AS Jerat Empat Pejabat Belarus Atas Tuduhan Pembajakan Pesawat Ryanair

Reporter

Tempo.co

Jumat, 21 Januari 2022 10:01 WIB

Pesawat Ryanair diparkir di landasan sebelum penutupan Brussels South Charleroi Airport karena maskapai menghentikan sementara penerbangan untuk memperlambat penyebaran Virus Corona (COVID-19), di Charleroi, Belgia, 24 Maret 2020. REUTERS/Francois Lenoir

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mendakwa empat pejabat pemerintah Belarus dengan tuduhan pembajakan pesawat. Mereka mengalihkan penerbangan Ryanair pada Mei lalu untuk menangkap seorang jurnalis pembangkang Belarus yang berada di pesawat.

Tuduhan itu diumumkan oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Peristiwa itu terjadi pada 23 Mei 2021. Pesawat Ryanair dipaksa mendarat di Minsk untuk menangka jurnalis Roman Protasevich dan pacarnya yang berkebangsaan Rusia.

Atas insiden tersebut, Belarus menghadapi gelombang sanksi termasuk larangan perjalanan dan pembekuan aset, dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan Kanada atas insiden tersebut. Pembajakan pesawat dilakukan oleh pejabat Belarus dengan mengatakan adanya bom yang belakangan diketahui bahwa itu ancaman palsu.

Di antara 132 penumpang dan awak pesawat Ryanair, sebanyak empat di antaranya adalah warga negara Amerika Serikat. Dalam tuntutannya, jaksa menyatakan para terdakwa dituduh berkonspirasi melakukan pembajakan pesawat yang terdapat warga negara AS. Mereka melanggar hukum federal AS.

Kedutaan Belarus di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Advertising
Advertising

Tuduhan diungkapkan pada Kamis terhadap pejabat Belarusia. Di dalamnya dilaporkan rincian bagaimana ancaman bom palsu digunakan untuk memaksa penerbangan Ryanair 4978 mendarat darurat di Minsk untuk menangkap wartawan Protasevich.

Pengalihan penerbangan berdasarkan arahan kepala otoritas negara Belarusia, Leonid Mikalaevich Churo, dan seorang pejabat keamanan negara yang diidentifikasi sebagai FNU LNU. Jaksa menggunakan nama singkatan dan tak merinci nama lengkap. Pengacara untuk para terdakwa tidak dapat segera diidentifikasi.

Roman Protasevich adalah seorang wartawan yang rajin mengkritik Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Ia meninggalkan Belarus pada 2019 dan bekerja untuk Nexta Live, sebuah saluran di aplikasi messenger Telegram.

Pejabat Belarus menuduhnya sebagai seorang ekstremis dan mengumbar kebencian sosial. Protasevich menganggap tuduhan itu sebagai represi politik terhadap dirinya.

Protasevich menyiarkan dan membantu mengoordinasikan protes besar yang mengguncang Belarus setelah Lukashenko mengklaim kemenangan dalam pemungutan suara Agustus 2020. Pihak oposisi menduga kemenangan Llukashenko adalah curang.

Lukashenko menyangkal kecurangan suara, dan mengatakan Belarus menghadapi tekanan eksternal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pernyataan ini diungkapkan setelah Amerika Serikat dan sekutunya menjatuhkan sanksi.

Baca: KBRI Moskow Buka Pusat Budaya dan Bahasa Indonesia di Belarus

REUTERS

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

7 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

10 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

12 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

14 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

15 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

16 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

16 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

17 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

21 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya