Pembelot Kembali ke Korea Utara karena Hidup Miskin di Selatan

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 4 Januari 2022 14:45 WIB

Seorang pria melihat ke arah desa propaganda Korea Utara Kaepoong melalui sepasang teropong di Unification Observation Platform, dekat zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di Paju, utara Seoul 16 Oktober 2013. REUTERS/Kim Hong-Ji

TEMPO.CO, Jakarta - Kabar adanya seorang pembelot asal Korea Utara yang kembali ke kampung halamannya setelah setahun tinggal di Korea Selatan, menimbulkan pertanyaan apakah perhatian pemerintah Seoul buruk sehingga ia nekat menempuh risiko besar itu.

Pembelot itu kembali ke negaranya dengan melewati pos penjagaan sangat ketat dan berisiko pada Sabtu lalu, 1 Januari 2022.

Militer Korea Selatan mengidentifikasi pria pelintas Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea pada hari Sabtu sebagai seorang pembelot Korea Utara setahun lalu.

Kenekatan pria itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah mereka telah menerima dukungan memadai setelah melakukan perjalanan berbahaya dari Utara yang miskin dan dikontrol ketat ke Selatan yang kaya dan demokratis.

Advertising
Advertising

Laki-laki berusia 30-an itu, bekerja sebagai petugas kebersihan dan hidup sederhana selama tinggal di Selatan, kata seorang pejabat militer.

"Saya akan mengatakan dia diklasifikasikan sebagai kelas bawah, nyaris tidak mencari nafkah," kata pejabat itu, menolak untuk menjelaskan lebih lanjut dengan alasan masalah privasi.

Para pejabat, yang mengatakan mereka melihat sedikit risiko pria itu menjadi mata-mata Korea Utara, telah meluncurkan penyelidikan tentang bagaimana dia menghindari penjaga meskipun tertangkap kamera pengintai beberapa jam sebelum melintasi perbatasan.

Pejabat Korea Utara belum mengomentari insiden itu dan media pemerintah belum melaporkannya.

Selanjutnya: Ada tanda-tanda membelot sejak Juni lalu

<!--more-->

Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan polisi di distrik Nowon, Seoul utara, yang memberikan perlindungan keselamatan dan perawatan lain kepadanya, mengangkat kekhawatiran pada bulan Juni atas kemungkinan pembelotannya kembali, tetapi tidak ada tindakan yang diambil karena kurangnya bukti.

Polisi menolak berkomentar. Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Seoul yang menangani urusan lintas batas mengatakan pada hari Selasa bahwa pembelot itu telah menerima dukungan pemerintah untuk keselamatan pribadi, perumahan, perawatan medis dan pekerjaan.

Pria itu jarang berinteraksi dengan tetangga, dan terlihat membuang barang-barangnya sehari sebelum dia melintasi perbatasan, Yonhap melaporkan.

"Dia mengeluarkan kasur dan selimut ke tempat pembuangan sampah pada pagi itu, dan itu aneh karena semuanya masih baru," kata seorang tetangga seperti dikutip Yonhap. "Saya berpikir untuk memintanya memberikannya kepada kami, tetapi akhirnya tidak melakukannya, karena kami tidak pernah menyapa satu sama lain."

Hingga September, sekitar 33.800 warga Korea Utara bermukim di Korea Selatan, setelah menempuh perjalanan panjang dan berisiko - biasanya melalui Cina - dalam mengejar kehidupan baru sambil melarikan diri dari kemiskinan dan penindasan di rumah.

Sejak 2012, hanya 30 pembelot yang dipastikan kembali ke Utara, menurut Kementerian Unifikasi. Tetapi para pembelot dan aktivis mengatakan mungkin ada lebih banyak kasus yang tidak diketahui di antara mereka yang berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan di Selatan.

Sekitar 56 persen pembelot dikategorikan berpenghasilan rendah, menurut data kementerian yang diserahkan kepada pembelot yang menjadi anggota parlemen Ji Seong-ho.

Hampir 25 persen berada di kelompok terendah yang tunduk pada subsidi mata pencaharian dasar nasional.

Dalam survei yang dirilis bulan lalu oleh Pusat Basis Data Hak Asasi Manusia Korea Utara dan Penelitian Sosial Korea Utara di Seoul, sekitar 18 persen dari 407 pembelot yang disurvei mengatakan mereka bersedia untuk kembali ke Utara, kebanyakan dari mereka karena nostalgia.

"Ada berbagai faktor yang kompleks termasuk kerinduan akan keluarga yang ditinggalkan di Utara, dan kesulitan emosional dan ekonomi yang muncul saat bermukim kembali," kata pejabat Kementerian Unifikasi, yang berjanji memeriksa kebijakan dan meningkatkan dukungan bagi para pembelot di Korea Selatan.

REUTERS

Berita terkait

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

23 jam lalu

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

Gregoria Mariska Tunjung terus merebut poin di Uber Cup 2024

Baca Selengkapnya

Parlemen Korea Selatan Loloskan RUU Investigasi Tragedi Hallowen 2022, Selanjutnya?

1 hari lalu

Parlemen Korea Selatan Loloskan RUU Investigasi Tragedi Hallowen 2022, Selanjutnya?

Tragedi Itaewon Hallowen 2022 merupakan tragedi kelam bagi Korea Selatan dan baru-baru ini parlemen meloloskan RUU untuk selidiki kasus tersebut

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

1 hari lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

Anthony Sinisuka Ginting sukses menyudahi perlawanan sengit tunggal putra Korea Selatan Jeon Heyok Jin pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

2 hari lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

2 hari lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Resmi Perpanjang Kontrak di Red Sparks, Berapa Gaji Megawati Hangestri?

2 hari lalu

Resmi Perpanjang Kontrak di Red Sparks, Berapa Gaji Megawati Hangestri?

Dalam kontrak barunya di Red Sparks, Megawati Hangestri bakal mendapat kenaikan gaji menjadi US$ 150 ribu per musim.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

4 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

WNI Saling Serang di Korea Selatan, Satu Orang Tewas

5 hari lalu

WNI Saling Serang di Korea Selatan, Satu Orang Tewas

Seorang pria warga negara Indonesia (WNI) ditangkap polisi Daegu, Korea Selatan setelah menikam rekan senegaranya hingga tewas dan melarikan diri.

Baca Selengkapnya