalu

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

Rusia menemukan banyak warga negara Prancis yang tewas di Ukraina.

Baca Selengkapnya