Ini 4 Calon Pemimpin ISIS Sepeninggal Quraishi
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Rabu, 9 Februari 2022 17:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin ISIS berikutnya kemungkinan besar berasal dari kelompok Irak yang muncul setelah invasi AS tahun 2003, kata dua pejabat keamanan Irak dan tiga analis independen seperti dilaporkan Reuters, Rabu, 9 Februari 2022.
Kelompok calon penerus Abu Ibrahim Al Hashimi al-Quraishi, yang meledakkan dirinya saat diserbu pasukan AS di Suriah pekan lalu, termasuk seorang komandan yang dinyatakan tewas oleh Washington dan Baghdad tahun lalu, kata para pejabat Irak.
Kematian Quraishi, 45 tahun, merupakan pukulan telak bagi ISIS dua tahun setelah kelompok teror kejam ini kehilangan pemimpin lama Abu Bakr al-Baghdadi dalam serangan 2019.
Quraishi, berkebangsaan Irak, tidak pernah secara terbuka berbicara kepada pengikutnya, menghindari komunikasi elektronik dan mengawasi pergerakan pertempuran di unit-unit kecil yang didelegasikan untuk menghindari pasukan Irak dan AS.
ISIS, yang memberlakukan aturan brutal atas sebagian besar Irak dan Suriah dari 2014 hingga 2017, dan melanjutkan teror mematikan di Timur Tengah dan Asia, tampaknya saat ini sedang menunggu pemimpin baru.
Fadhil Abu Rgheef, penasihat keamanan Irak, mengatakan setidaknya ada empat calon pengganti.
"Ini termasuk ... Abu Khadijah, yang terakhir diketahui berperan sebagai pemimpin Negara Islam Irak, Abu Muslim, pemimpin provinsi Anbar, dan lainnya bernama Abu Salih, hanya ada sedikit informasi tentangnya tetapi dia dekat dengan Baghdadi dan Quraishi," katanya.
"Ada juga Abu Yassir al-Issawi, yang diduga masih hidup. Dia berharga bagi kelompok itu karena memiliki pengalaman militer yang panjang."
Kabar kematian Issawi dalam serangan udara pada Januari 2021 dilaporkan oleh pasukan Irak serta koalisi militer pimpinan AS yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah.
Namun seorang pejabat keamanan Irak menegaskan ada kecurigaan kuat bahwa Issawi masih hidup. "Jika dia tidak mati, dia akan menjadi kandidat, dia dicari karena merencanakan serangan militer dan memiliki ribuan pendukung," kata pejabat itu.
Berikutnya: ISIS sulit dihancurkan?
<!--more-->
Pejabat itu mengatakan, Negara Islam kemungkinan melakukan pembersihan keamanan menyusul bocornya lokasi persembunyian Quraisy sebelum berkumpul untuk memilih atau mengumumkan penggantinya.
Hassan Hassan, editor majalah New Lines yang telah menerbitkan penelitian tentang Quraishi, mengatakan pemimpin baru kemungkinan anggota veteran asal Irak.
"Jika mereka memilih pemimpin dalam beberapa minggu mendatang, mereka kemungkinan memilih seseorang dari lingkaran yang sama ... kelompok yang merupakan bagian dari kelompok Anbari yang beroperasi di bawah (nama) ISIS sejak awal," katanya.
Negara Islam muncul dari gerilyawan Sunni yang melancarkan pemberontakan terhadap pasukan AS dan Irak setelah 2003.
Negara Islam Irak, juga dikenal sebagai al Qaeda di Irak, adalah cabang dari organisasi al Qaeda global Osama Bin Laden dan pendahulu ISIS, yang terbentuk dalam kekacauan perang saudara Suriah di seberang perbatasan.
Baghdadi dan Quraishi, keduanya anggota al Qaeda di Irak sejak awal, pernah ditahan AS pada pertengahan 2000-an. Sebaliknya, tidak satu pun dari empat calon penerus Quraisy yang ditangkap oleh pasukan AS, kata seorang pejabat keamanan dan seorang kolonel kepada Reuters.
Para pejabat dan analis di berbagai negara setuju bahwa Negara Islam berada di bawah tekanan lebih dari sebelumnya dan tidak akan pernah bisa mengembalikan kejayaannya.
Namun tidak berarti mereka akan mudah dihancurkan. Sejak kekalahan teritorial mereka di Irak pada 2017 dan Suriah pada 2019, para pemimpin ISIS mudah bergerak di antara kedua negara, dibantu oleh kesenjangan di bidang kendali antara angkatan bersenjata yang berbeda.
Pejabat keamanan dan militer mengatakan perbatasan sepanjang 600 km dengan Suriah membuat pasukan Irak sangat sulit untuk mencegah anggota ISIS menyusup melalui terowongan bawah tanah.