Kaleidoskop 2021: Aung San Suu Kyi Ditangkap, Dokter Ingatkan Corona Meninggal
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Sabtu, 25 Desember 2021 07:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kaleidoskop 2021 dari mancanegara pada Februari lalu diawali dari kondisi politik Myanmar yang bergejolak. Junta militer menangkap Aung San Suu Kyi, pemimpin sekaligus peraih hadiah Nobel Perdamaian. Selain Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Mynt juga ikut ditangkap.
Berita lainnya kaleidoskop 2021 adalah dokter yang memperingatkan akan bahaya virus Corona meninggal karena tertular penyakit ini. Warga Wuhan pun sedih dan mengenang Li Wenliang sebagai dokter yang pemberani. Saat awal buka suara soal Corona, ia diperingatkan keras oleh pemerintah China. Berikut berita selengkapnya:
1. Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Ditangkap Militer
Presiden Myanmar Win Mynt, Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, serta sejumlah tokoh senior dari Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD) ditangkap dalam penggerebekan Senin pagi, 1 Februari 2021.
Isu kudeta dikabarkan akan dilakukan militer setelah mereka menuding ada kecurangan dalam pemilihan umum.
Juru bicara Myo Nyunt mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa Suu Kyi, Presiden Win Myint dan para pemimpin lainnya telah dibawa pada dini hari.
Setelah NLD, partai Aung San Suu Kyi, menang telak dalam pemilihan umum, militer menyerukan penyelidikan terhadap proses pemungutan suara karena partai oposisi, USDP, menuding ada kecurangan. Namun militer dan USDP mengeluh bahwa seruan mereka itu tidak didengarkan.
Ketegangan kian meningkat setelah juru bicara angkatan bersenjata Myanmar, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, menolak mengesampingkan kemungkinan kudeta militer jika permintaan penyelidikan atas dugaan kecurangan pemilu tidak dipenuhi.
<!--more-->
2. Kantor Pusat Partai NLD Digeruduk Militer
Militer Myanmar menyerbu kantor pusat partai yang didirikan oleh nya Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), pada Selasa malam tadi. "Diktator militer itu menggerebek dan menghancurkan markas NLD sekitar pukul 21.30," katanya seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Februari 2021.
Penyerbuan terhadap kantor pusat NLD berlangsung saat Amerika Serikat dan PBB sama-sama mengutuk kekerasan terhadap demonstran yang menolak kudeta militer. Ribuan warga Myanmar pun turun ke jalan menentang kudeta dan mendesak pembebasan Suu Kyi. Demonstrasi telah berlangsung selama lima hari.
Unjuk rasa itu terjadi meskipun ada peringatan dari pemerintah militer bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap massa yang mengancam stabilitas dan larangan baru atas pertemuan lebih dari lima orang.
Atas kekerasan di Myanmar, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan tentara tentang konsekuensinya. Militer Myanmar disebut melakukan kekerasan terhadap demonstran yang menentang kudeta.
<!--more-->
3. Li Wenliang, Dokter yang Memperingatkan Bahaya Corona Meninggal karena Covid
Dokter asal Wuhan yang memperingatkan bahaya Covid-19, Li Wenliang, meninggal akibat terpapar virus ini pada 7 Februari 2021. Li Wenliang adalah dokter pertama yang memperingatkan datangnya pandemi Covid-19 sejak 2019.
Namun kala itu otoritas Cina tidak mengindahkan peringatannya. Oleh Kepolisian, ia malah diperingatkan karena menyebar rumor yang tidak berdasar. Belakangan ia terbukti benar.
Zhong Nanshan, pakar epidemi Cina, menyebut Li Wenliang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Warga Wuhan pun merasa berhutang jasa dengannya.
Wuhan menjadi lokasi investigasi asal usul Covid-19 . Belasan peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, telah berada di sana untuk mengumpulkan berbagai informasi. Mereka sudah mengunjung rumah sakit, pasar, hingga lab yang diduga tempat penciptaan COVID-19.
Investigasi itu sempat tertunda lama karena Cina tidak memberi izin. Cina pun sempat memandanganya sebagai kegiatan bernada politis. Belakangan, Cina mengizinkan investigasi digelar walau membuat klaim bahwa COVID-19 berasal dari negara lain.
<!--more-->
4. Arab Saudi Melarang Pendatang 20 Negara karena Corona
Pada Rabu, 3 Februari 2021, Arab Saudi melarang pendatang dari 20 negara, termasuk Indonesia. Pemerintah Arab Saudi, dikutip dari Arab News, melakukan hal tersebut untuk menekan pandemi COVID-19.
"Larangan berlaku mulai jam 9 malam (waktu setempat) dengan pengecualian untuk diploma serta petugas medis berikut keluarga mereka," ujar pernyataan pers Pemerintah Arab Saudi, Rabu, 3 Februari 2021.
Selain Indonesia, negara-negara yang tidak akan bisa masuk ke Arab Saudi untuk sementara ini adalah Uni Emirat Arab, Mesir, Lebanon, Turki, Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Irlandia, Portugal, Swiss, Swedia, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, India, Pakistan, serta Jepang.
Pemerintah Arab Saudi menambahkan bahwa larangan tersebut juga berlaku untuk pendatang yang transit via 20 negara terkait. Adapun rentang waktu yang ditetapkan adalah 14 hari.
REUTERS | ARAB NEWS