Hanya 30 Persen Warga Ikut Pemilu Hong Kong, Caleg Pro-Beijing Berjaya

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 20 Desember 2021 09:30 WIB

Kandidat merayakan kemenangan dalam pemilihan Dewan Legislatif di Hong Kong, Cina, 20 Desember 2021. REUTERS/Lam Yik

TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat pro-Beijing meraih kemenangan dalam pemilihan legislatif khusus "patriot" di Hong Kong yang hanya diikuti 30,2 persen pemilik hak suara di tengah tindakan keras terhadap kebebasan kota oleh Cina.

Jumlah pemilih dalam Pemilu Hong Kong yang digelar Minggu, 19 Desember 2021 ini, hampir setengah dari pemilihan legislatif sebelumnya pada tahun 2016.

Dalam pemilihan kali ini, hampir semua kursi diambil oleh kandidat pro-Beijing dan pro-kemapanan. Beberapa kandidat ini bersorak di atas panggung di pusat penghitungan suara dan meneriakkan "jaminan menang".

Starry Lee, ketua partai Aliansi Demokratik untuk Perbaikan dan Kemajuan Hong Kong (DAB) yang pro-Beijing, menepis kritik bahwa partainya tidak memiliki mandat publik, dan menekankan perubahan pemilihan untuk memastikan hanya "patriot" yang mengelola kota akan meningkatkan tata kelola.

"Saya tidak percaya ini (jumlah pemilih yang rendah) secara langsung terkait dengan warga yang tidak setuju dengan sistem pemilihan ini. Saya percaya perlu waktu bagi orang untuk beradaptasi dengan sistem ini," katanya kepada wartawan di pusat penghitungan suara.

Advertising
Advertising

Sebagian besar dari selusin kandidat yang menyebut diri mereka moderat, termasuk mantan anggota parlemen demokratis Frederick Fung, gagal mendapatkan kursi, menyerah pada saingan pro-Beijing.

"Saya hanya mengatakan bahwa situasi saat ini, tidak mudah untuk mendorong orang. Saya pikir mereka merasa acuh tak acuh dengan situasi saat ini," katanya kepada Reuters.

Rekor terendah sebelumnya untuk pemilihan legislatif yang diadakan setelah kembalinya kota itu dari Inggris ke pemerintahan Cina adalah 43,6 persen pada tahun 2000. Hasil untuk beberapa kursi masih menunggu keputusan.

Pemilihan - di mana hanya kandidat yang diseleksi oleh pemerintah sebagai "patriot" yang dapat mencalonkan diri - telah dikritik oleh beberapa aktivis, pemerintah asing dan kelompok hak asasi sebagai regresif, sementara partai-partai pro-demokrasi arus utama tidak berpartisipasi.

Jumlah pemilih adalah masalah sentral, karena para pengamat menganggapnya sebagai barometer legitimasi dalam pemilihan di mana kandidat pro-demokrasi sebagian besar tidak hadir, dan tindakan keras di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan Cina telah memenjarakan sejumlah demokrat yang awalnya ingin mencalonkan diri, dan memaksa orang lain ke pengasingan.

Di bawah perombakan elektoral, proporsi kursi yang dipilih secara langsung dikurangi dari sekitar setengah menjadi kurang dari seperempat, atau 20 kursi.

Empat puluh kursi dipilih oleh komite yang terdiri dari para loyalis Beijing, sementara 30 sisanya diisi oleh sektor profesional dan bisnis seperti keuangan dan teknik, yang dikenal sebagai konstituen fungsional.

Para pengamat mengatakan jumlah pemilih yang rendah dapat merusak legitimasi legislatif baru. Namun pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan bahwa 1,3 juta atau lebih surat suara yang diberikan adalah "menunjukkan dukungan untuk sistem pemilihan yang lebih baik."

REUTERS

Berita terkait

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

53 menit lalu

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

Aktor Chow Yun Fat akan berulang tahun ke 69 pada 18 Mei 2024. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

4 jam lalu

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

Seorang ajudan dari Pemerintah Rusia mengklaim Vladimir Putin dan Xi Jinping bertemu dalam "suasana hati yang sedang baik" di Beijing.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

3 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

3 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

3 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

4 hari lalu

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

AS membatasi izin ekspor teknologi untuk Cina. Qualcomm dan Intel tak lagi bisa memasok produknya ke perusahaan seperti Huawei.

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

4 hari lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya